One Belt One Road atau Belt and Road Initiative

Tulisan ini merupakan script yang saya gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.

Karena sohib gw yang agak men-jengkel-kan bernama novi basuki belum menjelaskan apa itu segmen Cha Guan, chaguan artinya kedai teh. Kita sengaja cari nama ini supaya orang lebih mempermasalahkan judul segmen dibanding memperhatikan esensi kontennya. Yang penting rame dulu, naikin sukriber AsumsiCo. Hahaha. Bisa saya katakan pada intinya segmen ini bukan untuk membela Cina atau menjadi juru bicara pemerintah Cina, ngapain, KTP gua Depok kok—dan udah ga tinggal sama bokap, jadi tenang aja buat yang kepo soal itu; gw nongkrong kalo engga di kemang, di tebet—nihao anak-anak jaxel;

Bukan di Mega Kuningan Kedutaan Cina. Hahaha.

So, kalo kita bahas sebetulnya segmen chaguan ini tujuannya untuk apa, ga ada tujuannya sih. Hahaha. Terserah ke temen-temen semua, konten yang kita bawakan ini untuk apa. Untuk ditandain aja abis itu ga pernah dibuka lagi, untuk disebar di grup WA keluarga buat yang lagi coba-coba jadi rebel debat soal Cina itu begini begitu. Atau ya sekedar menjadi penambah sedikit wawasan teman-teman semua. Itu terserah, bebas.

Terkait soal Cina, sebetulnya kan kalau teman-teman baca di beberapa referensi buku, itu ada semua lho. Tapi ya alhamdulillah nya teman-teman malas membaca, gw dan basuki dikasih segmen ini sama bro Pangeran, lumayan lah nampang dikit.

Salah satu hal yang emang bikin kita bertanya-tanya sebetulnya Cina ini lagi ngapain sih dia. Ada apa di Cina sana, terutama Cina kontemporer, kekiniannya kan ya. Memang ga mudah memahami Cina yang sekarang, wong Cina dulu juga kita gelap, karena referensi sejarahnya minim sekali di indonesia.

Tapi ada satu yang temen-temen perlu ketahui dulu, yaitu soal skema OBOR one belt one road, atau biasa juga dikenal sebagai BRI, bukan bank, tapi belt and road initiative, atau bisa dikenal juga sebagai disebutnya itu Jalur Sutera Abad 21. Ini skema program pemerintah atau DPO ya, banyak banget aliasnya, hahaha.

Tapi memang skema OBOR ini lah yang membuat Cina sebagai negara itu lebih dikenal. Karena mau tidak mau harus ada pemaksaan dari pemerintah Cina, bukan SBY, apalagi pakde Jokowi yang buat, untuk supaya para pebisnis Cina itu lebih berani keluar negeri, melebarkan, mengepakkan sayap-sayap bisnisnya jangan cuma jago kandang aja gitu. Kenapa? Karena dengan pada waktu itu tahun 2010an mungkin populasinya masih di angka 1,3 milyar, itu adalah angka yang sangat besar untuk kalangan usaha domestik dia produksi barang/jasa di Cina, menikmati sekian besar potensi pasar. Lha wong kita di sini aja kalok udah jadi bos beras atau sembako, udah merasa cuan, udah cukup banget kan. Apalagi jadi bos sembako di negara 1,4 milyar—itu jumlah penduduk mereka sekarang, kira-kira lah.

Karena prihatin melihat kenyataan bahwa banyak dari pebisnis Cina yang asiknya jago kandang, maka dibuatkan oleh pemerintah mereka ya yang namanya OBOR alias bri alias jalur sutera abad 21 itu.

Kok gitu? Iya, karena itu lah perbedaan mendasar antara para pelaku usaha yang berasal dari Asia dan dari negara-negara barat. Kalau teman-teman masih ingat grup chaebol, atau grup-grup besar Jepang, Thailand, Malaysia, rata-rata mereka menikmati beragam fasilitas yang disediakan jalurnya oleh pemerintah. Ya maksudnya mau itu BUMN nya, atau swasta murni nya, karena treatment nya agak berbeda gitu ya kalau di negara-negara Asia.

Kalau di US, di UK, Eropa rata-rata kan para pelaku usaha di-ghosting ya sama pemerintah mereka. Ada fasilitas-fasilitas dalam bentuk regulasi, perpajakan, dan lain sebagainya, tapi selebihnya kan mereka baku hantam sendiri. Terutama soal ekspansi kepak sayap ke luar negeri itu kan.

Nah, OBOR itu ya bisa dibilang program cengeng dan bikin pelaku usaha menjadi manja, tapi di satu sisi mau tidak mau karena harus didorong terus, jadinya pemerintah Cina menggelontorkan dana paling tidak sebesar 40 milyar USD, itu aja dana yang disiapkan pemerintah Cina di tahun 2014.

Lalu, apa yang dilakukan di OBOR itu? Nah, ini yang menarik kan. Karena OBOR itu bukan hanya sekedar skema dagang, tetapi juga diplomasi lunak, di mana selain para pebisnis Cina berpotensi membanjiri pasar global dengan produk-produk mereka lebih banyak lagi, di sisi lain citra Cina sebagai negara agak bagus sedikit lah, walaupun banyak yang menentang, yaitu soal pemberian pinjaman-pinjaman dari negara-negara yang masuk ke dalam skema OBOR itu.

Ada negara-negara apa aja sih? Banyak. Karena kan ada 2 jalur ya, yang pertama soal Jalur Sutera Abad 21, dan yang kedua jalur sutera maritim abad 21. Tapi memang rata-rata goals dari negara Cina untuk ekspansi tadi itu adalah ke wilayah Eropa via darat. Karena Eropa masyarakat nya banyak duit, sehingga lebih mampun untuk membeli barang-barang Cina secara lebih konsisten.

