Skenario 6 Selama di Tiongkok/Cina: Di Restoran

Untuk urusan makanan dan kuliner merupakan salah satu hal yang tentu saja kita butuhkan sehari-hari. Di Tiongkok sendiri ada beberapa hal yang perlu diamati ketika kita sedang makan di tempat-tempat makan umum. Pertama, kita harus bisa melihat lokasi tempat kita makan apakah termasuk kategori tempat besar atau kecil. Tempat-tempat besar biasanya kita akan mendapati para pegawai restoran yang menggunakan seragam maupun pakaian-pakaian rapih dan baik. Untuk tempat-tempat makan dengan kategori besar tersebut, kita dapat memanggil para pegawai dengan sebutan ‘pelayan’—fu wu yuan. Biasanya kita ketika makan di restoran-restoran semacam itu, kita akan memanggil para pelayan itu semisal ‘mbak, mas, bu, pak’, namun di Tiongkok tidak seperti itu. Mereka sendiri pun tidak aneh jika dipanggil dengan sebutan ‘pelayan’ karena profesi mereka merupakan seorang pelayan di restoran. Perbedaan yang akan ditemukan adalah ketika kita berada di restoran-restoran yang berukuran kecil dan tidak terdapat banyak pegawai; untuk kondisi seperti ini dapat dipastikan bahwa restoran kecil tersebut adalah usaha keluarga, sehingga ketika kita memanggil salah satu dari mereka dengan sebutan ‘bos’—lao ban. Untuk kondisi ketika kita menemukan penganan yang dijual di pinggir jalan seperti makanan kecil, buah-buahan, maka kita bisa memanggil penjual itu dengan sebutan ‘tante atau om’—a yi atau shushu.

Konteks penyebutan ini penting bagi masyarakat Tiongkok. Usaha-usaha yang dijalani oleh para anggota keluarga biasanya sudah diwariskan secara turun-temurun, sehingga penyebutan ‘bos’ untuk mereka sangatlah pantas untuk diberikan. Penyebutan ‘pelayan’ yang kita coba ganti dengan menyebutkan ‘mbak, neng, dek’ semacam itu dalam Bahasa Mandarin ditakutkan memiliki pemaknaan berbeda, sehingga baiknya menggunakan penyebutan sesuai dengan profesi yang sedang mereka jalani.

Penggunaan penyebutan-penyebutan yang bernada “saudara” seperti ‘mbak, mas, dek’ dan sebagainya umumnya digunakan bila memang kita sudah akrab dengan seseorang atau memang kita benar-benar merupakan saudara dari orang tersebut. Penyebutan dengan makna-makna keluarga seperti itu memiliki arti literal maupun arti yang lebih dari sekedar penyebutan.

Restoran-restoran dan jenis tempat-tempat makan lainnya merupakan lokasi teramai yang pernah kita temui. Tentu ketika kita sedang berada di tempat makan, kita akan merasa santai dan rileks dari semua beban pekerjaan maupun aktivitas lainnya. Terutama pada waktu makan malam, masyarakat Tiongkok juga memiliki budaya kuliner yang cukup variatif. Tidak hanya dari soal menu, bahan-bahan yang digunakan, namun juga soal asal dari penganan yang juga beragam. Biasanya soal pembagian asal daerah dari keragaman kuliner juga tidak jauh berbeda dengan yang kita temui di Tanah Air. Makanan khas dari daerah tertentu akan spesifik menyebutkan asal daerah seperti Lanzhou, Guizhou, Guangdong, Chongqing, dan sebagainya. Secara budaya mereka juga memiliki interaksi yang beragam dalam hal warisan kuliner.

Misalkan pula, ada ungkapan yang diketahui bahwa orang-orang dari daerah Utara menyukai makanan-makanan dengan rasa asin, orang-orang dari daerah Timur menyukai makanan-makanan pedas, orang-orang dari daerah Selatan menyukai rasa manis, dan orang-orang dari daerah Barat menyukai rasa asam.  Selain itu juga kita akan mengenal bahwa orang-orang Tiongkok dari daerah Utara lebih menyukai untuk memakan-makanan yang berasal dari gandum seperti mie, bakpau, dumpling, dan sebagainya; orang-orang dari daerah Selatan lebih menyukai untuk menyediakan nasi; untuk orang-orang dari daerah Barat lebih menyukai makanan utama yang merupakan roti-roti semacam nan yang juga merupakan khas makanan utama orang-orang Asia Tengah.

Di Tiongkok sendiri kebanyakan ketika kita sedang membicarakan masalah-masalah yang terkait dengan bisnis umumnya deal yang akan diputuskan juga didiskusikan kembali ketika sedang menikmati santapan, baik itu makan siang maupun makan malam. Ketika sedang menikmati hidangan, kita juga bisa mengetahui karakteristik seseorang dan menjadi peranan penting bagi rekan kerja maupun calon klien atau partner kita apakah akan melanjutkan kerja sama atau tidak.

Di Tiongkok sendiri budaya minum alkohol cukup kuat. Hampir bisa dipastikan ketika kita sedang bersantap makan malam bersama rekan-rekan kerja maupun orang-orang yang memiliki hubungan profesional dengan kita, alkohol dalam beberapa jenis pasti tersedia. Ketika berbicara mengenai alkohol ini, orang-orang Tiongkok lebih menyukai produk-produk lokal mereka, ketimbang produk luar. Namun pada umumnya minuman seperti bir, wine, dan arak (bai-jiu) menjadi sajian yang pasti mereka akan sediakan. Untuk orang-orang dengan posisi (pekerjaan) tinggi, keharusan untuk bisa meminum arak merupakan bagian dari budaya mereka. Makin tinggi posisi atau kepentingan seseorang, maka jumlah arak yang harus diminum juga semakin banyak. Namun bila kita tidak meminum alkohol, terutama karena kita orang asing, maka cukup untuk bilang bahwa kita tidak minum alkohol, mereka akan mengerti dan tidak akan memaksa atau mencekoki kita untuk minum.

Terkait dengan restoran-restoran yang memiliki label halal sudah dapat banyak kita temui di kota-kota besar di Tiongkok. Banyaknya populasi muslim di Tiongkok menjadikan restoran-restoran halal juga merupakan suatu kebutuhan masyarakat mereka. Restoran waralaba halal merek lokal juga sudah banyak dapat kita temukan, produk-produk halal sendiri banyak sekali dapat kita temukan di supermarket-supermarket. Namun, ketika pertama kali aku tiba di Beijing dan makan di restoran dengan label “halal”, aku cukup heran ketika mendapati di restoran tersebut juga menjual bir dan arak. Tidak, aku pribadi tidak penasaran, mungkin sudah seperti itu budaya mereka. Asumsi pribadi ku ialah mungkin karena banyaknya pelanggan-pelanggan non-muslim/reguler yang juga makan di restoran mereka, sehingga kalau mereka tidak menyediakan bir/arak maka pengunjung juga akan lebih sedikit. Seperti itulah kira-kira kondisi nya.

#nfglobalhub

#nurulfikri

#studyabroad

#studytochina

#learnmandarin

#chineselanguage

#thinkglobal

#improveskill

#dayatawarkompetensi

#traveltochina

#wisatakecina

#tiongkokcinasamasaja

#amazingchina

#explorechina

#wisatayangbeda

#halaltripcina

#seeingisbelieveing

Leave a comment