Pengantar Umum Kondisi Sosial Budaya dan Kemasyarakatan di Tiongkok

Tujuan dari ulasan maupun pembahasan hal-hal yang berkenaan dengan sosial, budaya, dan kemasyarakatan ini serta-merta aku tulis guna mencegah kesalahpahaman yang diakibatkan oleh ketidaktahuan, ekspektasi berlebihan, dan hal-hal lain yang membuat pemahaman mengenai interaksi dengan lingkungan yang baru berasa sama sekali tidak mudah.

Hal-hal yang aku sendiri coba bagikan di sini bukanlah merupakan hasil dari penelitian formal yang menghasilkan karya-karya ilmiah guna bertujuan untuk memperkaya teori-teori Sosiologi, Antropologi, Kesejahteraan Sosial, maupun ilmu-ilmu humaniora lainnya. Namun, ulasan-ulasan yang aku coba berikan serta-merta atas hasil kenyataan yang aku temui selama lebih dari 5 tahun tinggal, studi, bekerja, dan beraktivitas di Tiongkok. Sehingga dengan begitu, ulasan-ulasan yang aku coba deskripsikan adalah bersifat subyektif namun tetap faktual.

Ada hal penting yang dapat aku luruskan terlebih dahulu sebelum memasuki pembahasan lebih lanjut. Hal tersebut adalah orang-orang Tiongkok lokal tidak sama dengan rekan-rekan Tionghoa yang ada di Indonesia. Ini merupakan mispersepsi umum yang sudah mengakar lama sejak dahulu di Tanah Air. Ditambah dengan kejadian-kejadian kurang mengenakkan antaretnis di Tanah Air, membuat persepsi dalam hal ini semakin keruh dan rumit untuk diurai.

Orang-orang Tiongkok lokal merupakan mereka yang sangat memegang nilai-nilai lokal yang sudah diwarisi dari generasi ke generasi. Nilai-nilai yang berkenaan dengan norma, adab, sopan-santun dan sebagainya adalah nilai-nilai yang terjadi secara lokal. Sehingga sangatlah tidak pas bila kita memosisikan sama antara rekan-rekan Tionghoa di Tanah Air dengan orang-orang lokal Tiongkok di Tiongkok. Dalam pembahasan ini pun aku akan coba untuk fokus kepada uraian-uraian faktual yang terjadi sebatas di Tiongkok. Perihal sikap-sikap atau kelakuan lain yang ditunjukkan oleh Warga Negara Tiongkok di luar negeri mereka bukanlah menjadi “tanggung jawab” ku untuk menyampaikannya di tulisan ini.

Secara tradisional, masyarakat Tiongkok sangat memegang teguh nilai-nilai yang telah diwariskan sejak lama. Salah satu nilai tersebut adalah nilai-nilai Konfusianisme (Confucius—Kongzi). Aku sendiri bukan merupakan orang yang menekuni bidang filosofi maupun etik, sehingga tidak pernah secara khusus mendalami nilai-nilai Konfusianisme. Hal yang menarik adalah, bila di Tanah Air, Konfusianisme dikategorikan sebagai agama, namun tidak yang terjadi di negara asal Konfusianisme itu sendiri. Nilai-nilai yang telah diwarisi dari generasi ke generasi ini merupakan hakikat dari pemikiran seseorang yang diamini oleh banyak orang. Sehingga, dalam kebanyakan prakteknya Konfusianisme ini digunakan sebagai acuan nilai yang masyarakat Tiongkok gunakan hingga saat ini.

Sederhananya, yang bisa aku sampaikan dalam memandang nilai-nilai dan pegangan yang terjadi secara lokal adalah memaknainya sebagai hal baru, khazanah baru, pemahaman baru yang justru akan menambah wawasan kita demi kepentingan-kepentingan atau hal-hal lain yang membuat kita perlu memahaminya. Adapun dengan banyaknya kondisi-kondisi faktual yang terjadi di Tiongkok akan lebih baik bila aku coba mengutarakannya dengan menyampaikan beberapa skenario yang mungkin akan kita hadapi ketika sedang berada di Tiongkok.

Namun, pada dasarnya untuk memahami nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku di Tiongkok bisa juga dikatakan tidak terlalu rumit. Penting untuk diketahui bahwa masyarakat Tiongkok sangatlah implisit, yang merupakan lawan kondisi dari eksplisit. Sehingga hal-hal yang berkenaan dengan interaksi, sikap, dan detil aktivitas lainnya tidak jauh berbeda dengan kenyataan yang kita juga dapat temukan di kebanyakan negara-negara Asia. Dalam menyampaikan sesuatu, biasanya mereka tidak dengan blak-blakan, namun menggunakan maksud tertentu dibalik ucapan agar kita mengerti. Bahkan di banyak kasus, misalnya, terutama yang berkenaan dengan himbauan-himbauan publik, penggunaan pesan-pesan yang disampaikan sangatlah implisit.

Termasuk ke dalam nilai-nilai dan norma-norma yang mereka anut, mereka tidak akan menyatakan kepada orang lain bahwa mereka sedang menganut paham Konfusianisme, misalnya. Tidak ada penyampaian gamblang mengenai sesuatu kecuali hal-hal tersebut terkait dengan instruksi-instruksi detil dan teknis.

#nfglobalhub

#nurulfikri

#studyabroad

#studytochina

#learnmandarin

#chineselanguage

#thinkglobal

#improveskill

#dayatawarkompetensi

#traveltochina

#wisatakecina

#tiongkokcinasamasaja

#amazingchina

#explorechina

#wisatayangbeda

#halaltripcina

#seeingisbelieveing

Leave a comment