Dalam skenario ini paling tidak ada dua kondisi yang bisa aku coba deskripsikan, yaitu kondisi dimana kita tidak sedang berkendara, dan kondisi ketika kita sedang berkendara.
Kondisi ketika tidak sedang berkendara yang aku maksudkan adalah dimana kita sedang berada di luar rumah, kantor maupun gedung-gedung lain dan sedang berjalan-jalan di luar. Hal yang sangat perlu kita hati-hati adalah ketika kita berada di pinggir jalan atau sedang menyusuri persimpangan jalan. Kita perlu berhati-hati terhadap para pengendara maupun pengemudi yang bisa dikatakan cukup serabutan dan tidak melulu menaati peraturan lalu lintas. Banyaknya pengguna sepeda listrik di Tiongkok menjadikan jalanan cukup harus kita waspadai. Sepeda listrik merupakan pengganti sepeda motor—yang keberadaannya sangat dibatasi. Sepeda listrik nyaris tidak mengeluarkan bunyi ketika sedang beroperasi. Sehingga ketika ada pengendara sepeda listrik yang mendekati kita, hampir bisa dipastikan kita tidak tahu akan keberadaannya, kecuali kita memiliki indera keenam.
Ketika kita sedang berada di jalan-jalan seperti ini akan banyak kita temui orang-orang yang membuang sampah sembarangan, melempar puntung rokok seenaknya, sampai buang air tidak pada tempatnya. Untuk buang air (besar dan/atau kecil) tidak pada tempatnya umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun—bisa nampak dari perawakan. Biasanya ketika kita melihat anak-anak usia balita maupun dibawah 10 tahun, kita akan mendapati bahwa celana yang mereka pakai sengaja dipotong maupun memiliki belahan terbuka di bagian pangkal paha. Umumnya bayi maupun balita di Tiongkok tidak menggunakan popok seperti yang lazim dilakukan. Mungkin guna menghemat pengeluaran untuk tidak membeli popok anak, maka celana yang dikenakan oleh anak-anak sengaja diberi celah untuk buang air.
Ketika aku pertama kali tiba di Tiongkok mendapati anak-anak kecil yang buang air tidak pada tempatnya merupakan salah satu kesan buruk yang seumur hidup aku pernah temui ketika berada di luar negeri. Namun, lambat laun hal tersebut menjadi biasa karena banyak sekali terjadi. Hal ini juga cukup diperparah dengan tidak ada orang-orang yang memberitahu atau menegur bahwa hal itu tidak pantas dilakukan di ruang-ruang umum atau sekedar menunjukkan dimana lokasi toilet terdekat, tidak. Biasanya kondisi seperti ini kita akan dapati ketika kita melihat kakek-nenek sedang berjalan di luar bersama cucu-cucu mereka. Titik-titik seperti di bawah pohon, kolong jembatan, dan sudut-sudut tertentu menjadi lokasi yang biasanya digunakan untuk buang air tadi.
Untuk kasus buang air di tempat-tempat terbuka, menurutku pribadi adalah masalah paradigma. Cara pandang para generasi lanjut (kakek-nenek) mengenai lingkungan sangatlah lokal dan bisa dibilang tidak peduli dengan apa yang orang lain mungkin akan sampaikan kepadanya. Keberadaan toilet-toilet umum sesungguhnya juga tidak sulit untuk ditemukan. Bahkan hal yang akan terjadi ketika kita menegur orang-orang yang berusia lanjut untuk tidak melakukan hal itu, mereka akan menegur kita balik atau mengacuhkan sama sekali apa yang berusaha kita sampaikan, seakan-akan tidak terjadi sesuatu.
