Nilai-nilai Islami yang Bisa Ditemukan di Cina

Tulisan ini merupakan script yang saya gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.

Biasanya kan kalo di channel atau akun ig yang jual berita-berita heboh itu ada misalnya 10 hal yang jarang diketahui bla bla bla. 20 syarat masuk kerja di perusahaan a b c, nomor 5 bikin emak-emak pingsan. Atau apalah begitu ya yang heboh. Cuman, kita liat aja nih nanti mas raka akan pasang thumbnail apa untuk konten Cha Guan yang satu ini. Gue harap sih ya heboh juga, tapi konten yang akan gue sampaikan, mungkin akan bikin temen-temen makin gerah pengen buka puasa.

Ya, konten ini semoga bisa menemani temen-temen yang berpuasa supaya bisa lebih syahdu puasanya, dan bikin ga khusyuk terawehnya. Hahaha, becanda bro. Lu baru konten beginian aja iman udah lemah sih. Ga boleh dong ya.

Yang pengen gue bahas kali ini adalah, siap siap, satu..dua..

[pura-pura nge freeze sebentar]

Cie, nungguin ya?

Yaitu hal-hal islami yang bisa kita temukan di Cina. Agak biasa ya nada gue? Yaudah, coba gue ulangi ya.

Berikut adalah hal-hal yang bernapas syar’i, yang sangat lekat dengan ajaran keislaman, yang bisa kita temukan di negara sekuler sempurna seperti Cina.

Gimana? Tone nya lebih naik dan bikin kolak pisang dan ubi nya makin tambah anget ga? Hahaha.

Ya. Sebetulnya kalo kita udah main ke banyak tempat, bukan, bukan ke bulak kapal, pasar rumput, bukan itu maksud gue. Itu mah tempat tinggalnya bro-bro yang ada di sini nih. Kalo kita main jauhan dikit ke negara-negara yang notabenenya bukan mayoritas muslim, kita bisa juga kok mendapatkan nilai-nilai islami, kalau tidak dibilang syar’i, juga ada misalnya di Jepang. Temen-temen kan ngebanggain Jepang banget tuh. Walaupun ga mau dibilang wibu juga, tapi entah kenapa untuk bahasan seperti ini gue yakin banyak banget orang yang nge link nya tuh ke Jepang, ga ke india.

Kalo India kan kekhasan nya itu klakson, adukan tangan yang berbulu dan berkeringat untuk makanan dan minuman, sama Gabbar ya. Udah pada nonton belum Gabbar? Kalo Inspektur Vijay sih ya udah lama banget lah ya.

Kok jadi bahas india, gue?

Selain Jepang, sebetulnya hampir semua negara, terutama negara-negara maju dan berpendapatan tinggi, rata-rata memiliki citra masyarakat, good governance and clean government nya yang tiada tanding tiada banding gitu ya? Pengejawantahan kebijakan-kebijakan publik nya itu terasa betul dampak positif nya.

Waktu ke Tokyo dulu acaranya PPI Dunia, memang kalau di Jepang itu rata-rata sangat enak gitu ya dinikmati suasana kota nya, keteraturan masyarakatnya, terutama pas ngantre, ya kan? Kedisiplinan nya, kerapihannya, ketekunannya, itu semua kan harapan dari nilai-nilai islami. Ya, well, kalo gue ngomong begini nanti ada yang nyelepet, bukan nilai islami aja, itu semua juga begitu. Lha, tapi kalo gue mulai dari hal-hal yang lumrah dan normal, kan ga memancing keributan. Sebagai salah satu member mancing mania keributan, ya gue perlu pake angle ini sebagai efek bombastis aja.

Atau misalnya kita geser sedikit ke us atau kanada, budaya saintifiknya sangat dihargai. Bagaimana meletakkan ilmu itu pada proporsi yang tinggi. Budaya untuk berdiskusi, menelaah, bikin hipotesis, sintesa, antitesa, itu sesuatu yang sangat civilized gitu ya. Cuma memang tidak ditadaburi saja dengan ayat-ayat kauliyah.

Eh, tapi kalo gue pake istilah-istilah anak liqo, nanti ini bakal dikit apa gimana nih Mas Raka yang nonton? Hahaha.

