Skenario 7 Selama di Tiongkok/Cina: Di Bioskop dan Teater

Pembahasan mengenai skenario ini penting karena ketika kita tinggal dalam waktu yang cukup lama, kemungkinan besar kita akan meluangkan waktu untuk juga menikmati sajian film di bioskop-bioskop sekitar tempat tinggal kita di Tiongkok. Secara ukuran bioskop-bioskop yang ada di Tiongkok tidak jauh berbeda dengan apa yang bisa kita temukan di Tanah Air. Perusahaan-perusahaan hiburan yang memiliki waralaba bioskop juga beberapa bisa kita temukan di negara-negara lain.

Namun ada beberapa hal mengenai hiburan dan khususnya produk-produk layar lebar di Tiongkok yang mungkin perlu diperhatikan. Di Tiongkok sendiri segala hal yang berkenaan dengan media yang berpotensi untuk disebarluaskan secara masif di khalayak umum sangatlah dikontrol keberadaannya oleh pemerintah mereka. Hal ini termasuk media cetak, visual, audio, internet dan beragam bentuk media lainnya. Acara-acara yang tayang di saluran-saluran televisi pada umumnya juga sedikit monoton karena acara-acara yang notabenenya serapan dari luar negeri sangat dibatasi peredarannya. Misalnya mengenai sinetron-sinetron “impor” yang berasal dari negara-negara yang kita tahu dan biasa untuk dipertayangkan di televisi di Tanah Air tidak ada bahkan jarang sekali kita temukan di Tiongkok. Hal ini selain untuk menyaring nilai-nilai luar yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai dan budaya Tiongkok, juga untuk memberikan stimulus atau dorongan bagi pengembang atau insan-insan hiburan lokal untuk berkarya.

Hal ini pun tentu terjadi untuk film-film layar lebar. Ketatnya penyaringan membuat kita akan mendapati film-film yang berasal dari Amerika Serikat/Hollywood misalnya, akan mengalami kemunduran waktu tayang antara 1-2 bulan dari jadwal rilis resmi maupun di negara-negara lain. Genre yang dapat ditampilkan juga cukup terbatas, khususnya untuk film-film yang terlalu vulgar, horor sensual—diluar akal, kritikan terhadap pemerintah, dan sebagainya yang memiliki sensitivitas dijamin tidak akan bisa tayang di bioskop-bioskop di Tiongkok.

Namun memang dampak positif yang ada dapat dirasakan oleh para pelaku industri hiburan mulai dari investor, artis, sutradara, pemain pendukung, tenaga logistik, tenaga kostum, tenaga transportasi dan sebagainya sangat membuka peluang khususnya untuk ketersediaan lapangan pekerjaan bagi rakyat mereka. Film-film Tiongkok terbiasa dengan pencirian penyampaian kisah-kisah legenda, kepahlawanan, dan perang anti-Jepang. Banyaknya film-film dan produk dunia hiburan yang mengandalkan sifat kolosal—pelibatan banyak orang—sangat memberikan peluang bagi meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan dan mendorong tumbuhnya perekonomian secara kumulatif.

Kontrol terhadap konten produk-produk hiburan yang sangat ketat praktis membuat hal-hal yang dikonsumsi publik dalam rangka hiburan jauh dari nilai-nilai mistik, pornografi, sensualitas, kekerasan, maupun hal-hal ekstrim lainnya. Sehingga aku pribadi pikir kondusifitas dan kualitas berpikir masyarakat pun akan menekankan pada nilai-nilai yang rasional dan positif. Perihal mengenai kontrol terhadap media dan jurnalisme, aku pribadi tidak akan berkomentar soal ini.

Kembali ke persoalan mengenai bioskop, salah satu hal yang perlu diperhatikan ketika kita akan menonton film-film yang berpotensi untuk dilihat oleh anak-anak kecil. Para orang tua tentu biasa untuk mengajak anak-anak mereka untuk menonton film-film tersebut. Ketika kita sedang dalam kondisi demikian, aku pikir menjadi tidak nyaman karena anak-anak tersebut akan membuat kegaduhan di dalam gedung bioskop. Bukan hanya anak-anak kecil yang membuat kegaduhan, para orang tua di sini juga terbiasa untuk merespon setiap lontaran kalimat maupun pertanyaan yang diajukan oleh anak-anak mereka. Bukannya malah meminta anak-anak tersebut untuk tidak ribut dan menghargai para penonton lain yang akan terganggu, tapi mereka malah meladeni pertanyaan-pertanyaan yang membuat kegaduhan menjadi dobel. Oleh karena itu aku sarankan untuk tidak pergi ke bioskop untuk menonton film-film yang bertemakan anak-anak karena alasan demikian. Di Tiongkok sendiri kita masih bisa menemukan toko-toko fillm bajakan (sedikit, terbatas) dan website-website film yang bisa kita akses tanpa perlu pergi ke bioskop.

Kondisi yang cukup tidak nyaman itu juga terjadi ketika misalnya aku pergi menonton pertunjukan teater yang notabenenya merupakan pertunjukan teatrikal dari luar negeri—Barat. Aku pikir bahwa pertunjukan teatrikal seperti itu mengharuskan para penonton untuk tetap tenang dan secara khidmat menyaksikan pertunjukan bersama. Namun, lagi-lagi para orang tua di Tiongkok kerap memperkenalkan trend dan pertunjukan teatrikal semacam itu kepada anak-anak mereka. Sehingga juga akan didapati suasana gaduh ketika berada di dalam aula pertunjukan. Aku sarankan sebaiknya kita tidak pergi kecuali ada penyampaian jelas bahwa anak-anak usia dini tidak diperbolehkan untuk menonton pertunjukan.

#nfglobalhub

#nurulfikri

#studyabroad

#studytochina

#learnmandarin

#chineselanguage

#thinkglobal

#improveskill

#dayatawarkompetensi

#traveltochina

#wisatakecina

#tiongkokcinasamasaja

#amazingchina

#explorechina

#wisatayangbeda

#halaltripcina

#seeingisbelieveing

Leave a comment