Bicara Xinjiang, Ambo Paniang (pusing)

Mohon artikel ini dibaca dengan kepala yang dingin, dan dalam kondisi mood yang mengedepankan objektifitas. Saya hanya seorang manusia, yang juga bisa salah. Namun, dari pengalaman saya 5 tahun studi dan bekerja di Cina, ini lah yang bisa saya sampaikan mengenai isu yang satu ini.

Waktu itu saya pernah diajak ngobrol sama rekan dari Asumsi.Co mengenai kasus yang satu ini, yang sudah diupload di https://soundcloud.com/user-63652509/asumsi-with-rayestu-ngobrolin-isu-uighur-bareng-fathan-sembiring dan https://open.spotify.com/episode/4oVhA1lVBq6FfVdAiaZcaC.

Tentu saja tidak ada yang mendukung segala bentuk upaya represif atau koersif yang (kalau terbukti) dilakukan oleh pemerintah RRT terhadap saudara-saudari muslim/muslimah di Provinsi Xinjiang sana. Saya, rekan-rekan alumni Cina, maupun yang masih studi di sana, sama sekali tidak mendukung dan menolak upaya-upaya penekanan dan tanpa didahului oleh pendekatan humanis.

Sekali lagi, demi Allah, saya tidak mendukung segala bentuk diskriminasi, kekerasan, atau bentuk apapun perlakuan terhadap manusia, baik itu terhadap muslim maupun non muslim di seluruh muka bumi Allah ini. Apabila ada dari audiens maupun pembaca yang memelintir atau menggunakan konten ini sebagai bagian dari upaya bahwa saya maupun rekan-rekan lain yang juga lulusan Cina. Maka demi Allah, saya akan tuntut kalian di akhirat karena sudah menyebarkan informasi-informasi yang sesat dan seenaknya mencatut nama saya maupun rekan-rekan lulusan Cina yang lain.

Ditambah lagi banyak dari Cordova Media dan lain sebagainya. Saya sebagai pribadi TIDAK PEDULI terhadap berita-berita bohong yang mereka share. Kenapa saya katakan bohong? Karena apa proses jurnalisme nya? Bagaimana cara menghimpun datanya? Apakah punya wartawan di lokasi? Atau, cuma fabrikasi video atau gambar-gambar yang tidak jelas juga sumbernya?

Apalagi banyak sumber yang dikutip adalah merupakan berasal dari orang-orang Uighur yang sedang berada di luar negeri. Yang justru sudah lama di sana, dan tidak memiliki kontribusi apa-apa terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya sendiri. Sudah lama mereka tinggal di negara-negara Amerika dan Eropa yang notabenenya sebenarnya juga tidak terjadi kemaslahatan muslim di negara-negara Barat tersebut. Sekarang saya tanya, apakah Anda pernah ke negara Barat? Bagaimana kah kondisi muslim di sana? Bagaimana kah sikap Anda terhadap kebijakan Trump yang melarang orang dari 7 negara muslim untuk datang ke AS? Saya jamin, Anda akan lebih banyak menemukan masjid tersebar di Cina, dibandingkan di Amerika Serikat, Kanada, maupun Inggris yang katanya ‘kebebasan’ itu adalah panglima hidup mereka.

Kita sebagai khalayak awam (apalagi untuk kalangan yang tidak pernah sama sekali menginjakkan kaki di tanah Cina) juga tidak tahu kan orang-orang “Uighur” yang di luar negeri itu track recordnya siapa? Mereka muslim? Dari mana? Anda pernah lihat mereka ibadah? Anda pernah ikuti mereka seharian di Amerika, UK, maupun di negara-negara lain di manapun mereka berada? Apakah hanya karena raut muka, lalu menggunakan peci khas Xinjiang, lalu itu menjadi justifikasi bahwa apa yang disampaikan oleh mereka adalah kredibel? Pantas saja Indonesia tidak pernah maju dari segi mindset!

