Jikalau Cina Men-sanksi Dunia

Tulisan ini merupakan script yang saya gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.

Di sini gue bisa tegesin dulu kalo gue bukan Bu Connie Bakrie atau Prof Hikmahanto Juwana. Jadi, gue ga akan spesifik bahas mengenai teknis pertahanan, perang teritorial, perang proxy atau sebagainya. Bahasan ini juga sebetulnya adalah bahasan yang menyelip masuk karena mengikuti tren perkembangan konflik Rusia – Ukraina yang mungkin ketika video ini tayang masih terjadi. Walaupun sudah ada beberapa gelombang diskusi tingkat tinggi antara delegasi Rusia dan Ukraina, namun, yang menjadi persoalan justru bukanlah konfliknya, namun perusuh di luar ring nya.

Ibarat match di tinju, kadangkala yang justru bikin rusuh dan asyik sendiri adalah para penontonnya kan. Di saat para petinju sedang fokus menghantamkan jab ke arah lawan, justru yang diuntungkan dari pertandingan itu ya bandar. Engga, kita ga lagi bahas yang kemarin ada Vicky Prasetyo duel tinju vs Aldi Taher yang sempet rame kemaren. Ga, itu ga penting juga dibahas di AsumsiCo. Yang ada malah subscriber pada cabut kan nanti kalau bahas dia di sini.

Soal konflik Rusia – Ukraina, gw sendiri menyebutnya konflik, karena gue engga mau memihak salah satu kubu ya. Kerumitan dan panjangnya sejarah konflik Rusia dan Ukraina ini juga membuat kesimpulan-kesimpulan yang terburu-buru juga akan menjadi salah. Tapi, tetap, yang namanya perang fisik sampai menimbulkan korban jiwa sebetulnya juga tidak diperkenankan. Atas nama kemanusiaan, gue sangat kontra terhadap hilangnya nyawa warga sipil.

Kalo boleh gw selipin sedikit, kenapa sih engga teknik pertempuran itu langsung balik lagi aja ke jaman medieval dulu. Perang betul-betul satu lawan satu begitu, sehingga korban jiwa dari pihak sipil, wanita, anak-anak, bahkan sampai properti yang menjadi collateral damage nya engga perlu terjadi. Untuk apa menunggu ramalan soal nanti perang itu akan memakai pedang dan panah ketika stok nuklir masing-masing negara yang memilikinya sudah habis duluan. Kenapa ga berkaca dari konflik-konflik yang notabenenya beberapa tahun terakhir juga ada, bukan cuma konflik Rusia – Ukraina.

Tapi, anyway. Deep condolences ya kembali lagi soal apa yang terjadi di belahan dunia sana.

Yang mau gue bahas di sini adalah karena kok mengikuti berita perkembangan yang ada, kenapa Paman Biden dan jajarannya jadi perusuh ya. Nyebut-nyebut dan ngancam-ngancam Cina supaya jangan ikut-ikutan soal perang Rusia – Ukraina. Lah, wong dari awal Cina juga mendesak Putin kok supaya jangan terjadi konfrontasi fisik. Dan kalo boleh bantuin kedutaan Cina sedikit, kemaren mereka ada kok kirim bantuan kemanusiaan ke Ukraina tanggal 9 Maret (2022) kemarin. Bantuan kemanusiaan batch pertama yang dikirimkan Cina ke Ukraina beragam barangnya dan bernilai 5 juta Yuan. Kalikan saja Rp 2.200. Itu kalau mengutip berita di South China Morning Post.

Tapi ketika paman biden menghembuskan isu bahwa Rusia akan mencari bantuan ekonomi dan militer kepada Cina untuk melanjutkan invasi nya ke Ukraina, media-media Barat semua langsung satu suara. Statement itu dikeluarkan oleh Gedung Putih tanggal 14 Maret (2022) kemarin. Lah, ini maksudnya piye? Udahlah Ukraina di-ghosting sama NATO; beragam sanksi mulai dari ekonomi, finansial, sosial, budaya, sampai olahraga juga sudah diselepet ke Rusia; terus apa salah misalnya Cina di sidang umum PBB kemarin yang juga abstain, memiliki posisi sendiri, ya ga sih? Itu ada peribahasanya kalo ga salah. Bagai mengobok-obok di air keruh. Eh, itu peribahasa bukan ya? Haha.

