Kalau saya termasuk orang yang berada pada posisi di mana pengalaman adalah guru terbaik. Dalam bidang apapun, dalam konteks apapun. Terlebih mengenai menulis blog. Jadi, sebenarnya cara menulis blog yang baik itu tidak mesti merujuk pada satu pendapat atau pengalaman orang lain saja, tapi bisa juga pada beberapa atau banyak orang, sehingga dengan begitu kita bisa mengaplikasikannya ke diri sendiri, dan kita bisa menyesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan-kebutuhan penulisan kita. Jadi, misalkan ada semacam pelatihan atau workshop yang kita ikuti mengenai penulisan blog, jadikan itu salah satu dari sumber masukan/input kepada diri kita. Menurut saya, jangan langsung mengambil kesimpulan dengan cepat. Karena menulis blog tidak ubahnya seperti menulis untuk keperluan-keperluan lainnya, banyak hal yang bisa menjadi input.
Salah satu cara untuk menulis blog yang baik adalah dengan mengetahui big picture dari konten blog yang akan ditulis. Yaa ibarat ketika kita sedang mengerjakan skripsi, ada tujuannya, yang jelas. Karena kalau tidak, kita sebagai penulis, walaupun blog itu sifatnya pribadi dan personal, suka suka gue, namun ingat, apakah ada yang mau baca? Kenapa harus ada yang mau baca? Karena itu lah insentif kita menulis, bukan? Faedah dari menulis menurut saya adalah dengan ada orang yang membaca, karena kalau kita menulis tanpa ada orang yang mau baca, berarti kita cuma buang-buang waktu, lebih baik mengerjakan hal-hal lainnya yang memiliki faedah lebih baik.
Dengan mengetahui big picture tersebut, diharapkan kita bisa melakukan semua proses penulisan blog dengan konsisten. Sehingga para pembaca juga akan mengetahui kira-kira ekspektasi apa yang akan terjawab oleh tulisan yang mereka baca.
Menulis dengan passion, bukan tuntutan, kecuali kalau itu masuk ke ranah profesi. Hal ini juga cukup penting. Mengingat proses menulis itu memakan waktu, energi pikiran, dan fisik yang sering kali melelahkan. Ketika kita coba untuk menulis, namun kurang bisa mengalir, mungkin saja bisa dikatakan passion kita bukan di situ. Carilah passion lain yang akan membuat kita merasa lebih hidup karena nya. Untuk apa hidup dengan menjalankan hidup orang lain, karena sekedar ikut-ikutan dan tidak tahu tujuannya untuk apa.
Dengan passion/hasrat mendalam, akan sangat memudahkan kita untuk merangkai segenap pemikiran yang ada di kepala, lalu otak akan mengirimkan perintah kepada jemari kita untuk menekan tuts pada keyboard sehingga setiap kata yang abstrak bisa terbaca dengan format seperti ini. Nah, kalau sudah tahu passion kita, menurut saya tidak ada passion yang salah. Mungkin orang akan men-judge passion kita yang terlihat tidak biasa, aneh, dan ekstrim. Namun, kalau itu memang merupakan passion dan bisa diterjemahkan ke dalam bentuk tulisan yang enak dibaca, kenapa engga?
Lalu, mencari inspirasi menulis. Ini yang sering kali ditemukan dan dirasakan oleh para penulis pemula. Tadinya semua hal banyak terpikirkan di kepala, lalu tiba-tiba waktu kita selesai sholat, selesai makan, selesai mandi, selesai ngerjain yang lain sebentar saja, pikiran-pikiran itu lantas hilang, dan seakan-akan kepala kita dipaksa untuk restart mencari inspirasi lainnya yang bisa kita masukkan ke dalam blog.
Banyak orang yang memulai menulis dari hal-hal yang sederhana, yang berasal dari pengalaman hidup. Baik itu memiliki format curhatan, reportase, analisis, kajian ilmiah, dan sebagainya. Memang pengalaman hidup itu paling mudah menjadi inspirasi. Baik itu pengalaman yang lucu, mendebarkan, mengharukan, membuat emosi membuncah, dan sebagainya. Menulis berdasarkan pengalaman sederhana nya seperti memutar ulang video player (kalau bukan kaset, karena jaman sekarang, siapa yang masih pakai kaset? Hehe). Selain itu, konten yang bersifat non-pengalaman pribadi dan sebagainya tentu saja bisa menjadi inspirasi penulisan kita.
Tentu saja beberapa hal di atas paling tidak merupakan awalan untuk memulai menulis blog, namun jangan lupa, selain itu banyak sekali elemen-elemen menulis lainnya yang harus kita perhatikan.
