Tulisan ini merupakan script yang saya gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.
Kereta cepat, tapi bikinnya kok lamaaaaa banget ya? Hahaha.
Tapi, sebelum masuk ke pembahasan. Sekarang gini deh, gue tanya, jawabnya di kolom komentar aja, biar rame, biar ribut kan. Siapa dari temen-temen yang pernah ke Jepang dan coba naik shinkansen? Kalau sudah banyak yang pernah, pertanyaan selanjutnya, pernah ga temen-temen ke Cina, cobain gaotie nya Cina di Cina? Terus, buat yang belum pernah ke Jepang, belum pernah ke Cina cobain kereta cepat di 2 negara tersebut, buat apa ribut-ribut komentarin soal kualitas kereta nya itu nanti gimana? Ukuran objektif nya dari mana?
Nah, silahkan dah tuh ribut di kolom komentar ya.
Ya walaupun gue bilang di video yang wawancara sama Pangeran, ini kembali soal leadershipnya, bagaimana memutuskan, dan mengelola proyek strategis ini harus tegas. Di Cina sendiri, data dari globaltimes yang mengutip wawancara nya dengan profesor Jia Limin dari Beijing Jiaotong University, awal mereka mulai ada pengerjaan kereta cepat itu di tahun 2007 sampai tahun 2020 total panjang jaringan kereta cepat ada 37.900 km di seluruh antero Cina daratan. Berarti rata-rata ada terbangun 2.915 km jaringan kereta cepat per tahun. Tapi, yang perlu diingat, progres pembangunannya eksponensial ya temen-temen. Dalam arti mungkin di tahun 2007 – 2008 itu karena pembangunannya hanya sedikit, dan untuk momentum olimpiade itu hanya sekitar 987km pembangunan trek kereta cepatnya. Itu juga cuma 4 jalur menghubungkan 8 kota saja. Saat ini ada 66 kota yang terhubung dengan jaringan kereta cepat.
Sedangkan kereta cepat jakarta bandung ini kalau kita ikutin projectnya sudah dimulai dari tahun 2016. Tapi, kembali lagi karena di Indonesia ini perkara pembebasan lahan engga mudah, jadinya ya seperti yang kita tau. Kalau di Cina sendiri gue sih melihat dengan panjang trek yang sama misalnya dari jakarta bandung (Tegalluar) itu 142 km, mereka mungkin bisa menyelesaikan dalam 1 tahun saja. Karena tanah di sana bukan punya pribadi atau perusahaan, jadi bisa langsung trabas.
Kereta cepat atau gaotie di Cina juga sebetulnya, kalo gue pinjem istilah Arteria Dahlan, ujug-ujug, ga ujug-ujug dia bisa jadi. Proses nya panjang, dan terima kasih juga kepada teknologi-teknologi dari Jepang, Jerman, bahkan Kanada yang mereka semua itu ramu kemudian bisa membuat perusahaan namanya CRH untuk manufaktur kereta cepat. Kalau kereta biasa mulai dari kereta uap sudah ada di Cina dan diproduksi dalam negeri. Perusahaan misalnya Siemens Heavy, Kawasaki, Mitsubishi Heavy, dan Bombardier Kanada merupakan acuan Cina untuk membuat kereta cepat tersebut. Dengan keunggulan masing-masing misalnya soal traksi, ketahanan rangka kereta nya, sistem elektronika nya, sistem pengelolaan jalurnya, itu semua kan rumit, makanya mereka pelajari.
Proses pembelajaran mereka untuk bagaimana sampai menguasai teknologi kereta cepat paling engga sudah dimulai sejak tahun 1978. Itu pun karena Deng Xiaoping, bapak reformasi Cina sempat mengunjungi Jepang di tahun tersebut. Kalau Mao Zedong belum meninggal di tahun 1976, mungkin kakek Mao akan melarang habis Deng Xiaoping untuk kunjungan ke Jepang. Yang konon musuh abadinya Cina. Padahal pada waktu itu niatan Deng Xiaoping ini adalah untuk beRpikiran lebih terbuka, dengan pragmatisme nya yang penting secara ekonomi Cina bisa lebih maju.
Lalu kemudian di tahun 1998, Cina sendiri sudah bisa meramu kereta semi cepat, yang pada waktu itu kecepatannya juga sudah hebat pada masa nya, yaitu 240 km per jam. Lalu, kemudian, sebetulnya, supaya secara penguasaan teknologi lebih cepat dilakukan, kementerian perkeretaapian Cina melakukan beberapa terobosan. Ya, lu ga salah denger, di Cina, saking urusan soal kereta itu butuh spesifikasi dan kerja-kerja yang taktis, sampek itu dilepas dari kementerian transportasi biasa, untuk bikin kementerian perkeretaapian.
Terobosan itu adalah dengan cara melelang kepada negara-negara lain seperti Jepang, kanada, jerman, swiss, untuk berinvestasi kereta semi cepat dan kereta cepat mereka di Cina. Negara-negara tersebut juga sangat tertarik dong, karena besarnya potensi pasar pada waktu itu, dan pengetahuan soal teknologi kereta cepat juga belum banyak negara yang mudeng.