Hal ini juga terjadi di jalan-jalan yang kita susuri dimana banyak sekali kotoran hewan peliharaan seperti anjing tersebar di jalan-jalan. Populasi anjing yang merupakan peliharaan orang-orang lokal bisa dikatakan banyak sekali. Seharusnya pemilik anjing menyadari bahwa ketika hewan peliharaan mereka buang air sembarangan, mereka harus bertanggung jawab membersihkan kotoran atau mengambil kotoran tersebut dengan sarung tangan plastik dan membuangnya ke tempat sampah. Ketika aku mengunjungi Tokyo beberapa waktu yang lalu, aku kagum dengan para pemilik anjing peliharaan yang senantiasa menjaga kebersihan titik buang air hewan peliharaan mereka dengan menggunakan sarung tangan plastik/karet dan menyemprotkan cairan desinfektan. Hal yang bertolakbelakang dengan yang aku sempat lihat di Tokyo terjadi di Tiongkok. Oleh karena itu, khususnya untuk kita yang selalu ingin dalam kondisi higienis dari kotoran-kotoran di jalan harus ekstra berhati-hati.
Memang jumlah pembersih jalanan, truk-truk pembersih jalan, truk-truk sapu air sangat banyak beroperasi di jalan-jalan. Namun tingkat kesadaran masyarakat Tiongkok untuk tidak mengotori lingkungan atau bertanggung jawab atas hewan peliharaan mereka bisa dibilang sangat rendah. Aku pikir untuk hal seperti ini tidak perlu ada penelitian yang dilakukan untuk bisa tahu dan paham dengan apa yang sedang terjadi.
Kondisi kedua ketika kita berkendara. Sama seperti yang terjadi ketika kita tidak mengendarai kendaraan pribadi, sepeda listrik juga perlu kita perhatikan. Banyak sekali pengendara yang aku dapati tidak menaati peraturan-peraturan lalu lintas dan berkendara tidak dengan ketentuan semestinya. Tidak jarang ditemui juga mobil-mobil yang saling beradu atau berserempet ketika sedang memotong lajur atau persimpangan jalan ketika jalanan sedang penuh dengan kendaraan pribadi.
Ketika hal-hal yang tidak mengenakkan terjadi dalam berkendara seperti berserempet dan bertabrakan dengan kendaraan lain, baiknya kita tidak terpancing emosi. Ketika kita terpancing emosi, kita akan marah dan menunjukkan gelagat-gelagat fisik yang tidak perlu kita lakukan. Cukup dengan menghubungi pihak berwajib dan berlaku tenang sampai mereka datang dan menangani perkara, merupakan satu-satunya penyelesaian yang baik. Apalagi ketika posisi kita yang merupakan orang asing, kecuali kita sudah mahir berbahasa Mandarin, barulah kita bisa berdebat dan mengomeli pengendara lain yang kita tahu mereka bersalah dalam mengendarai kendaraan mereka.
Hal terakhir yang aku sempat terpikir adalah mengenai biaya parkir kendaraan. Praktis di Tanah Air, apalagi di kota-kota besar, di setiap sudut jalan maupun pinggiran kawasan pertokoan pasti terdapat orang-orang yang “mengatur” parkir dan meminta bayaran. Membayar biaya parkir ilegal seperti itu memang terlihat sepele, namun bila diakumulasikan dalam waktu satu tahun, biaya yang kita keluarkan cukup banyak. Di Tiongkok tidak terdapat orang-orang yang “mengatur-atur” parkir seperti itu. Orang-orang bisa dengan bebas memarkir kendaraan mereka di pinggiran jalan, emperan pertokoan, kawasan-kawasan umum lainnya tanpa khawatir harus membayar sejumlah uang ketika akan meninggalkan lokasi tersebut. Hanya kawasan-kawasan yang memiliki area parkir resmi berbayar lah yang mewajibkan para pengendara membayar kewajiban biaya parkir kendaraan mereka. Orang-orang pun bebas dan merasa tenang untuk memarkir kendaraan mereka di pinggir jalan tanpa takut akan digores atau dicuri. Ketersediaan sarana keamanan seperti kamera CCTV di hampir setiap sudut jalan besar menjadikan mustahil orang-orang usil atau pencuri melakukan tindakan-tindakan kriminal.
#nfglobalhub
#nurulfikri
#studyabroad
#studytochina
#learnmandarin
#chineselanguage
#thinkglobal
#improveskill
#dayatawarkompetensi
#traveltochina
#wisatakecina
#tiongkokcinasamasaja
#amazingchina
#explorechina
#wisatayangbeda
#halaltripcina
#seeingisbelieveing