Ketika kita tidak tinggal di lingkungan sekolah/kampus, maka kita harus bisa memilih lokasi tinggal yang strategis guna menunjang kebutuhan aktivitas kita sehari-harinya. Lokasi tinggal yang strategis antara lain dekat dengan stasiun kereta bawah tanah (MTR) atau dekat dengan lingkungan universitas. Masyarakat dengan penghasilan rata-rata dan tidak memiliki kendaraan pribadi sangat tertolong dengan jaringan MTR yang sudah sangat maju dan praktis. Justru kalau kita berkendara dengan kendaraan pribadi, kondisi kemacetan di kota-kota besar di Tiongkok tidak jauh berbeda seperti di Jakarta dan sekitarnya—walaupun tidak separah Jakarta. Pemilihan lokasi tinggal yang dekat dengan universitas karena harga sewa cenderung lebih murah dan mudah menemukan banyak tempat seperti restoran, supermarket, dan kebutuhan-kebutuhan harian lain.
Karakteristik tempat tinggal di kota-kota besar di Tiongkok tidak jauh berbeda dengan di kota-kota besar negara-negara maju lainnya. Tempat-tempat tinggal yang didominasi oleh apartemen/flat/kondominium/studio menjadi pilihan tinggal bagi masyarakat Tiongkok pada umumnya. Rumah-rumah yang dibangun diatas tanah (grounded house) sudah bisa dikategorikan sebagai villa atau lokasi hunian untuk orang-orang yang memiliki penghasilan atau kekayaan kelas atas. Untuk hal ini aku pribadi bersyukur bahwa lokasi tinggal di Tanah Air masih bisa didapati rumah-rumah yang kita kenal seperti biasanya.
Padatnya populasi dan kepentingan yang dilatarbelakangi oleh tata ruang kota menjadikan hunian vertikal di Tiongkok menjadi pilihan satu-satunya masyarakat berpenghasilan rata-rata. Besar atau kecilnya juga tergantung dari seberapa mampu kita untuk menyewa atau membeli ruang apartemen/flat. Umumnya untuk orang-orang asing, membeli properti tinggal di Tiongkok bukanlah merupakan pilihan yang bijak. Hal ini disebabkan karena hak kepemilikan atas properti (terutama tempat tinggal) tidaklah berlaku seumur hidup, namun hanya 70 tahun—yang bisa diperpanjang.
Hal-hal yang berkenaan dengan bagaimana mereka tinggal, pembebanan biaya tinggal, dan status kepemilikan properti juga mempengaruhi hal-hal yang berkenaan dengan sosial, budaya, dan kemasyarakatan di Tiongkok. Dengan kondisi populasi urban dan sebagian besar bekerja, menjadikan masyarakat Tiongkok di kota-kota besar memiliki karakteristiknya sendiri. Misalnya, terkait dengan tempat tinggal, yang berlaku adalah dimana orang tua pada umumnya sekuat tenaga untuk mengumpulkan dana dan membeli properti tinggal untuk anak mereka. Pada umumnya juga sang anak akan tetap tinggal bersama dengan orang tua bahkan ketika mereka sudah menikah dan memiliki anak. Tradisi ini sudah berlangsung sejak lama dan merupakan hal yang umum ditemui atau ketika kita berbincang dengan rekan-rekan lokal.
Dengan tempat tinggal yang sangat dominan vertikal, kesibukan pekerjaan dan sebagainya, maka kondisi tinggal di Tiongkok akan sedikit berbeda dengan di Tanah Air. Kita biasa mengenal tetangga atau orang-orang yang dekat dengan kita, namun hal ini tidaklah perlu dilakukan ketika kita di Tiongkok. Biasanya kita akan menyambangi para tetangga sekitar apabila kita merupakan warga baru di sebuah lingkungan, namun ini tidak terjadi di Tiongkok. Pembagian untuk urusan administrasi di Tiongkok pun sangat berbeda dengan yang terjadi di Tanah Air. Sepengalaman pribadi aku sendiri, untuk pengurusan administrasi sipil tidak sampai pada level terkecil seperti RT/RW, namun tingkat kota atau kelurahan saja. Untuk pengurusan dokumen-dokumen penting seperti Kartu Tanda Penduduk, misalnya, juga bisa diurus sekaligus di kantor polisi. Atau hal-hal yang berkenaan dengan urusan spesifik tinggal merujuk pada induk kategori urusan yang ada di tingkat kecamatan (atau disebut Distrik).