Tapi, pada akhirnya kementerian perkeretaapian mereka kepincut nya sama kereta tipe E2 dari Kawasaki Jepang. Dan kereta jenis itu tadinya mau dipake sampe mulai dari tahun 2003. Sampai pada akhirnya ada kontroversi, ya karena itu, dulu Jepang pernah ngejajah Cina, dan itu sangat melukai hati masyarakat, bahkan sampai sekarang belum bisa hilang tuh luka-luka batinnya, apalagi untuk di generasi old mereka.
Lalu pada tahun 2004 dilakukan tender lagi, tapi kali ini konsorsium gabungan, karena tadi ya, pasar kereta cepat di Cina itu kan besar sekali. Jadi dari mana-mana deh ikut tender. Dari Perancis ada perusahaan Alstom, dari Kanada ya Bombardier itu tadi, dari Jerman ada Siemens Heavy, dan dari Jepang ya Kawasaki Heavy tetep maju ikutan. Karena formatnya sudah tender besar seperti itu, jadi di mata publik Cina, penggunaan kereta dari kawasaki ada perimbangannya lah dari kereta-kereta asal negara lain.
Dengan jaringan kereta cepat itu baru resmi dibikin pada tahun 2007 dan rampung di 2008, Cina sendiri juga belum tuh pake barang sendiri. Baru di tahun 2011, karena dari investasi yang masuk sejak tahun 2004 itu ada skema-skema joint venture dan mewajibkan perusahaan-perusahaan asing itu juga untuk melakukan transfer teknologi, makanya agak telat sih sebetulnya Cina bisa bikin kereta cepat sendiri, 3 tahun setelah perdana kereta cepat jalan di Cina. Itu yang tipe kecepatannya sampai 300 km per jam. Pernah sempet dulu ada kecelakaan kereta cepat di juli tahun 2011, yang sampai menewaskan 40 orang di Provinsi Zhejiang. Itu juga karena sebetulnya kereta yang lewat jalur itu terlalu cepat, sehingga setelah kecelakaan tersebut, masing-masing tipe kereta yang lewat situ dikurangi kecepatannya 50 km per jam lebih selow.
Ada artikel di kompas dot id, bagus banget isinya. Itu artikel 17 desember 2021 kemarin yang bahas soal transfer teknologi soal kereta cepat yang ada lagi dikerjain sekarang. Gue rasa juga pasti ada kok, ya mulai dari sop operasionalnya, pemasangan rel nya, teknik bikin terowongannya, dll itu ada. Cina ga akan pelit kalo kasih ilmu soal ini. Karena toh dia juga bisa menguasai ilmu dan teknologi kereta cepat itu juga diajarin orang lain juga kan.
Tapi, yang perlu diingat gaes, bahwa jangan bandingin kereta cepat itu sama di semua negara. Misalnya antara shinkansen nya Jepang dengan gaotie nya Cina. Sama-sama punya pendekatan dan constrain tertentu. Misalnya, banyak kan yang tanya kenapa sih kereta cepat yang lagi dibangun itu ga sampai masuk gambir atau yang di sebelah sana nya misalnya ga sampe masuk mana gitu, Dago misalnya. Karena kalau shinkansen di Jepang, buat yang sudah merasakan, ya itu kan dia masuk sampe kota ya, ga di luar kota nya. Tapi, yang perlu temen-temen ingat adalah, teknologi dan kemajuan peradaban masyarakat Jepang itu belum tentu juga cocok diaplikasikan di kita. Itu semua proses, lama, ada learning curve nya ibaratnya. Ada satu artikel di mediarail dot wordpress dotcom yang bahas soal ini. Dari berbagai sumber juga, mereka bilang rata-rata delay nya shinkansen itu hanya 20 detik, bila dibandingkan dengan delaynya kereta cepat sejenis, seperti TGV di Perancis dan beberapa negara Eropa lainnya.
Dari segi delay hanya 20 detik aja kita udah kalah. Gue gini-gini juga anak kereta sebelum pandemi menyerang, apalagi pas masih tinggal di Depok, kalo mau ke Sudirman ya paling enak naik KRL kan. Coba kita bayangin soal delay nya aja, udah ga masuk gitu di kita. Lu tau kan kalo naik KRL pas rush hour itu gimana? Hahaha.
Selain soal kalah biding atau waktu itu soal yang terkait bunga-bunga hutang dan sebagainya, maka teknologi gaotie Cina yang dipilih. Kalau menurut gue secara teknis memang tipikal gaotie Cina yang lebih cocok diterapkan di Indonesia. Bukan berarti di Cina itu kereta cepatnya telat-telat ya. Kalo ente ke sana deh nanti coba, itu stasiun kereta cepatnya udah kayak bandara, ajib banget. Beda sama Jepang yang dia pake stasiun eksisting karena di kota-kota di Jepang mau bangun stasiun khusus ya ga ada tanahnya. Nah, stasiun-stasiun gaotie atau kereta cepat di Cina itu biasanya ditaro di pinggiran kota. Kenapa demikian? Karena mereka pemahamannya yang dipakai adalah integrasi dan keamanan.