Perhatikan dasar-dasar menulis, seperti yang diajarkan di bangku SMP dulu. Hal-hal seperti Kerangka Berpikir, Kerangka Paragraf, Kohesi dan Koherensi pada kalimat dan paragraf, paragraf pembuka, paragraf penutup, EYD (atau engga), dan cek typo berulang untuk menghindari kesalahan penulisan.
Kerangka Berpikir merupakan elemen penting dalam setiap produk penulisan, baik itu untuk tujuan blog ringan, tujuan akademis, profesi, dan sebagainya. Tanpa Kerangka Berpikir, maka akan sulit untuk penulis menjabarkan kata-kata yang akan dipakai, sehingga bisa merangkai ke dalam kalimat-kalimat yang enak dan layak untuk dibaca. Karena bagaimana pun menulis itu bukan hanya soal menumpahkan apa yang ada di isi kepala kita, tapi juga bagaimana menjadikan itu layak dibaca oleh orang selain kita. Bingung kan? Jangan dong.
Kerangka Paragraf sama pentingnya dengan Kerangka Berpikir. Dalam artian, dengan Kerangka Paragraf, kita bisa mengetahui plot penulisan/narasi yang ingin kita taruh di setiap paragraf nya. Dengan begitu, para pembaca nantinya juga akan mendapatkan kesan membaca yang terstruktur. Ingat, blog bukan film, jadi agak sulit kayaknya ya kalau dikasih plot maju mundur cantik. Kecuali kalau sudah berpengalaman menulis seperti itu, dan sudah memiliki segmen pembaca yang memang suka dengan tulisan yang memiliki plot agak mengacak.
Teknis menulis blog tentu saja meliputi hal-hal seperti laptop/komputer, sambungan internet, suasana menulis, dan sebagainya. Kalau menurut saya yang paling penting adalah suasana menulis. Usahakan mencari suasana yang kita nyaman dengan itu (nyaman sedikit, sayang. Bukan, bukan yang itu maksudnya, ish). Baik itu di kafe, kosan, rumah, perpustakaan, dll yang penting lokasi menulis itu membuat kita tidak sibuk dengan hal-hal lain. Usahakan kita tidak memiliki urusan lain ketika ingin menulis blog. Karena pengalaman saya sendiri menulis satu tulisan seperti ini bisa memakan waktu satu jam penuh penulisan. Jadi, kalau ada meeting sama teman kerja, ada PR kuliah atau sekolah yang belum selesai, belum sholat, belum cuci piring (karena takut kepikiran di kosan udah bau banget piring-piring kotor), belum ambil laundry, belum gembok ban motor, belum balikin buku ke perpus yang sebentar lagi tutup, belum habisin Netflix Umbrella Academy. Lebih baik selesaikan dulu hal-hal lain sebelum kita duduk (bisa sih berdiri, tapi pegel) dan mengalokasikan waktu kita paling engga satu jam untuk menulis tanpa interupsi dari hal-hal atau pikiran lainnya.
Selain lokasi menulis, waktu menulis ini juga sifatnya sangat subjektif pada masing-masing orang. Banyak yang merasa kalau menulis pada malam hari itu bagus karena lebih tenang, maka menulis lah pada malam hari. Mau itu pagi sebelum berangkat kantor atau ngampus, atau siang hari ketika istirahat kelas atau break kantor, itu semuanya terserah masing-masing individu. Asalkan kuncinya adalah tadi di awal, kita sudah bikin terlebih dahulu Kerangka Berpikir dan Kerangka Paragraf nya, dan kita hanya tinggal mengembangkan kerangka-kerangka tersebut sehingga menjadi tulisan yang paling tidak terdiri dari 800 kata.
Kalau pengalaman saya pribadi, saya tidak suka menulis sambil mendengarkan musik. Mungkin banyak yang bisa, tapi tidak untuk saya sendiri. Karena dengan mendengarkan musik, saya biasanya akan teralih perhatiannya ke lirik musik tersebut atau tergoda untuk melihat MV lagu itu di Youtube, dan ketika kita sudah terperangkap di Youtube, maka there’s no way back into writing mood, tenan iki.
Sediakan air minum yang cukup, karena sering kali ketika kita menulis, energi kita tiba-tiba habis karena proses menulis sangat menguras pikiran. Menyediakan cemilan juga bisa, tapi saya sendiri tidak menyarankan karena ya nanti malah jadi kebanyakan nyemil, bukan nulisnya. Meja tempat kita menulis bisa menjadi kotor, dan kita malah akan teralih untuk membersihkan meja tersebut. Ribet ga tuh?
Demikian tulisan ini, semoga bermanfaat. Keep writing, people..!
😀