Atau misalnya negara-negara Eropa yang notabenenya bersatu dalam satu nilai-nilai Ukhuwah al Eropiyah. Itu kalo kata kiayi gue ya, bukan dari istilah gue sendiri tuh Ukhuwah al Eropiyah. Yang berarti memang despite para negara-negara di Eropa itu tadinya memiliki friksi, perbedaan, dan lain sebagainya, namun bisa juga mereka membangun titik temu dan kebersamaan dengan adanya uni Eropa, itu kan islami sekali citra nya.

Coba aja bandingin dengan negara-negara Arab, bisa kita nilai sendiri, nilai ukhuwah nya gimana? Emang, masih ada?

Atau masih di negara-negara Eropa itu, banyak negara yang menggunakan konsep negara kesejahteraan. Ya memang, dengan konsekuensi persentase pajaknya yang tinggi, tapi paling tidak ada jaring pengaman sosial yang tidak hanya bagi orang kulit putih atau asli Eropa, bahkan misalnya imigran, atau para pelajar asing yang ada di negara itu juga mendapatkan hak-hak yang sama misalnya di bidang kesehatan, subsidi pendidikan, hingga masalah pekerjaan misalnya dalam masa pandemi begini banyak yang di PHK.

Gue ga minat bahas BPJS di sini karena itu bukan interest nya Cha Guan. Hahaha.

Cuman, temen-temen pikirin deh, nilai-nilai yang diajarkan yang notabenenya Indonesia mayoritas muslim, apakah sudah betul-betul berada di tengah-tengah masyarakat kita? Terus, nanti ada yang teriak, jangankan nilai-nilai islami, nilai-nilai pancasila aja belum membumi kok bro.

Nah, kalo gitu, itu tugas siapa tuh? Coba nanti pas teraweh dipikirin ya, hahaha.

Memang, ga salah, perbaikan-perbaikan itu juga banyak yang sudah dilakukan. Coba ambil contoh krl jaman-jaman 10 tahun yang lalu. Kayak apa coba kan? Pintu kebuka, orang sering kecelakaan jatoh; kayak pasar berjalan, kotor, jorok, bau, orang dempet-dempetan laki-perempuan, belom lagi yang naik-naik di atas. Sangat tidak islami kan? Tidak ada keteraturan di situ. Gue waktu dulu ya juga sering dari Depok ke Bogor kok pake KRL. Kalo sekarang gue ke Bogor pake kereta cepet. Hahaha.

Atau ya tentu hal-hal lain yang berkaitan dengan bagaimana sarana-prasarana lain di negara kita ini diperbaiki terus menerus, sebagai masyarakat madani kita juga harus mengawal pemerintahan siapapun untuk tetap melakukan pelayanan yang terbaik untuk rakyatnya ya. Sip.

Ga lagi nyaleg lho ini gue.

Kembali soal Cina.

Pertama nilai “islami” yang bisa ditemukan di sana adalah, biar pada antusias duluan nih dengerinnya, yaitu tidak ada bokep. Hahaha. Gue jadi inget tuh di UKI Cawang kan kalo mau naek bis ke Jatinangor, itu kaset-kaset bokep dijualnya kan digantung-gantung begitu ya di pager pinggir jalan. Hahaha.

Yes, di Cina lu ga bisa buka bokep kecuali kalo pake VPN. Tapi dengan kondisi VPN di Cina itu sering di-takedown sama cyber army nya pemerintah mereka. Kucing-kucingan dah lu ngeliat bokep juga di sana. Hahaha.

Kalo soal ini kita tau lah misalnya di Jepang, us, Eropa dll, pornografi bahkan jadi industri yang menjanjikan kan. Ada artikel-artikel nakal tuh yang bilang kalo di Jepang itu kekurangan aktor pria untuk industri hiburan dewasa. Ya karena memang ada negara-negara yang tidak melarangnya, kan?

Tapi, kalo di Cina pornografi ga usah diblok pun emang ga ada. Mungkin jaman dulu tahun 1990 ada ya. Karena kalo kita liat ada film-film Cina dewasa, itu kan banyak produksi hongkong ya, mungkin sempet masuk ke Cina daratan jaman-jaman lawas itu juga. Misalnya majalah syur ya lu semua tau dah pada apa aja kan namanya. Hahaha. Lagi puasa nih, udah mau buka, jangan mikir nakal ya ntar bolong puasanya.

