[Seri konten lawas migrasi dari blog silat-tiongkok.tumblr.com]
Tampak foto komplek makam dan masjid sahabat Sa’ad bin Abi Waqqash R.A di Kota Guangzhou, Provinsi Guangdong, Tiongkok.
Berziarah ke Sahabat Rasulullah Hingga ke Negeri Panda
Ziarah, istilah yang berasal dari bahasa Arab yang berarti Berkunjung, istilah yang sangat populer di Indonesia ini biasanya dikaitkan dengan berziarah ke makam para Wali Songo, penyebar islam di tanah Jawa atau jika menjelang dan akhir bulan Ramadan kita lakukan untuk berkunjung ke makam orang tua atau keluarga yang sudah mendahului kita.
Ziarah ke makam disunnahkan oleh Nabi Muhammad SAW yang bertujuan selain untuk mendoakan orang yang sudah tiada sekaligus untuk mengingatkan kita akan kematian yang pasti akan datang.
Penulis kali ini akan mengajak pembaca untuk berbagi informasi dan berziarah ke makam salah satu sahabat Rasul, Sa’ad bin Abi Waqqash di kota Guangzhou Provinsi Guangdong, RRT.
Di Guangzhou, selain ada masjid tertua yakni masjid Huaisheng yang dibangun tahun 627 masehi oleh Saad bin Abi Waqqash juga terdapat makam beliau (baca artikel sebelumnya: Menyusuri Sejarah Panjang Islam di Negeri Tirai Bambu).
Ya, berziarah ke negeri Panda, mungkin tidak banyak yang tahu, makam Sahabat Rasul sekaligus paman Rasul Saad bin Abi Waqqash terletak di kota Guangzhou. Kota terbesar ketiga di Tiongkok dan menjadi pusat perdagangan bagi pebisnis asing yang datang di Tiongkok.
Di tengah kota modern yang berpenduduk sekitar 14 juta dan ribuan gedung pencakar langit ini terdapat makam sahabat Rasul tersebut.
Terletak di daerah Jalan Lanpu Lu seberang Yuexiu Gong Yuan atau Yuexiu Park pusat distrik Yuexiu. Komplek masjid dan makam Saad bin Abi Waqqash cukup luas, sekitar 5 hektar yang dikelilingi oleh makam para pengikutnya dan rimbunnya pepohonan di taman.
Selain makam sahabat Saad bin Abi Waqqash, di area makam tersebut juga terdapat makam-makam muslim lainnya yang merupakan pengikut dari beliau. Makam para pengikut beliau tersebut tersebar di sekitar pintu masuk yang mengelilingi makam utama, yaitu Makam Sahabat Saad.
Seperti kebanyakan komplek makam Walisongo di Jawa dimana makam Wali yang dikelililngi makam pengikut dan juga berdiri masjid di dalamnya.
Di komplek ini juga terdapat masjid yang diberi nama Masjid Shahabi Saad bin Abi Waqqash atau dalam bahasa Mandarin dikenal dengan Xian Xian Qingzhensi yang artinya kurang lebih masjid kehormatan utama. Masjid ini merupakan salah satu dari 4 masjid yang ada di kota Guangzhou.
Arsitektur bangunan makam Saad bin Abi Waqqash ini hampir sama dengan makam-makam waliyullah di tanah jawa, batu nisan yang berada ditengah bangunan tersebut terbuat dari semacam granit dan ditutupi kain hijau yang terletak di dalam ruangan khusus berukuran sekitar 10 meter persegi bercat hijau dan tinggi atap sekitar 4 meter dengan dikelilingi tempat khusus bagi peziarah yang ingin berdoa.
Al Quran dan beberapa buku doa terdapat di sudut makam ini yang disiapkan khusus bagi peziarah, beberapa diantaranya Al Quran dengan terjemahan bahasa mandarin.
Akses ke Masjid dan Makam
Jika Anda berkunjung ke Hongkong atau ke Guangzhou sempatkan berkunjung di tempat ini, komplek ini juga dekat dengan KJRI Guangzhou yang berkantor di Hotel Dongfang atau sekitar lima-sepuluh menit dengan jalan kaki dari masjid.
Dari bandara internasional Baiyun Guangzhou cukup naik MRT Guangzhou Metro atau kereta bawah tanah dengan sekali tiket sekitar 4-8 RMB dengan waktu tempuh kurang lebih sekitar 30 menit. Dari bandara Anda harus naik dua kali kereta, yang pertama naik Line 3 dan turun di stasiun Jiahe Wanggang setelah itu ganti naik Line 2 turun di stasiun Yuexiu Gong Yuan atau Yuexiu Park keluar lewat pintu Exit B2.
Sehabis keluar dari pintu tersebut, Anda cukup jalan ke kiri sekitar 50 meter dan ada gang atau jalan pertama masuk ke kiri sekitar 100 meter, komplek masjid dan makam terletak di sisi kanan jalan dengan ditandai oleh gerbang tradisional Tiongkok yang beraksara mandarin dan tulisan Masjid Saad Abi Waqqash dalam bahasa Arab.