Saya berani katakan, PBB ITU BUKAN LEMBAGA TUHAN, PBB BISA SALAH. PBB itu adalah lembaga manusia yang dibentuk atas dasar kesepakatan. Apakah PBB selalu benar? Dan sampai sekarang pun tidak ada kredibilitas atau kelanjutan dari yang disebut laporan bahwa ada 2 juta orang Uighur yang ditahan oleh Pemerintah Cina. Lah, memangnya semua orang Uighur itu muslim? Memangnya semua orang Arab itu muslim? 2 juta itu juga data dari mana? Tidak ada data forensiknya. Tapi giliran dibawa rombongan baik itu dari negara-negara Teluk, Turki, Indonesia yang notabenenya merupakan para pemuka agama, tokoh nasional diajak ke yang namanya ‘Pusat Pendidikan’ di Xinjiang, masih juga tidak mau percaya? Lantas, APA YANG ANDA INGIN PERCAYAI?

Kalau kalimat pamungkas saya: PERCAYAI LAH APA YANG ANDA INGIN PERCAYAI. Tidak usah unjuk sana unjuk sini seakan-akan kami para lulusan Cina mendukung atau sangat pro dengan apa-apa yang terjadi. Masya Allah! Kalaupun itu yang Anda sebarkan untuk mendiskreditkan kami. Ingatlah, kami tidak ridha, dan kami akan tuntut Anda di akhirat!

Kebodohan dan kegilaan mengenai media ini harus segera dihentikan. Karena kecenderungan yang ada adalah orang-orang PRIBUMI di Indonesia sangat anti dengan NON-PRIBUMI. Pertanyaan saya, apakah non-pribumi itu bukan manusia? Apakah non-pribumi itu bukan ladang dakwah? Apakah non-pribumi itu tidak berhak atas percikan dakwah yang sejatinya kita sendiri yang telah menutup diri kita atas kemungkinan itu! Lalu, kegilaan macam apa ini? Mau sampai kapan diteruskan??

Ketika kecenderungan itu terjadi, yang ada adalah perpecahan. Rasa saling curiga akan lekat dan polarisasi ekstrim 2 kubu akan terus dipertahankan. Dengan begitu Indonesia tidak bisa maju secara kaffah. Sedikit-sedikit, dibilangnya ini salah Cina, sedikit-sedikit dibilangnya adalah salah dari non-pribumi yang menguasai ekonomi Bangsa? Anda belum cuci muka ya?! Memang nya populasi non-pribumi di Indonesia itu berapa persen sih?? Bagaimana mungkin yang sedikit mengacaukan yang banyak?? Ada juga yang banyak mengacaukan yang banyak!!

Kegilaan ini harus segera dihentikan. Sekali lagi, harus segera dihentikan! Mulai dari mana? Mulai dari tidak memandang bahwa apa yang terjadi di Xinjiang ini adalah merupakan sebuah persekusi terhadap muslim, bukan! Tapi apa? Tapi itu adalah sesuatu yang sedang dilaksanakan oleh Pemerintah terhadap rakyatnya yang memang bandel, ga mau memperbaiki diri, dan berada di jurang ekstrimitas serta separatisme. Buktinya apa? Buktinya muslim-muslim di Cina lainnya tidak kenapa-kenapa. Lantas, ketika saya berujar seperti ini, Anda merasa bahwa ‘tetap ada sesuatu di Xinjiang’ yang membuat muslim di sana menderita.

Wait, tunggu dulu. Anda pernah ke Cina? Pertanyaan-pertanyaan saya akan kembali ke poin-poin awal tadi. Apa buktinya? Apa landasannya? Anda pernah diundang ke Cina untuk melihat ‘Pusat Reedukasi’ di Xinjiang? Anda bisa Bahasa Mandarin? Anda tau sistem politik di Cina seperti apa? Anda kenal dengan MUI nya Cina?

Kalau memang ternyata kita banyak tidak tau nya, maka BERHENTILAH UNTUK SOK TAU! Cari informasi yang lebih seimbang. Jangan gunakan mindset kecenderungan untuk menghakimi non-pribumi atas apa yang terjadi di negara Cina. Selama Anda tidak memiliki bukti otentik yang dapat dipertanggungjawabkan, ketahuilah bahwa pikiran Anda justru SUDAH DIPERALAT oleh media-media mainstream yang notabenenya dari Barat, yang notabenenya mereka TIDAK SHALAT! Maka, kegilaan macam apa ini?? Harus segera dihentikan!

Saya dan rekan-rekan alumni Cina juga tidak merasa yang paling paham. Karena kami pun belajar ke Cina dengan latar belakang keilmuan yang berbeda-beda. Kami hanya berusaha untuk menyampaikan paling tidak karena kami sudah pernah tinggal dan berinteraksi dengan kesemua hal yang ada di Cina yang mungkin Anda seumur hidup tidak akan merasakannya. Kalau Anda masih tidak percaya, jangan salahkan kami, kami hanya menyampaikan.

