Teruntuk kamu yang sering merasa sendiri di tengah-tengah keramaian.
Teruntuk kamu yang masih banyak pertanyaan yang menghantui, bahkan hal-hal receh dan ga penting pun dipikirkan. Bahkan bisa jadi setiap hari setiap pagi ada momen di mana kamu sampai bela-belain untuk mengalokasikan waktu berpikir hal-hal yang belum tentu ada dampaknya ke kamu.
Teruntuk kamu yang sering dianggap remeh oleh orang lain, karena memang masih berusia muda, masih belum bisa menunjukkan kapasitas dan kapabilitas.
Teruntuk kamu yang juga sering merasa engga tau harus kemana untuk menyelesaikan masalah. Bahkan orang terdekat (pacar) juga bukannya bagian dari solusi, malah sering menjadi bagian dari masalah kamu.
Teruntuk kamu yang terkadang berpikiran suicidal, atau lebih baik mati daripada menjalankan hidup yang begini-begini aja.
Teruntuk kamu yang sering berpikir lebih baik jadi batu, cicak, sampai buah kesemek. Berpikir kalau jadi buah kesemek, tidak punya beban seberat ini, seperti menjadi manusia. Menjadi kesemek kalau sudah matang, jatuh dari pohon, engga ada yang ambil, busuk, terurai di tanah, selesai. Syukur-syukur kesemek itu bisa dipetik orang lain, dinikmati ranum dan manisnya rasamu, dan menjadi sumber kebahagiaan bagi orang yang memakannya.
Teruntuk kamu yang sedang menempuh fase hidup peralihan dari ketek Emak-Bapak kepada bejana legam, hitam, gelap, kasar, berkarat yang disebut ‘dunia nyata’.
Teruntuk kamu yang masih belum menemukan ‘tune’ yang pas bagi diri sendiri, sehingga akan tau ‘gue itu bisanya ngapain’.
Teruntuk kamu yang mungkin sudah tidak sabar untuk berfoya-foya dari hasil kerja keras. Ingin berplesir ke luar negeri, sampai-sampai kamu berpikir bahwa Dubai itu negara, padahal itu kota. Ingin sekali rasanya mentraktir orang tua banyak hal mulai dari kemewahan sampai hal-hal lain yang diinginkan.
Teruntuk kamu yang sering sakit-sakitan, hampir sebulan sekali ada aja demam, batuk-pilek, meriang, ga enak badan, dll dsb, bolak-balik ke dokter minta obat yang paling bagus. Padahal akar masalahnya bukan fisik, tapi mental.
Ketahuilah, bahwa semua orang di penjuru dunia manapun pasti pernah melewati fase ini. Maka fase tersebut adalah sebuah kewajaran. Jalani lah, nikmati lah, karena fase ini tidak akan bisa kamu rasakan dua kali.
Ketahuilah bahwa di penjuru dunia yang lain, banyak orang yang gagal melewati fase ini. Mereka terjerumus kedalam belanga periuk kehidupan nyata yang dia tidak pernah ada seorang pun yang memperingatinya. Ia masuk ke dalam lembah kriminalitas, pengguna obat terlarang, bahkan tidak jarang mengambil hidupnya sendiri dengan cara-cara yang ia dapatkan setelah browsing di Google atau terinspirasi media sosial.
Ketahuilah bahwasanya banyak orang yang bahkan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk makan dan tidur saja masih tidak tau. Banyak orang yang tidak tau besok mau makan apa, uang dari mana untuk beli makanan-minuman yang dibutuhkan. Memakan makanan yang layak sehari sekali bisa jadi sudah merupakan kemewahan untuk mereka. Sering kali makan makanan yang layak baru bisa didapatkan di hari ke tiga.
Bersyukur lah.
Ketahuilah bahwa mungkin kamu yang sedang membaca ini juga masih memiliki anggota tubuh yang lengkap, tidak ada disabilitas yang sedang kamu rasakan. Bayangkan bila salah satu anggota fisik kamu saja tidak lengkap, maka keinginan mu untuk bereinkarnasi menjadi sebuah kesemek akan semakin jelas menjadi sebuah realita yang sangat diharapkan.