Pemerintah Indonesia aja belum kirim apa-apa kok bantuan ke Ukraina. Bahkan Dubes Ukraina Vasyl Hamianin juga sempat mengajukan pembukaan rekening donasi untuk Ukraina, namun ternyata secara regulasi di Indonesia, hal tersebut dilarang. Bingung juga ya jadi Dubes Ukraina di Indonesia. Indonesia memang bukanlah sekutu Amerika, bukan juga sekutu Rusia, kirim donasi kemanusiaan juga engga, regulasi bikin sulit penggalangan dana internasional. Pusing..pusing..gue, kata Dubes Ukraina.

Tapi, balik lagi soal Cina tadi. Memang US dan sekutunya entah itu siapa kek presidennya, jagonya bikin rusuh ya. Walaupun ya kalau kita lihat secara fair, Trump yang segokil itu menjadi Presiden AS kemarin, dia juga ga men-generate perang atau konflik sih. Karena dia tau sebagai taipan bisnis yang asetnya entah udah sampe langit keberapa, perang atau konflik fisik itu pasti bikin bisnis bo cuan, alias merugi. Cuma ya mudah-mudahan ga ada lagi presiden seperti Trump juga sih di US. Karena betapapun banyak hate crime yang terinspirasi dari slogan MAGA Make America Great Again nya Trump.

Sehingga, maksud gue, udahlah ngapain juga US dan NATO yang jadi pancing-pancing emosi orang lain kan? US dan sekutunya bisa kirim-kirim bantuan ke Ukraina juga adalah merupakan standing mereka melihat konflik ini, dan itu hak mereka. Tapi ya jangan diobok-obok seakan-akan ingin memancing emosi Cina yang menyeret ke dalam konflik Rusia – Ukraina. Karena ya mungkin project provokasi US di LCS kemaren agak kurang berhasil gitu ya? Apa gimana?

Atau misalnya kemarin ada beberapa delegasi AS yang sempat mengunjungi Taipei dalam rangka “mendukung” Taiwan kalau-kalau ada serangan dari Cina. Lah, ente aja Ukraina di-ghosting, ga berani kirim pasukan ke Ukraina, minimal pasukan perdamaian gitu, ini lagi mau kasih PHP ke taiwan. Jangan mau dikadalin! Giliran lawan yang lemah-lemah aja baru deh. Ke Iraq, Suriah, Afghanistan. Lawan yang beneran sepadan macam Rusia mingkem dah. Kesel kan gue jadinya.

Tapi maksudnya gini, AS dan sekutunya udah ikut-ikutan menerapkan banyak sanksi engga hanya untuk negara Rusia dan pemerintahannya, tapi juga untuk para pengusaha Rusia yang dituding oligarki di belakang Putin. Bahkan Singapura juga sampe ikut-ikutan kasih sanksi pembekuan aset Rusia di Singapura. Lah.

Cuman, masalahnya gini, negara seperti Cina setau gue juga jangan ditantangin. Standing army nya Cina juga jauh lebih besar daripada Rusia. Belum lagi pasukan cadangannya Cina. Jumlah tentara aktif nya Cina ada 2.185.000 dengan tentara cadangannya 1.170.000. Kalau Rusia tentara aktif nya ada 1.014.000 dengan tentara cadangannya 2 juta personel. Udah deh, Paman Biden ente ga usah narik-narik gitu, kebiasaan.

Okelah Rusia yang lagi jadi objek sanksi global sekarang. Lah, kalo emang sampe Cina naik pitam betulan, emangnya dunia siap? Berapa besar serapan impor Cina dari luar Cina yang akan disetop? Menurut Trading Cconomics dotcom yang juga mengutip dari data UN Comtrade, Cina pada tahun 2020 paling banyak mengimpor barang-barang itu dari Jepang, Korea Selatan, US, Australia, Jerman, dan seterusnya. Nilai impor Cina dari Jepang sebesar 174,87 milyar USD, dari Korsel sebesar 172,2 milyar USD, dari US sebesar 136 milyar USD, dari Australia sebesar 114,84 milyar USD, dan dari Jerman 105,26 milyar USD. Kenapa gue jabarin begini, karena biar tau juga angka nya besar-besar kan? Dan negara-negara yang merupakan eksportir ke Cina tadi notabenenya pro US kalau lah bukan kita sebut aliansi.