Tapi, tentu bukan berarti di Cina tidak ada prostitusi, ada, walaupun juga tidak bebas ya. Di Beijing ada, di kota-kota besar ada, cuma ya gitu shady-shady gimana gitu kan. Udah, kita lagi ga bahas prostitusi di sini.

Tapi paling engga dengan engga ada nya pornografi dan pornoaksi, produktivitas kelas pekerja dan konsentrasi belajar siswa di Cina makin meningkat. Hahaha, ngasal aja gue. Jangan, ngaco itu, ga ada datanya. Intinya begitu lah ya.

Tapi, menariknya, di Cina baju-baju atlet sih engga di-blur sih. Hahaha. Atlet renang gitu atau atlet-atlet lainnya mau laki atau perempuan ya ga disensor. Kan, atlet kan. Hahaha.

Kedua, terkait atlet ya, selain masalah pembinaan, rasa ghiroh di dada untuk fastabiqul khairat itu sangat terasa di Cina. Nah, kan apa lagi dah tuh fastabiqul khairat. Intinya berlomba-lomba dalam kebaikan. Tidak hanya di kalangan bibit-bibit atlet ya, tapi secara umum etos kerja, iklim berkompetisi, dan mental bekerja kerasnya juga sangat tinggi. Jadi jangan heran misalnya katakanlah yang paling keliatan soal pencapaian-pencapaian atlet Cina, pasti mereka balapan perolehan medalinya ya sama amerika aja kan?

Bagaimana tidak islami ketika masyarakat Cina memiliki nilai kegigihan dalam menjalankan peran kehidupan, islami kan?

Ketiga, yang gue rasain di Cina itu orang-orangnya ga suka pamer atau riya. Tawadhu gitu bahasanya. Hahaha, apalagi tuh tawadhu? Rendah diri, broh.

Ya memang, selain mungkin karena ga ada istilah flexing-flexing kayak di sini, pantauan DJP dan DJKN di Cina juga lebih ketat bro daripada di sini. Para pejabat publik di Cina ga bisa tuh dia mamerin harta macam mobil, rumah, jam tangan Rolex atau RM, itu ga boleh dipake sama pejabat publik. Saking ketatnya, kalau ada pertemuan acara-acara pemerintah, ya macam mereka pas minum ciu, itu ciu nya kalo ada yang mahal kudu dituang dulu di teko. Soalnya pas kefoto, ada dokumentasinya, dan ada Irjen mereka yang ngusut, itu bisa kena tegur atau sp. Beneran.

Ada artikel yang ditulis sama NY Times, judulnya ‘In China Bragging about Your Wealth Can Get You Censored’. Itu artikel tanggal 25 desember 2021.

Apalagi misalnya dalam beberapa tahun terakhir pemerintah Cina juga lagi galak-galaknya mengusut pajak para selebritis dari tampil di film, iklan, series, dll yang dinilai besaran honornya di luar kewajaran.

Walaupun sebetulnya kalau soal ini, bukan berarti tidak ada barang-barang mewah di Cina, ada, banyak, pasarnya ada kok. Cuma ya tadi. Kalo nunjukin di publik, terutama kalo orangnya adalah pejabat publik, itu pasti langsung kena setrap.

Keempat, masih terkait dengan selebriti di Cina. Dengan salah satunya regulasi anyar mereka yang melarang para artis untuk tampil tidak sesuai dengan gender nya. Misalnya aktor atau penyanyi laki-laki waktu ada show walaupun itu komedi, tidak diperbolehkan lagi untuk tampil cantik atau gemulai begitu. Begitupun sebaliknya untuk aktris wanita.

Kelima, soal nilai-nilai berbakti kepada orang tua dan menghargai sanad dan leluhur. Sudah menjadi pengetahuan umum, terutama untuk para diaspora Tionghoa Indonesia, silsilah keluarga sangat mereka ingat, catat, dan dimaknai. Karena kalau di Indonesia mungkin hanya dari kalangan suku tertentu aja yang masih memegang tradisi itu. Ga merata juga kan di semua keluarga.