Namun, persoalan Xinjiang ini dapat dipahami lebih baik apabila kita mengetahui juga sejarah-sejarah yang pernah terjadi di Provinsi yang luasnya paling tidak lebih besar sedikit daripada negara Iran. Segala hal yang terjadi pada satu negara memang sangat sukar diintervensi, apalagi oleh masyarakat madani (civil society) dari negara lain.

Bagi saya pribadi, momentum ini dapat dimanfaatkan untuk kembali senantiasa merefleksikan bagaimana keseharian kita beragama di negara serba aman dan nyaman untuk beribadah. Kita harus mengakui kepada diri kita masing-masing, bahwasanya masih banyak dan sangat sering, kita beribadah dengan sikap atau penyikapan yang ‘take things for granted’, atau sikap yang ‘oh iya, saya kan muslim’, ‘oh, yasudah, saya hanya menjalankan ritual ibadah’, ‘iya, saya sudah muslim kok dari lahir, terus?’. Sehingga, dirasakan kurang adanya sensitifitas dalam beragama, serta kurang terjadi proses refleksi yang mendalam untuk menjadikan agama adalah landasan dalam setiap nafas dan gerak kehidupan sehari-hari.

Karena menurut saya pribadi, sejatinya muslim itu hidup nyaman HANYA di Indonesia! Dengan semua yang Allah berikan, alam, iklim, makanan, minuman, manusia nya, ragam budayanya, dan lain sebagainya. Coba kita lihat rekan-rekan muslim lain di banyak negara di Timur Tengah, dengan negara yang carut-marut, korupsi merajalela, pemimpin diktator di mana-mana. Apakah dengan begitu lantas kita tidak menggunakan hati kita untuk melihat bahwa Allah SWT masih memberikan nikmat kita berbangsa dan bernegara dengan senyaman ini di INDONESIA? Lantas, Anda dan rekan-rekan Anda mau rusak kondisi ini? Kekacauan yang tampak dimulai dari kekacauan yang tidak tampak. Yang tidak tampak adalah otak, mindset! Lantas, apa Anda merasa akan bisa memperbaiki keadaan seperti di Libya? Iraq? Afghanistan? Syiria? Itu semua karena mindset mereka yang mudah diprovokasi, kecenderungan untuk memperkeruh permusuhan, tidak empati dengan keyakinan orang lain. Alhasil, adu domba, perpecahan fisik!

Mengenai hal-hal yang sudah atau sedang terjadi di Xinjiang, saya pribadi berpikir bahwa biar Allah SWT yang berkehendak dan setiap peristiwa itu ada Qadar Allah yang berlaku. Apakah itu untuk sebagai hikmah atau sebagai maghfirah bagi kaum atau orang-orang yang terkena kejadian tersebut.

Lalu mungkin Anda akan berpikir saya pro atau apalah. Tapi sebelum Anda terlalu dalam menghakimi kami para lulusan Cina, solusi konkret apa yang Anda punya? Bagaimana action plan nya? Kirim dana? Kirim dana ke siapa? Kirim dana, untuk orang-orang Uighur yang di Turki maksudnya? Lha, kan masalahnya di Cina, bukan di Turki.

Solusinya mau bekerja sama dengan LSM-LSM di Turki untuk menyejahterakan para “pengungsi” (karena belum bisa terverifikasi) Uighur di Tukri? Fine, berarti fokus saja dengan itu. Tidak usah membahas atau sok mengetahui apa yang terjadi di Cina. Fokus saja masalah diaspora Uighur di luar Cina, cari solusinya, galang dana yang banyak. Dan Anda 10 tahun lagi akan menyadari bahwa apa yang Anda lakukan hari ini tidak akan merubah stance pemerintah Cina terhadap apa yang mereka lakukan bagi raykatnya sendiri. Saya jamin itu.