Integrasi di sini maksudnya, kereta cepat itu ya memang ditujukannya untuk antarkota, bukan dalam kota. Makanya kita kenal ada MRT ada LRT itu kan. Sebetulnya gue bingung juga, karena kalau KRL di Indonesia itu kan menganut mazhab nya JR line nya di Jepang ya, tapi KRL ga sampe luar kota kalo di sini.
Nah, sehingga sebetulnya yang menjadi concern adalah kenapa di jakarta atau di bandung, atau di mana lah kota-kota lain misalnya, ga dibangun rapih dulu misalnya MRT atau LRT nya, baru nanti kereta antar kota yang cepatnya disediakan. Di Cina dulu sebelum tahun 2007 ga ada kereta cepat, mereka pake kereta api yang pake batu bara kok, sama lah kayak di kita. Cuma bedanya, mereka bikin rapih dulu. Itu soal integrasi. Sehingga, kalo kata gw misalnya jadi beneran ini kereta cepat sampe nanti tegalluar, itu ya kan tau sendiri bagi-bagi kue juga buat pengusaha travel, ya integrasinya begitu deh jadinya. Ya selama itu nyaman, dan ga ribet misalnya flow nya, gue sih seneng-seneng aja ya ngeliatnya.
Soal keamanan, karena kereta cepat, udah dari namanya aja ngerik kali kan. Masalah keamanan ini juga nomor wahid. Jadi, jangan sampai misalnya ada malfungsi, ada eror, atau ada amit-amit kecelakaan gitu, justru makin parah dampak yang ditimbulkannya nanti. Itu baru dari 2 elemen, ini juga gue yang analisis bukan orang teknis. Temen-temen gw yang gawe di KCIC tau lebih banyak lah hal-hal terkait teknis. Gw cuma wakilin mereka sedikit aja lah beberapa hal tadi.
Soal integrasi moda transportasi, us saja ga ada kok kereta cepat, negara yang padahal maju dalam bidang sains dan teknologi. Ya tapi itu kan karena bensin di sana murah ya, harga mobil pun murah-murah kok. Tapi, soal kebijakan transportasi itu semua kembali lagi ke leadership. Dengan jalur kereta, kereta cepat, niscaya menghadirkan keadilan untuk semua kalangan masyarakat yang ingin bepergian jarak jauh. Sembari memang mengurangi angka polusi dari emisi gas buang dan sebagainya.
Terus, soal harga tiket ya. Kalau yang mirip dengan trek jakarta bandung, di Cina ada yang sering gue jajal, yaitu trek kereta cepat dari kota Beijing ke kota Tianjin. Kalau di Cina, misalnya gue rata-ratain dengan kurs Rp 2.200 aja, tiket gaotie di Cina sebesar Rp 1.375 per kilometernya. Jadi, kalau 142 km yang trek halim – tegalluar, itu sebesar Rp 195.250 aja. Murah ya? Hahaha. Ya tapi lihat juga dong efisiensi pembangunannya di sana, serta skala jumlah penumpangnya itu berkali-kali lipat daripada kita di sini. Sama memang, kalau di Cina, subsidi untuk transportasi umum juga besar banget. Itu semua ya supaya lebih banyak lagi orang yang memakai sarana transportasi publik.
Kalau harga tiket kemaren gw liat berita katanya di angka 350 ribu ya sekali jalan? Cukup mahal sih. Ya itu kan bukan tiket subsidi pemerintah, pasti mahal ya. Tapi ya, kita liat aja ya nanti apakah worth it dengan waktu yang bisa disave atau misalnya soal kenyamanannya yang berbeda.
Mudah-mudahan kereta cepat jakarta – bandung bisa selesai akhir tahun 2022 ini ya gaes. Jadi ritme nya juga jangan ikut Pemilu. Waduh, itu kebiasaan kita banget ya di sini.
Di Cina sendiri, ini menurut gue ya, bukannya ga ada bagi-bagi kue lho. Pasti ada. Tapi, kue nya dibikin dulu, dipanggang dulu sampe jadi, baru taro di meja, lalu dimakan bareng-bareng.
Gue harap di proyek kereta cepat ini engga ada bagi-bagi kue dulu tapi kuenya masih imajiner, apanya yang mau dibagi kan? Jadi dari segi manajemen proyek juga bisa lebih profesional dan mengedepankan kualitas, bagi-bagi mah nanti belakangan, banyak kok itu multiplier effect nya kalau kereta cepat jadi nya bagus.
Belum lagi kalo nanti bisa ada yang mau bohirin dari Bandung sampe Surabaya, lumayan kan. Ya asal jangan bikin ulang aja dari jakarta ke surabaya. Koplak itu namanya bro!