Keenam, selama 5 tahun di Cina gw ga pernah liat adanya kejahatan yang gampang ditemui, misalnya jambret, copet sih ada, tapi copet kan bukan jambret yha? Ya kalo copet-copet ditempat umum sih ada, bukannya ga ada juga. Yang sering kena copet itu temen-temen yang bule biasanya. Ga tau kenapa. Emang udah jadi to para copet kali ya.

Jadi misalnya kalau mau keluar misalnya jam-jam dini hari, atau abis balik maen sama temen-temen, itu ga ada yang malak-malak di pinggir jalan atau gimana. Ya wong di MRT nya mereka aja udah lama pake scan x-ray. Di Jakarta udah sih.

Atau misalnya kejahatan begal bocil-bocil nanggung bawa celurit, begal payudara, orang lagi sepedahan hape nya diambil dari belakang. Tawuran subuh-subuh ga jelas. Bilangnya mau sahur on the road, malah tawuran. Pinter-pinter dah kalo soal beginian kita.

Tapi, kalo kejahatan kerah putih ya pasti ada ya, tp soal itu gue kudu riset dulu deh nanti.

Ketujuh, penghormatan soal kepercayaan. Ga ada tuh misalnya juga diskriminasi terhadap orang-orang yang mengenakan simbol-simbol agama. Misalnya yang pake jilbab, ga ada yang ditarik-tarik iseng, nge prank. Lempar kepala babi, darah babi ke mesjid-mesjid di sana. Bikin-bikin kartun Nabi Muhammad, dll dsb. Lagi-lagi, gue lagi ga bahas soal suku Uighur ya. Di blog gw dan di penjelasannya Basuki udah ada panjang kali lebar soal itu.

Hal ini emang sulit dipahami terutama minimnya upaya klarifikasi dari pihak kedutaan Cina di Indonesia ya. Dan tentu soal sumber-sumber berita yang kebanyakan cuma terjemahin doang dari CNN, BBC, Reuters. Yang notabenenya kita cuma punya perwakilan dari Antaranews aja di Cina sebagai perwakilan media dari Indonesia.

Yang gue maksud di soal penghormatan soal kepercayaan tadi adalah karena di Cina sendiri juga banyak kok orang-orang yang memiliki kepercayaan lokal selain Agama Buddha yang mainstream di sana ya. Dan mereka melihat kepercayaan itu ya asalkan tidak menyalahgunakan fasilitas publik dan memang dalam rangka menjaga tradisi, pemerintah mereka tidak memberangus kepercayaan-kepercayaan tersebut.

Terakhir, nilai-nilai islami tidak akan lengkap ya kalau tidak ada orang islam nya. Maksudnya, di Cina juga ada walaupun tidak banyak secara persentase, muslim di Cina hidup normal sebagai mana mestinya. Ini normal dalam kaidah kondisi di sana ya. Kalo gue sendiri sih pegang angka nya bisa di atas 50 juta. Tapi kalau mau bombastis sedikit, angka populasi muslim di Cina ada 100 juta.

Ini memang agak sulit, karena ya di KTP nya orang Cina sana ga ada kolom agamanya bro. Terus, ya yang biasa dipake sama pemerintah Cina gue sendiri juga ga tau sih ambil data nya dari mana. Karena kalau hanya data dari suku-suku yang memiliki mayoritas muslim, itu jumlahnya kurang valid. Misalnya suku han yang mayoritas 92 persen penduduk di Cina. Itu ada kok muslimnya. Pertanyaannya, jumlah mereka berapa dan di mana aja, ya ga ada kuantifikasinya.

Gue sih cuma ngeliat data misalnya yang diambil kalo soal ini dari pemerintah Cina ya cuma data yang dipake untuk sekedar menjawab pertanyaan-pertanyaan pihak luar, dan memang tidak ada validasinya.

Hal-hal yang gue sebut di atas memang akan sulit dibayangkan kalo kita belum pernah ke Cina, gue, Basuki, dan temen-temen lulusan Cina lainnya paham banget. Cuma, ya memang di sisi lain karena Cina ini negara sekuler sempurna, jadi dia ga bisa juga untuk bikin video macam begini nih untuk menunjukkan ini loh kita ada nilai-nilai islami yang ente pada ga tau. Kalo itu kayaknya ada di parallel universe deh ya.

Leave a comment