Lah, maksudnya apa? Kan barang Cina murah-murah.

Ya di sini lah letak ‘terima kasih kepada Soeharto’ nya, atau terima kasih kepada film-film Cina yang berasa Cina itu gimana gitu kan bayangannya.

Padahal, saat ini Cina sudah dan sedang shifting atau berganti dari negara yang fokus pada manufaktur—tulang punggung perekonomiannya, menjadi negara yang padat inovasi. Walaupun memang tidak bisa—gw katakan tidak bisa karena ya siapa yang bisa mengalahkan nominal alokasi riset AS di dunia ini? Cina, masih lama lah, butuh waktu dan arrangement yang cukup kompleks buat menyaingi as sebagai negara terpadat inovasinya.

Tapi, maksudnya, sudah banyak produk-produk Cina yang menawarkan inovasi. Dibanding siapa? Ya dibandingkan dengan misalnya tahun 2000 dulu, mana ada hp xiaomi, oppo, vivo, realme, drone dari DJI, laptop dari Cina kan, ga ada. Dan kalau dibanding misalnya dengan india, yang sebetulnya punya populasi yang beda tipis dengan Cina, atau misalnya barang-barang dari rusia, kita kan ga liat ada ya? Belum mungkin, ya kan.

Skema OBOR ini memanjang ke barat bahkan sampai ke Portugal, UK—kalo yang di atas, yang ke agak selatan sampai ke Timur Tengah, Afrika Utara, dll.

Dan skema OBOR ini ga mungkin ke timur, karena di timur ada Jepang, Korea Selatan, sama ikan hiu aja tuh di laut. Korea Utara ya mohon maap lah, kita ga tau itu sebetulnya negara atau lahan simulator raksasa apa gimana, ga masuk hitungan, ga ada informasi apa-apa soal dia kan. Jadi ga mungkin mereka jualan ke Jepang dan Korsel, karena produk-produk mereka juga sudah canggih-canggih.

Jadi, ibarat punya toko, Cina sebagai negara yang penting dia punya akses dulu ke toko sebanyak-banyaknya, nah nanti apa produk-produk Jepang, Korea, bahkan produk-produk as dan sebagainya mau kerja sama, konsinyasi atau apalah namanya, itu bisa diatur kemudian. Skema OBOR ini kira-kira begitu, membuka akses ke toko sebanyak-banyaknya.

Lah, kok gitu? Iya, karena Cina juga sadar kalo mereka ga bisa maju sendirian dong. Coba aja lu punya toko di mana gitu, terus cuma toko lu doang sendiri yang rame ga pernah sepi—kayak bro Putra Siregar dah yang sampe harus klarifikasi kan soal kenapa dia rame mulu tokonya. Kalo ga dijulidin sama orang, dikira ada pesugihannya, atau paling engga dipanggilin Satpol PP karena melanggar protokol kesehatan, hahahaha. Sip, masih pandemi nih gaes, inget prokes yaa.

Bukan, Cina bukan bikin jalan tol, apalagi hyperloop. OBOR ini bisa dibilang adalah skema kerja sama untuk fokus kedepannya. Dengan begitu mereka coba intensifikasi jalur-jalur perdagangan yang sebetulnya juga sudah ada. Misalnya jalur kereta dari shanghai ke london, dari kunming di bagian selatan Cina bisa sampe Madrid. Makanya beberapa waktu lalu ada peresmian jalur kereta cepat ke laos dari provinsi yunnan di selatan Cina.

Supaya lebih terkoneksi saja secara fisik untuk distribusi logistik.

Terus manfaatnya buat indonesia apa nih? Jangan cuma dikadalin doang, ya kan?

Itu balik lagi ke kita masing-masing. Karena misalnya sejak tahun 2013 cukup banyak beasiswa yang dikasih embel-embel nama OBOR, gitu. Kalo gue dulu beasiswa cgs namanya, tahun 2010, jadi sebelum ada skema OBOR.

Itu baru dari soal beasiswa yang bisa kerasa. Atau soal pembukaan terkait dengan pasar, misalnya pameran-pameran bisnis, untuk rekan-rekan pebisnis yang biasa ngetem di expo-expo misalnya tei atau sempat ikut ke Cina nya sana pasti tau. Karena kesempatan terkait dengan keterbukaan akses pasar Cina untuk produk-produk dari manapun, karena skema OBOR ini, lebih terbuka.

Atau ya balik lagi penggunaan loan atau hutang itu tadi ya. Tapi karena kita ga bahas soal hutang di sini, jadi jangan nge gas dulu di kolom komentar. Nanti itu ada bahasannya.

Terus, OBOR ini berpotensi bubar ga? Ya sangat berpotensi. Karena skema OBOR ini seperti misalnya kalau yang kita tau ada apec, rcep, tpp, asean community, dan lain sebagainya, itu kan sifatnya abstrak. Kalau para pihak merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, atau masing-masing kepentingan sudah tercapai, ya pasti bakal bubar sendiri—kayak OPEC kan, bakal bubar ga kira-kira?

Atau ya terkait soal potensi dijulidin sama siapa. Karena skema OBOR ini dapat nyinyiran keras dari AS dan India.

Tapi, kalau balik lagi ke para anggota yang tetap menyepakati bahwa mau itu soal kerja sama nya, mau itu soal investasinya, mau itu soal pinjaman project nya; kalau dirasa masih relevan, berarti akan tetap ada. Kalau engga ya bubar sudah.

Leave a comment