Ramadhan ala PPT (Para Pencari Takjil) di Kota Xiamen

[Seri konten lawas migrasi dari blog silat-tiongkok.tumblr.com]

Seperti yang kita ketahui, di waktu sahur, ada banyak hiburan televisi yang menemani makan sahur kita. Salah satunya yakni serial drama “PPT” yang menjadi program kesayangan pemirsa di tanah air. PPT sendiri adalah singkatan dari “Para Pencari Tuhan”. Jika di Indonesia ada Para Pencari Tuhan, maka kami para mahasiswa Indonesia di negeri Tiongkok ini pun juga memiliki PPT, yang kepanjangannya yaitu “Para Pencari Ta’jil”.

Cukup menarik bukan? Sebenarnya nama ini cuman dibuat guyonan saja. Karena di Xiamen sendiri yang namanya takjilgratis hanya ada di Masjid Xiamen yang berjarak cukup jauh dari kampus kami, sekitar satu jam perjalanan dengan naik Bus Rapid Transit (BRT) yang selalu dipadati oleh para penumpang. Jadi, perjalanan menuju Masjid penuh tantngan dan harus berani berdesak-desakan dengan penumpang lainnya.

Oleh karena itu, kami lebih sering buka puasa bersama di kamar teman yang dihuni oleh mahasiswa Muslim semua. Di kamar yang tidak terlalu besar ini, kami para PPT yang beranggotakan 9 mahasiswa ini biasa berkumpul dan ngobrol. Canda tawa yang selalu hadir di sela-sela kebersamaan kami semakin membuat persahabatan kami semakin erat dan selalu kompak.

Tidak hanya ketika buka puasa, kami juga sering mengadakan salat tarawihberjamaah di kamar yang dijadikan sebagai Base camp teman-teman muslim di kampus kami. Setelah solat tarawih, dilanjutkan dengan kegiatan personal, tapi kegiatan tidak berpindah dari kamar yang insya Allah penuh dengan barakah ini.

Di kamar yang hanya dihuni empat orang ini, sebagian dari anggota PPT ada yang nonton televisi siaran Indonesia via internet yang menyajikan cerita wali songo, ada yang baca Al-Qur’an, ada yang belajar untuk ujian akhir semester, ada yang main PS dan sebagainya. Walaupun beberapa kegiatan dilakukan dalam satu lokasi, tapi setiap orang tidak diperkenankan berisik hingga mengganggu tetangga kamar, apa lagi mengganggu teman yang sedang tadarus.

Setelah lewat dari jam 12 malam, ada sebagian teman yang kembali ke kamar masing-masing, ada juga yang tetap bermalam di Base Camp. Ketika tiba waktu sahur, beberapa teman yang bertugas memasak dan tidak tidur membangunkan sahabat muslim yang lainnya.

Hingga semuanya bangun dan berkumpul di kamar yang sederhana ini, kami baru memulai makan sahur dengan makanan yang sederhana dan lauk seadanya. Cara makannnya pun tidak memakai piring dan sendok seperti biasanya, melainkan makan ala khas santri di pesantren salaf yakni menggunakan plastik -sebagai pengganti nampan- besar yang dihampar, kemudian nasi dan lauknya tinggal dituang ke plastik ini.

Setelah semua para anggota PPT duduk mengelilingi makanan yang sudah disiapkan, maka kami pun mulai menyantap makanan sahur yang cukup sederhana dengan menggunakan tangan. Setelah makan sahur selesai, biasanya kami minum sisa teh sariwangi milik salah satu teman PPT sambil ngobrol santai menunggu datangnya waktu subuh.

Begitulah kami para mahasiswa Muslim Indonesia di Xiamen Tiongkok melaksanakan ibadah di bulan yang penuh dengan berkah ini. Pepatah Mandarin mengatakan, jiali kao fumu, chumen kao pengyou yang artinya di rumah bersandar atau bergantung pada orangtua, ketika keluar dari rumah teman lah tempat kita bersandar atau bergantung (dengan tanpa membandingkan kebesaran Allah SWT sebagai tempat kita bersandar yang sejati).

Jadi, menurut pandangan saya, teman bukan hanya orang yang sekedar menemani perjalanan hidup kita, tapi juga orang yang akan membantu dan atau menghibur kita di saat-saat kita membutuhkannya. Misalkan, di saat kita menghadapi kesulitan, teman lah yang pertama kali akan membantu. Ini adalah arti dari persahabatan.

Disamping itu, untuk mendapatkan kebahagian dan kenikmatan di bulan yang suci ini, kita tidak perlu mengeluarkan banyak uang untuk membeli makanan buka puasa yang enak, mahal dan sebagainya. Cukup hanya dengan adanya teman-teman yang selalu bersama kita menjalankan ibadah yang hanya Allah yang tahu pahalanya ini. Alhamdulillah, saya merasa bulan Ramadhan tahun ini lebih indah dan berwarna.

Walaupun kami melaksanakan bulan Ramadhan kali ini dengan sangat sedarhana, tanpa orangtua di samping, tapi kami tetap bisa tersenyum dan tertawa bersama. Canda tawa para sahabat semua akan selalu ada di kehangatan kebersamaan ini. Kadang kala saya sendiri merindukan suasana kebersamaan dengan keluarga tercinta di bulan Ramadhan, teman PPT sendiri tetap selalu memberi kehangatan dalam perkumpulan yang selalu ada di setiap waktunya.

Nur Musyafak, Alumnus Pondok Pesantren Nurul Jadid, Ketua Jamaah Hikamul Muttaqin-Xiamen 2013-2014.

Mahasiswa China Huaqiao University

10/8/14

Leave a comment