Kalau dari saya, tawaran solusinya memang tidaklah mudah. INGAT, Cina itu negara Bangsa, bukan negara temuan seperti AS. Cina itu sudah ada dan menempati wilayah yang sekarang disebut negara Cina, sudah sejak 5000 tahun yang lalu. Artinya, untuk permasalahan apapun terkait dengan negara yang satu ini, sama saja harus siap dengan menghadapi negara mumi! Betapa tidak?? Lihat relevansi nya di ulasan-ulasan lain. Banyak kasus perseteruan dengan Cina yang diinisiasi oleh negara-negara lain, namun akhirnya tidak berhasil juga, dan meja perundingan lah yang berbicara!

Solusi yang bisa ditawarkan oleh Indonesia sebagai negara yang ‘belum se-level’ dengan Cina, adalah dengan terus-menerus memberikan contoh dengan teladan, akhlaq, kepemimpinan yang baik. Dengan menunjukkan bahwa Islam adalah suatu ideologi yang pada zahir nya tidak bertentangan dengan kemanusiaan, tidak bertentangan dengan ras apapun, tidak bertentangan dengan kesukuan. Dengan menunjukkan bahwa Islam bukanlah ISIS, Islam bukanlah agama yang mengajarkan kekerasan. Ekstrimisme mungkin banyak yang mencatut Islam sebagai landasan, tapi kalau dibaca lagi, apakah para ekstrimis itu paham betul mengenai Islam? Apakah permasalahannya adalah merupakan represi keagamaan, atau karena kemiskinan, ketidakmerataan ekonomi? Dan sebagainya.

Namun, ironi akan ditemukan ketika awal niat adalah menunjukkan “keteladanan” tadi, namun yang ada pemerintah Cina melihat bahwa korupsi terjadi di mana-mana di semua lini birokrasi, swasta, peradilan, hukum, sosial, dan lain sebagianya di Indonesia. Mereka tinggal tanya saja ke para perusahaan yang berinvestasi di daerah. Betapa kotornya praktek-praktek pungli dan premanisme yang sangat tidak terpuji dan memalukan Bangsa dan negara.

Pemerintah Cina tinggal tanya saja kepada para pelancong asal Mainland yang bepergian ke Jakarta, mereka tinggal tanya, ‘di bandar* dipalak berapa kemarin? Di Cina, tidak ada pungli-pungli! Saya berani jamin. Ini, ngeliat turis sipit sedikit, maunya yang merah (uang pecahan 100 Yuan), ga ada malunya! Belum lagi kegilaan-kegilaan lain yang sangat RIIL dan terjadi tanpa kita ketahui karena bukan URUSAN KITA, bukan?

Lantas, kita bila hal itu semua kita sama-sama tahu, kita sama-sama kenal pelakunya, tapi karena sudah ‘biasa’, makanya tidak ada pelaporan, tidak ada perubahan, tidak ada improvisasi. Lantas kita bilang Pemerintah Cina itu kejam terhadap muslim di Xinjiang? Anda tuh mikir! Bagaimana mungkin kita bisa memberikan saran tentang apa yang seharusnya mereka lakukan, padahal banyak hal yang bisa kita sendiri katakan kepada pemerintah kita sendiri, kepada siapapun di negara kita terhadap hal-hal yang merusak tadi! Apa dasarnya menghakimi negara lain? Bukankah korupsi lebih merusak generasi? Lha ini, partai-partai besar yang notabenenya juga banyak koruptor nya masih saja terpilih di 2019. Kegilaan macam apa ini?

Jangan melihat sesuatu terlalu fisik. Korupsi di negara muslim, yang membahayakan generasi, bisa 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 100 tahun dampaknya terhadap sesama MUSLIM di INDONESIA ini, apakah seheboh itu reaksinya seperti perkara Xinjiang ini? SAYA PIKIR TIDAK DEMIKIAN!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Saat ini memang dunia Islam (bahkan dari dulu) selalu dihadapi oleh banyak tantangan, terutama yang berhubungan dengan sikap-sikap lalim dari para elit penguasa di seluruh penjuru Bumi. Lantas, apakah dengan begitu kita sebagai muslim di Indonesia tidak terenyuh dan termotivasi untuk terus-menerus mengembangkan kompetensi diri (selain iman dan taqwa), sehingga suatu hari nanti tidak ada pemimpin atau oknum manapun yang dapat berpikiran untuk merundung (mem-bully) saudara-saudari muslim/muslimah di manapun mereka berada.

Berikut merupakan lanjutan referensi dari file ppt yang saya masukkan pada artikel ini.

 

Leave a comment