Tips Segar Bekerja dalam Keadaan Berpuasa di Tiongkok

Berikut tulisan lawas aku tahun 2014 dengan kondisi ketika sedang berpuasa di Kota Beijing.

Singkat kata, menjalani ibadah puasa di Bulan Ramadan di Beijing sama dengan di belahan bumi lainnya. Banyak orang yang mungkin merasa kalau di Tiongkok terjadi pelarangan-pelarangan mengenai beribadah dan termasuk berpuasa; aku dapat mengonfirmasi bahwa itu tidak benar.

Untuk ulasan argumentasi tersebut aku akan coba tuliskan di judul tulisan yang lain.

Selamat menikmati tulisan berikut.

***

Saya merupakan mahasiswa S2 jurusan Bisnis Internasional di University of International Business and Economics, Beijing, Tiongkok. Saat ini saya sudah melewati tahun pertama perkuliahan, yang berarti masih ada efektif 1 tahun lagi masa tempuh studi S2 saya. Saya sebenarnya sudah menempuh perkuliahan di Tiongkok sejak tahun 2011, dimana 2 tahun pertama saya menempuh studi yang setara Diploma 2 untuk program Bahasa Mandarin di Universitas Peking, Beijing. Alhamdulillah seluruh biaya dan tanggungan akomodasi tinggal selama saya menjalani perkuliahan tercakup dalam beasiswa yang diberikan oleh pemerintah Tiongkok (China Scholarship Council). Banyak kisah yang saya alami selama menjalani perkuliahan dan kehidupan di Tiongkok, terutama kisah kehidupan sebagai muslim ketika bulan Ramadhan tiba.

Dalam kesempatan Ramadhan tahun ini saya juga sedang menjalani aktivitas magang di perusahaan lokal di Kota Tianjin. Ya, ini merupakan Ramadhan ke 4 yang akan saya lewati di Tiongkok. Pertama, untuk masalah preferensi untuk tidak kembali ke Indonesia karena alasan berlebaran dan sebagainya memang terkadang bikin hati terenyuh dan kangen untuk mudik ke Jakarta. Namun, trennya di Tiongkok adalah, ketika libur musim panas seperti ini, waktu libur lebih panjang dan merupakan saat-saat yang baik untuk mencari aktivitas. Misalkan saja ketika Ramadhan tahun 2013 kemarin saya juga manjadi salah satu peserta mahasiswa asing yang mengikuti Model Konferensi APEC untuk mahasiswa, yang kala itu saya berperan sebagai delegasi SOM Indonesia.

Singkatnya, dibandingkan dengan libur musim dingin yang cenderung singkat, biasanya tidak banyak peluang-peluang kegiatan yang tersedia. Apalagi dengan kondisi cuaca ekstrem yang mampu mencapai minus 20 derajat, melaksanakan aktivitas non-perkuliahan seakan-akan hanya “mencari beku”. Oleh karena itu saya pribadi terbiasa untuk mudik ke Indonesia ketika liburan musim dingin.

Saya ingin memberikan tips sedikit untuk para pembaca khususnya yang tidak pernah dan/atau akan mengunjungi Tiongkok pada bulan Ramadhan, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi tips menarik untuk melewati puasa di Tiongkok.

Pertama-tama, hal yang perlu diketahui adalah, lama waktu berpuasa adalah sekitar 17 jam, walaupun tidak separah di Islandia yang bisa sampai 21 jam, dan tentu saja tidak senyaman berpuasa di Australia yang hanya 9 jam. Hal ini cukup memengaruhi pola istirahat, makan dan performa aktivitas siang hari, terutama bila aktivitas siang hari tersebut adalah aktivitas berkantor. Sebelumnya saya belum pernah melewati puasa dengan keadaan waktu yang mengharuskan berkantor pukul 08.30 pagi dan selesai kantor pada pukul 17.30 sore. Ketika saya menulis kisah ini, hari ini merupakan hari ke 4 saya berpuasa dengan rutinitas kantor, tidak menghitung mulai berpuasa yang jatuh pada Minggu, 29 Juni 2014. Tipsnya, usahakan untuk melakukan aktivitas luar ruangan seminimal mungkin, apalagi aktivitas olah raga yang saya kira tidak mungkin dilakukan.

