Hitam atau putih aja lah kalau bahas soal yang satu ini. Pendapat saya, harus.
Menulis blog itu ibarat melatih diri sendiri untuk bisa lebih banyak dan leluasa berpendapat. Tapi bukan sembarang berpendapat atau mencurahkan pikiran kita, bukan? Tentu saja kita harus bisa menggunakan struktur pemikiran, sehingga apa yang kita curahkan bisa lebih baik diterima oleh para audiens. Ya, memang betul, menyampaikan pendapat dengan menulis dan berbicara itu hal yang berbeda, teknik nya pun berbeda. Tapi, bottom-line nya adalah ketika menulis, tulisan-tulisan kita bisa digunakan untuk penyampaian-penyampaian yang sifatnya orasi (berbicara) di waktu-waktu yang akan datang.
Sehingga, dengan melatih diri sendiri untuk bisa menyampaikan pendapat/analisis yang lebih baik, tentu kedepannya akan sangat membantu kita dalam banyak hal, seperti urusan studi, pekerjaan, bermasyarakat, dan lain-lain. Dengan menulis, kita akan lebih membiasakan diri untuk secara sistematis mengungkapkan apa yang ada di kepala kita, dan itu merupakan nilai plus yang kita butuhkan selama hidup.
Kalau pertanyaannya kenapa harus menulis blog, tinggal dibalik saja, kita bisa apa memangnya? Orang-orang besar menulis blog, menulis buku. Orang-orang berprestasi dia memiliki buku baik itu biografi ataupun autobiografi, lha kita, memang kita sudah memiliki prestasi apa yang menjadikan kita malas untuk menulis?
Untuk kita yang masih sekolah, mungkin tidak terbayang ya kenapa sih harus capek-capek nulis. Pusing gitu, ga tau mau nulis apa, mending scroll-scroll Stories atau Feed. Untuk yang sudah kuliah, mungkin juga baru memulai untuk berpikir, apa itu gunanya menulis, menulis apa, kapan, di mana, sama siapa, sedang apa, dll tetek-bengek pertanyaan itu saling sahut menyahut. Tapi, ketika kita sudah berada pada posisi yang menuntut kita untuk bersaing, semisal untuk mencari kerja, lantas apa yang bisa kita tawarkan kepada calon perusahaan yang kita tuju? Blog merupakan salah satu alat yang bisa kita gunakan untuk tujuan tersebut. Dengan begitu, orang yang mau mempekerjakan kita tinggal melihat saja blog yang kita punya, lantas dia atau mereka bisa tahu bagaimana cara berpikir kita, bagaimana alur berpikir kita, apa yang menjadi concern kita di masa-masa lalu, dan sebagainya. Ya, hal itu sangat relevan, ketika saya akan meng-hire seseorang, pasti saya akan tanya, pernah nulis blog?
Menulis blog ini sedikit banyak akan membantu kita dalam menjelaskan banyak hal pada momen yang singkat. Hal ini sering saya alami ketika diamanatkan untuk menjadi pembicara di beberapa kesempatan. Biasanya ketika kita sedang asyik berbicara di depan, kendala utama adalah waktu, bukan? Oleh karena itu biasanya saya ya hanya bisa bilang “silahkan berkunjung ke blog saya untuk ulasan lebih lanjut”. Dengan begitu sesi bicara kita seakan-akan bisa kita jadikan sebagai trailer atau teaser dari segenap konten yang sudah kita siapkan di blog.
Memiliki blog atau menulis di media? Enaknya, kalau menulis di blog saya pikir adalah tulisan kita semua ada di satu URL. Kalau tulisan ke media-media yang ‘onlen-onlen itu’, memang kita bisa berbangga dengan prestasi tersebut, tapi kalau disuruh mengumpulkan tulisan-tulisan yang sudah melayang, kita mungkin harus memberikan ke orang lain beberapa tautan URL, kurang praktis sih. Terutama ketika orang lain meminta kita menjadi referensi untuk suatu bahan penulisan yang lain, dan sebagainya.
Kalau saya pribadi merasa dengan menulis blog itu, bisa dibilang berkontribusi untuk orang lain. Kenapa? Karena kalau menulis buku, orang lain harus beli, ini kan tinggal baca blog saja. Terutama mengenai hal-hal yang berkenaan dengan yang orang lain belum banyak ketahui, seperti pengalaman studi di Tiongkok, pengalaman hidup di Tiongkok, dan sebagainya. Bisa-bisa saja kalau saya tulis buku, cuma itu semacam membatasi akses orang-orang yang sebenernya membutuhkan informasi yang kita punya karena harus merogoh kocek.
Dengan menulis blog, saya pribadi pikir ini bisa meningkatkan rasa percaya diri kita sendiri. Karena mungkin kalau menulis buku, tidak semua naskah itu bisa diterbitkan oleh pihak Penerbit. Banyak proses editing, analisis market untuk jenis (genre) tulisan kita, dan sebagainya. Sehingga menulis blog bisa menjadi alternatif lain agar kita bisa berkarya dalam tulisan, dan dalam kondisi se-fleksibel mungkin.
Menulis blog itu, apalagi dalam frekuensi yang rutin, katakanlah 1 halaman (800 kata) per 2 hari, atau per 3 hari, atau per minggu, itu cukup membuat kita merasa sedang melakukan sesuatu yang positif. Beda dengan kalau misalkan kita melulu melihat postingan di Instagram, atau video-video YouTube, yang waktu kita habis banyak, namun tidak merasakan manfaat yang berarti.
Menulis blog dalam hal ini memiliki ‘sense of achievement’ seperti membaca buku. Bedanya kalau membaca buku, kita memasukkan informasi, input, dan sebagainya kepada diri kita. Namun, jika kita menulis blog seperti ini, artinya kita sedang melatih diri sendiri untuk bagaimana caranya agar bisa mengartikulasikan kata-kata yang ingin kita sampaikan kepada lebih banyak lagi khalayak di luar sana. Sehingga, ketika kita selesai menulis blog, dengan konten-konten yang kita sukai, niscaya kita akan merasakan sesuatu yang kita tulis itu sangat berguna.
Jadi, gimana? Menulis blog itu harus apa engga sih?
😀