Latar belakang dari penulisan artikel-artikel di blog ini adalah guna memberikan pandangan langsung yang pernah aku alami selama berada di Tiongkok. Ada tulisan-tulisan yang aku susun ketika aku sedang berada di Tiongkok, ada pula yang aku susun ketika berada di Indonesia. Ulasan-ulasan di blog ini sangatlah bersifat subjektif. Aku pribadi bukanlah peneliti dan praktisi statistik. Sehingga apa yang aku coba sampaikan melalui blog ini bersifat deskriptif dan kualitatif.
Disclaimer dari aku pribadi adalah, masih banyak dari ulasan-ulasan yang aku sampaikan di blog ini memiliki tingkat akurasi yang tidak terlalu baik. Namun paling tidak hal-hal tersebut lah yang pernah aku alami selama berada di Tiongkok, beraktivitas dengan masyarakat lokal, dan sebagainya.
***
Pertama kali aku menjejakkan kaki di Tiongkok itu sekitar akhir bulan Agustus 2011, sebelumnya aku belum pernah mengunjungi Tiongkok daratan maupun Hong Kong atau Taiwan.
Kondisi sebelum aku berangkat ke Tiongkok adalah masih dalam rangka menempuh studi s1 di Universitas Padjadjaran, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, angkatan 2007. Memang kalau dipikir-pikir, apa urusannya aku dengan latar belakang kuliah s1 di ilmu sosial sempat berpikiran untuk ke Tiongkok melanjutkan studi. Sebenarnya hal itu juga tidak perlu dipikirkan. Aku menyadari kalau kita terlalu banyak memikirkan sesuatu (overthinking) maka rencana-rencana baik kita tidak akan terlaksana karena terbentur rasa takut, ragu, dsb yang datang dari diri sendiri. Singkatnya, alasanku untuk memutuskan pergi ke Tiongkok adalah mencari sesuatu yang baru dan berbeda dari kebanyakan orang.
Pertama kali aku datang ke Tiongkok (Beijing) adalah dalam rangka untuk menempuh pendidikan Bahasa Mandarin. Nama kampus pertama ku di Beijing adalah Peking University. Untuk orang Tiongkok itu sendiri, Peking University setara dengan Harvard kalau di Amerika, namun tetap saja level Peking University dan Harvard masih belum setara. http://english.pku.edu.cn/.
Kondisi lain sebelum keberangkatanku adalah sedang dalam rangka menyelesaikan urusan-urusan yang berkenaan dengan skripsi. Ketika itu aku sudah mendapatkan restu dari para dosen pembimbing yang menyetujui draf tulisan skripsi ku dan tinggal menunggu waktu sidang saja. Jadi kondisi aku berangkat ke Tiongkok itu dalam kondisi belum lulus kuliah di Unpad. Tapi hal itu tidak mengapa, karena judul dari program studi yang aku ambil pertama kali tiba di Peking University itu adalah Associate Degree of Mandarin Language. Kalau Associate Degree itu bisa kita analogikan sebagai pendidikan Diploma. Ketika aku sedang menunggu kabar kepastian sidang akhir skripsi, aku juga alhamdulillah mendapat kabar gembira bahwa aku diterima untuk ke Tiongkok melalui beasiswa China Scholarship Council (CSC), yaitu satu badan pemberi beasiswa yang langsung datangnya dari pemerintah Tiongkok. Aku mendaftar dan mendapatkan paket beasiswa full dari CSC yang tentunya sangat memudahkan dan memotivasi untuk langsung berangkat ke Tiongkok. http://www.csc.edu.cn/laihua/indexen.aspx.
Ketika mendapatkan kabar gembira lolos beasiswa tersebut aku tidak lagi berpikir panjang dan langsung berangkat ke Tiongkok dengan kondisi hanya tinggal mengikuti sidang akhir skripsi. Segala hal yang berhubungan dengan sidang dan draf skripsi aku pinggirkan sejenak guna fokus untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Mandarin di Universitas Beijing (Peking merupakan nama kuno dari Beijing, seperti halnya Jayakarta dan Jakarta, red.).