Berinteraksi dengan masyarakat lokal Tiongkok juga tidak sama dalam artian keikutsertaan maupun ketersediaan aktivitas-aktivitas masyarakat lingkungan sekitar. Nyaris bisa dikatakan aktivitas-aktivitas bahkan untuk persoalan perayaan hari-hari besar maupun festival dilaksanakan secara sendiri-sendiri. Seperti misalnya perayaan Imlek yang notabenenya merupakan perayaan tahunan terbesar, fokus perayaan hanya ada di lingkungan keluarga utama, dan tidak melibatkan tetangga maupun warga sekitar seperti yang umumnya kita temukan di Tanah Air.
Hal yang umum ditemukan adalah mereka yang bekerja pada waktu akhir pekan. Sehingga pada umumnya angkatan kerja maupun usia sebelum pensiun hampir dipastikan menjalani hari-hari mereka di tempat kerja. Misalnya mereka sudah memiliki satu pekerjaan untuk hari-hari reguler Senin sampai Jumat, maka mereka akan memiliki pekerjaan yang lain untuk dilakukan di akhir pekan. Pekerjaan-pekerjaan yang biasanya mengharuskan para pegawai untuk masuk kerja adalah di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Perusahaan-perusahaan perangkat lunak, toko-toko online, maupun perusahaan layanan lain biasanya mengharuskan pegawai untuk bisa bekerja 7 hari seminggu, dengan beberapa fleksibilitas tentunya.
Kondisi umum yang akan kita temui mengenai urusan tinggal dan berinteraksi adalah orang-orang usia lanjut merawat para cucu mereka. Dengan orang tua yang sudah pasti bekerja, maka hari-hari seorang anak dilewati dengan kebersamaan bersama kakek-nenek mereka. Orang tua biasanya akan mengajak anak-anak mereka untuk berekreasi di akhir pekan dan kakek-nenek pun dapat beristirahat. Para senior berusia lanjut di Tiongkok bisa dikatakan memiliki kondisi fisik yang baik. Baik kakek maupun nenek biasa untuk menemani cucu-cucu mereka berjalan mengitari komplek dalam jarak dan waktu yang cukup panjang. Usia yang dikatakan lanjut (lansia) di Tiongkok aku pikir berada pada usia diatas 80. Sehingga dengan begitu, kakek-nenek yang tinggal di rumah seakan-akan sedang merawat kembali anak-anak mereka sedari kecil.
Mengetahui hal demikian, maka aku pribadi pikir yang perlu dilakukan adalah pemakluman dan tidak melakukan hal-hal yang impromptu (mendadak) yang di luar kebiasaan mereka. Misalnya mengetuk pintu orang-orang dengan maksud untuk berkenalan, mengajak berkenalan ketika tidak dalam kondisi yang orang-orang lain juga melakukan hal yang sama, dan lain-lain. Apalagi dengan keadaan dimana penggunaan sosial media dan telepon genggam pintar, praktis dominan interaksi dilakukan secara maya. Pertemuan-pertemuan misalnya antarwarga yang tinggal, khususnya untuk kalangan muda, harus diset dan dikomunikasikan terlebih dahulu melalui grup-grup media sosial dan dibincangkan di dalam pembicaraan grup. Untuk kalangan non-muda (usia pensiun) masih didominasi oleh pertemuan tatap muka di taman-taman umum atau di lokasi-lokasi tempat berkumpul sekitar rumah. Dalam konteks ini lebih baik tidak melakukan daripada membuat orang lain salah paham atau bahkan curiga kepada kita.
#nfglobalhub
#nurulfikri
#studyabroad
#studytochina
#learnmandarin
#chineselanguage
#thinkglobal
#improveskill
#dayatawarkompetensi
#traveltochina
#wisatakecina
#tiongkokcinasamasaja
#amazingchina
#explorechina
#wisatayangbeda
#halaltripcina
#seeingisbelieveing