Hal yang kedua, yang perlu diperhatikan adalah mengenai iklim cuaca yang perlu diantisipasi. Namanya juga musim panas, jadi sekitar Bulan Ramadhan biasanya memang Tiongkok agak panas, kecuali sebagian wilayah provinsi-provinsi utara sekali yang malahan sejuk-sejuk saja. Walaupun Jakarta atau sebagian besar kota-kota di Indonesia juga memilki iklim yang cukup panas, namun panas tropis sangat berbeda dengan panas sub-tropis seperti di Tiongkok. Panas sub-tropis adalah panas yang memiliki tingkat kelembaban sangat rendah. Sehingga kalau kita banyak menghabiskan aktivitas di luar ruangan, bahkan pada musim-musim lain, kulit akan terasa kering sekali. Apalagi kalau perihal yang sedang dibicarakan adalah berpuasa. Tipsnya adalah untuk banyak-banyak mengonsumsi buah-buahan, jus buah, atau sayur-mayur, sehingga kadar kecukupan air dalam tubuh akan tercukupi. Untuk sekedar meminum air saja saya pribadi rasa kurang sekali, karena selepas kita bangun dari tidur, maka air putih yang sebelumnya diminum akan tidak berbekas keesokan paginya. Untuk menangkal cuaca yang kurang bersahabat, mengonsumsi vitamin C maupun vitamin komples merupakan sesuatu yang harus dilakukan.

Ketiga, rutinitas harian dalam arti fisik, istirahat, dan jam makan saya akui agak melakukan beberapa eksperimen. Ketika pada Ramadhan tahun-tahun sebelumnya aktivitas saya hanya berada di sekitar kampus, saya menerapkan pola tidak tidur pada malam hari, dan baru tidur ketika selesai shalat subuh. Pola tersebut tidak mengapa, toh ketika kesempatan-kesempatan Ramadhan kemarin saya tidak memiliki jadwal perkuliahan di libur musim panas. Namun puasa Ramadhan 2014 agak berbeda, saya menerapkan tidur sebentar lalu bangun.

Katakanlah saya kembali ke kediaman pada pukul 18.00 sehabis pulang kantor, maka pertama yang akan saya lakukan adalah bersih-bersih diri dan persiapkan masak untuk berbuka. Menyiapkan makanan sendiri selain untuk menghindari memakan produk-produk yang tidak Halal, juga untuk mengurangi aktivitas fisik di luar ruangan. Kira-kira waktu menunjukkan pukul 19.47 untuk waktu Beijing dan sekitarnya (termasuk Kota Tianjin) saya berbuka puasa. Ada beberapa perbedaan waktu antara 30 menit sampai 40 menitan antara daerah utara dan selatan Tiongkok. Setelah melahap penganan, bersih-bersih dapur, dan shalat maghrib, waktu kemungkinan menunjukkan pukul 21.05. Saya lantas beranjak untuk tidur, dengan mengatur jam beker di ponsel untuk membangunkan saya pukul 00.00, saya dapat tidur 3 jam. Sebangunnya dari tidur sejenak itu, saya kembali ke dapur untuk mempersiapkan sahur dan bersantap sahur. Selesai bersantap sahur, waktu menunjukkan sekitar pukul 02.00, yang berarti masih ada waktu sekitar satu jam yang mana waktu subuh berkisar antara 03.13 sampai 03.15 waktu setempat. Jeda waktu tersebut saya bisa gunakan untuk shalat Isya dan melakukan aktivitas rohani lainnya. Catatan untuk waktu Isya, ketika musim panas waktu Isya akan sangat malam sekitar pukul 21.30, sehingga bila ingin menerapkan pola ini, shalat Isya dan tarawih lantas diundur.

Selepas shalat subuh saya bisa kembali tidur sekitar 4 jam sebelum memulai hari dan bersiap untuk berangkat bekerja. Total waktu tidur bisa tidak terkurangi, dan saya merasa segar sepanjang beraktivitas di siang hari.

Leave a comment