Setelah aku melewati satu semester perkuliahan Bahasa Mandarin, aku kembali ke Jatinangor (untuk yang tidak tahu, Unpad terbagi menjadi 2 wilayah kampus: di Kota Bandung dan Jatinangor, arah ke Sumedang) ketika memasuki liburan musim dingin yang biasanya memiliki slot waktu 2 bulan liburan. Sehingga, dengan begitu aku bisa memanfaatkan waktu liburan itu untuk kembali menyelesaikan draf skripsi dan mengikuti sidang akhir skripsi, alhamdulillah selesai. Oleh karena itu lah aku baru bisa lulus dari s1 Unpad pada awal tahun 2012.
Banyak orang yang tidak tahu bahwa kondisi-kondisi seperti ini dimungkinkan. Tadinya aku pun tidak tahu, tapi setelah cukup nekat dan mencoba, akhirnya bisa dilakukan dan melalui proses administrasi dan sebagainya sampai lah aku tiba di Tiongkok.
Sekembalinya ke Beijing aku seperti biasa melanjutkan perkuliahan Associate Degree Bahasa Mandarin untuk semester yang ke-2. Segenap perkuliahan berjalan lancar dan aku mencoba untuk meresap betul ilmu yang sama sekali baru. Tapi aku yakin bahwa dengan mempelajari bahasa baru, akan menjadi modal aku untuk dapat sukses di kemudian hari.
Tidak terasa masa perkuliahan berlalu begitu cepatnya. Setelah selesai 2 semester untuk program Bahasa Mandarin, aku berpikir bahwa itu tidak cukup dalam artian kemampuan ber-Bahasa Mandarin ku masih kurang bagus, untuk itu aku mengontak kembali penanggungjawab dari beasiswa yang sebelumnya pernah aku hubungi, dan memperpanjang beasiswa untuk program yang sama di Peking University untuk 2 semester lagi.
Setelah semua perkuliahan mengenai Bahasa Mandarin di Peking University selesai, aku merasa cukup puas. Karena Bahasa Mandarin juga merupakan bahasa yang cukup menantang untuk dikuasai, aku merasa cukup bahagia dengan kemampuan bahasa baru yang aku miliki.
Selanjutnya aku meneruskan studi s2 Ilmu Bisnis Internasional di University of International Business and Economics (http://english.uibe.edu.cn/) yang juga terletak di Beijing. Masih dengan modal beasiswa dari CSC, aku melanjutkan studi s2 dengan harapan aku bisa menambah ilmu dan mengaplikasikannya di Tanah Air kemudian hari.
Soal pemilihan jurusan, aku sebenarnya lebih tertarik untuk mengambil jurusan Hubungan Internasional untuk program studi s2 ku. Tapi dari pihak keluarga menyarankan dan menekankan untuk sebaiknya mengambil program studi bisnis yang akan lebih banyak opsi penerapannya kemudian hari.
Kalau dipikir-pikir juga, dari mana hubungannya ilmu studi s1 aku yang merupakan Ilmu Kesejahteraan Sosial dengan jurusan Ilmu Bisnis Internasional yang aku ambil di UIBE. Jawabannya ya kembali lagi di atas: tidak usah dipikirkan. Karena dalam proses berpikir tersebut kita “memperbolehkan” diri kita sendiri untuk memasukkan elemen-elemen yang tidak perlu sebagai bahan pertimbangan. Dengan demikian, itu tergantung pada diri kita masing-masing apakah terbiasa dengan dominan berpikir positif atau negatif atau ragu-ragu. Untuk itu, sebaiknya tidak perlu overthinking, apalagi bila sedang menimbang mengenai sesuatu yang baik: pendidikan.
***
Setelah melalui segala proses belajar dan melewati keseharian kehidupan di Beijing, aku melanjutkan hidup di Tiongkok dengan bekerja di Kota Tianjin yang letaknya masih dekat dengan Beijing. Aku bekerja di satu perusahaan lokal Tiongkok yang bernama Tianjin Hoidi Group Co., Ltd. yang memiliki bisnis utama pada manufaktur rig pengeboran lepas pantai. Kalau dihitung-hitung waktu bekerja ku di Tianjin hanya 1 tahun.
Namun, tidak bertahan lama di perusahaan tersebut karena satu dan lain hal, aku mengakhiri pekerjaan di perusahaan tersebut dan kembali ke Jakarta pada Oktober 2016.
***
Jadi, dapat dikatakan aku sudah pernah berada di Tiongkok untuk menempuh studi dan bekerja dengan total 5 tahun sejak tahun 2011 sampai tahun 2016.
Semoga tulisan-tulisan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Selamat menikmati.