Dari luar gerbang masuk, komplek masjid dan makam tidak terlihat karena tertutup oleh taman asri yang dipenuhi pepohonan, baru setelah Anda masuk sekitar 20 meter akan menjumpai bangunan masjid dua lantai yang cukup luas, tidak ada bentuk kubah atau minaret dalam arsitektur masjid ini, yang ada adalah masjid ini berarsitektur bangunan khas Tiongkok warna merah berpintu lipat berjajar dari kayu seperti dalam film-film kungfu.
Masjid yang berhalaman cukup luas ini yang membedakan adalah diatasnya terdapat simbol bulan sabit. Beralaskan karpet hijau tebal yang cukup empuk, rasa damai dan ketenangan akan kita rasakan ketika memasuki masjid ini apalagi di dalamnya ditambah banyak kaligrafi Arab yang ditulis oleh seniman muslim Hui tertempel di dinding, menambah suasanya hanyut dalam kesejukan batin ini.
Di samping mihrab terdapat mimbar yang mirip mimbar di masjid-masjid kuno di Indonesia seperti di masjid Demak yakni berbentuk undakan dan beratap yang semuanya terbuat dari kayu berwarna kecoklatan.
Disamping masjid ada kantor pengelola masjid serta dibawahnya terdapat tempat wudhu pria dan puluhan toilet dan kamar mandi yang bersih.
Untuk menuju makam, Anda cukup berjalan lurus dari masjid mengikuti jalan setapak yang akan disambut gerbang makam yang bertuliskan Arab Roudhoh Saad Abi Waqqash dan tempat wudhu wanita serta beberapa bangunan semacam kantor, setelah itu ada bangunan berbentuk kotak yang tidak terlalu besar bercat hijau, disanalah terletak makam Saad bin Abi Waqqash.
Komplek masjid ini di hari Jumat akan ramai sekali didatangi ribuan jamaah lokal maupun muslim ekspatriat, selain untuk sholat jumat juga terdapat pasar tiban yang berjualan makanan halal khas Xinjiang dan suku Hui atau semacamnya dan barang-barang khas muslim lainnya. Di sepanjang jalan masuk sebelum masjid, Anda akan dimanjakan oleh kuliner Chinese Halal Food selama seharian.
Oh ya bagi Anda yang muslimah, anda diwajibkan memakai pakaian panjang dan berkerudung untuk masuk komplek ini yang akan diperiksa di gerbang masuk komplek tersebut. Atau jika bersama teman wanita non muslim yang ingin masuk komplek usahakan memakai pakaian panjang atau bisa juga pinjam ke penjaga yang juga menyediakan kain panjang untuk dikenakan.
Komplek yang dibuka setiap hari mulai jam 07.00 sampai 20.00 ini selain untuk ibadah juga bisa untuk transit rehat sejenak selama perjalanan, seperti yang penulis lakukan setiap kali transit di Guangzhou baik ketika akan pulang ke Indonesia atau balik ke kota Nanchang, tempat kuliah penulis, menyempatkan berkunjung ke masjid ini sambil menunggu jadwal penerbangan berikutnya.
Jika anda ke kota ini sempatkan beberapa saat untuk berziarah dan sholat di masjid tersebut, anda akan merasakan suasana yang sangat berbeda di tengah hiruk pikuk kota.
Yang cukup membanggakan adalah di tengah gedung tinggi kota Guangzhou komplek masjid dan makam ini terawat sangat baik dan menjadi salah satu bangunan cagar budaya yang dilindungi oleh pemerintah Tiongkok.
Bahkan beberapa kali penulis berziarah kesana sempat menjumpai rombongan peziarah yang sebagian dengan logat Jawa Tengahan yang sangat khas, ternyata mereka adalah ibu-ibu pengajian WNI, mereka layaknya seperti berziarah di makam Walisongo di Indonesia. Ketika penulis menanyakan darimana rombongan tersebut, ternyata sebagian besar adalah jamaah pengajian buruh migran dari Hongkong dan secara rutin mereka berziarah yang dipimpin oleh seorang ustad.
Memang jarak Hongkong ke Guangzhou tidak terlalu jauh, bisa ditempuh dengan naik bis atau kereta sekitar 2 jam. Itulah yang menjadi salah satu alasan mengapa mereka sering ziarah ke makam ini.
Hampir tiap hari pasti ada orang berziarah ke makam ini baik muslim Tiongkok maupun muslim dari negara lainnya yang kebetulan menetap atau sekedar wisata ke negeri tersebut, memang tidak seramai tempat-tempat ziarah seperti di Jawa tetapi paling tidak kita akan merasakan ditengah Tiongkok yang komunis terdapat makam tokoh muslim penyebar islam penting di negeri tersebut, Subhanallah.
Penulis: Ahmad Syaifuddin Zuhri adalah Mahasiswa Master in International Relations Nanchang University, kota Nanchang, Provinsi Jiangxi, RRT.
Dewan Pembina Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Tiongkok 2014-2015.
11/8/14