Menurut gue yang dulu sempat 5 tahun kuliah dan kerja di Cina, gue sih yakin Cina bisa hidup dan memenuhi kebutuhan mereka secara berdikari. Paling tidak kalaupun ada apa-apa misalnya ada embargo dari negara-negara sekutu US, Cina sih ga akan masalah kok. Tapi, pertanyaannya, negara-negara lain yang perdagangannya udahlah banyak yang defisit sama Cina, terus mau gitu konsumen Cina beralih ke negara-negara non Blok Barat misalnya untuk menggantikan komoditas yang dibutuhkan Cina dengan 1,5 milyar penduduknya? Gue rasa sih 3 bulan aja udah merah semua itu ekonomi negara-negara di atas.

Coba aja liat waktu terakhir Huawei dikerjain sama Trump, akibat buntut dari genderang perang dagang ga penting dari paman trump, Huawei diisukan punya spyware alias bisa bikin HP atau lainnya jadi alat spionase. Sampe-sampe Google dkk didikte oleh Trump untuk tidak lagi menjadi jeroannya Huawei. Tapi, ga sampe setahun, Huawei udah bisa rilis Harmony OS kan? Artinya, Cina juga sudah memikirkan skenario terburuk dari yang terburuk.

Tapi memang, bedanya paman Trump, karena dia suka merah gitu ya kalo ngomong, emosionil, justru yang begitu gampang kebaca, katanya. Jadi Cina juga nyiapin beberapa skenario tangkisan juga lebih gampang. Agak ribet memang kalau politisi dari Demokrat yang maju jadi presiden.

Makanya, Paman Biden, gue bukannya ga suka sama States atau orang-orangnya. Waktu di Cina gue punya kok temen-temen dari US, masih komunikasi dan terhubung misalnya via Facebook, ga ada masalah. Tahun 2013 dulu juga sempet kok gue ke Cali, muter-muter ke Stanford, UCLA dll.

Hashtag sombong amat.

Maksud gue, udah lah, jangan perkeruh suasana yang ga perlu. Rusia aja dia sudah berniat untuk menasionalisasi investasi-investasi asing terutama di bidang otomotif dan lainnya kan. Apa engga amsyong tuh buat Mercedes Benz? Itu di Rusia lho. Menurut Statista di tahun 2019, di Cina paling tidak ada 113,19 milyar USD investasi langsung US yang beroperasi di Cina. Coba bayangin aja nilai dan aset sebesar itu dinasionalisasi sama Cina. Ya tentu yang akan bermasalah otomatis juga adalah rantai pasok dan rantai nilai dari perdagangan dunia. Gue sih ga akan kebayang sebesar apa konsekuensi nya kalau-kalau ada konflik teritorial antara Cina dengan negara lain.

Kalau soal apakah Cina bakal menganeksasi Taiwan, tanya aja deh sama Dubes Lu Kang ya. Yang jelas kalo gue sih ikut Kemenlu soal One China Policy.

Tapi ibarat boleh modifikasi pribahasa sedikit nih, kalau ada 2 gajah yang sedang bertarung, sang pelanduk harus bisa memanfaatkan situasi. Contohnya konflik Rusia – Ukraina, yang “dimanfaatkan” oleh Turki supaya drone Bayraktar nya juga laku di pasaran. Karena terbukti efektif selain di konflik ini, beberapa waktu lalu juga ada konflik di Nagorno-Kharabakh drone Bayraktar ini menyuplai pertahanan untuk tentara Azerbaijan yang memang sekutu Turki.

Indonesia dalam hal ini menurut gue juga harus jeli dan siap-siap menerima limpahan-limpahan misalnya banyak investasi US atau Eropa yang kalau ini situasi panas terus, mereka otomatis akan geser lokasi investasi ke luar Cina kan. Ya Indonesia harus bisa memanfaatkan itu.

Tapi, mudah-mudahan eskalasi-eskalasi lain tidak terjadi ya temen-temen. Ini para pemimpin elit dunia juga pada egois sih ya. Ga paham apa kita udah susah di pandemi begini. Dan lagian kalau isu soal Cina dipanas-panasin, tentu yang akan menjamur adalah asian hate crime yang khas banget di US dan banyak wilayah di eropa dan Australia. Jadi, bukan cuma bencana konfrontasi besar-besaran yang berpotensi terjadi, tetapi bencana kemanUSiaan yang menyasar ras dan etnis juga.

Naudzubillah min dzalik. Semoga tidak terjadi.

Leave a comment