Salut bagi rekan-rekan disabilitas baik itu yang berasal dari sejak lahir maupun akibat penyakit, kecelakaan, maupun hal-hal lain sehingga nikmat anggota tubuh yang tadinya bisa dirasakan secara wajar, menjadi tidak ada lagi.
Ketahui juga lah bahwa masih banyak orang yang sama-sama sedang berjuang seperti kamu. Bahkan mereka bisa jadi lebih-lebih lagi upaya nya dibandingkan dengan apa yang selama ini kamu telah lakukan. Memiliki adik 5, orang tua harus kena PHK, harus bayar kontrakan, kebutuhan harian, sampai soal biaya-biaya kesehatan yang dibutuhkan orang tua yang juga sudah merenta.
Ketahuilah banyak di luar sana orang-orang yang justru tidak sampai hati untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena khawatir dengan nasib orang-orang terkasih yang akan ditinggalkan. Saking tidak teganya, maka kematian itu bukanlah sesuatu yang ia takutkan lagi. Ia lebih takut adik-adiknya tidak bisa makan, tidak bisa tidur nyenyak, tidak bisa tersenyum seumur hidup mereka.
Bersyukur lah.
Bahwa semua itu sifatnya sementara. Yang disebut fase tidak mungkin terjadi hidup selamanya. Kita hidup di dunia ini juga adalah sebuah fase. Kehidupan yang kekal adalah kehidupan di balik kematian nanti.
Aku tau bahwa kata-kata tidak akan menyembuhkan luka.
Janji-janji tidak akan menenangkan jiwa.
Ucapan-ucapan manis tidak akan membawa kedamaian bagi benak pikirmu.
Namun, aku hanya bisa mengingatkan bahwasanya kamu, kita, masih beruntung.
Manusia berubah. Manusia berencana. Manusia berkegiatan. Manusia berusaha. Manusia berhasil. Manusia gagal. Manusia mati.
Untuk itu, nikmati lah dulu proses ini.
Kamu juga harus tau, tanyakan kepada relung hati terdalam. Tanyakan kepada peri jiwa mu, temukan dia, di balik semak-belukar pikiran, nurani, akal sehat, pertimbangan-pertimbangan lain; apa yang kamu butuhkan saat ini?
Berikanlah ruang-ruang yang luas, ruang-ruang terbaik bagi dirimu. Ya, bagi dirimu saja dulu. Tidak usah pikirkan orang lain. Tidak usah pikirkan soal aku. Aku sudah begini, kamu yang lebih utama.
Tanyakan kepada peri jiwa itu, apakah kamu butuh kedamaian? Apakah kamu butuh sendiri? Apakah kamu butuh pengalih perhatian? Apakah kamu butuh asupan jiwa? Kamu butuh apa?
Ketika kamu sudah berdialog secara khusus dengan peri jiwa mu, kau akan tau lantaran apa yang menyebabkan dirimu masih belum bisa mencintai diri sendiri sepenuhnya.
Kalau kau sudah menemukan jawabannya, tidak perlu beri tahu aku. Tidak perlu beri tahu orang tua mu. Tidak perlu beri tahu sahabatmu, tidak perlu beri tahu dia, tidak perlu beri tahu siapa-siapa. Cukup kamu dan Yang Di Atas saja yang tahu.
Aku pun tidak butuh tau apa yang kamu pikirkan.
Yang aku butuh adalah bahwa kamu bisa tersenyum sambil memikirkan rencana-rencana kedepan secara gamblang dan jelas, untuk dirimu sendiri.
Yang aku butuh adalah tahu bahwa kamu baik-baik saja, dan siap untuk melewati fase ini dengan seksama. Dan tentu kamu juga akan siap untuk menghadapi fase-fase kehidupan lain yang akan lebih membuatmu terbelalak.
Semoga kamu lekas menemukan peri jiwa mu. Ajaklah ia berdialog. Curhat lah padanya. Diskusikan semuanya. Rumuskan jalan keluar untuk dirimu, melalui arahan peri jiwamu. Lalu lakukan lah hal-hal yang telah kalian sepakati. Raihlah kesuksesan itu. Kesuksesan yang hakiki, yaitu menjadi pribadi tanpa beban, sesuai dengan arahan hati mu.
Salam, dari aku yang sudah pernah berdialog dengan peri jiwaku sendiri.
: )