Tulisan ini merupakan script yang kami gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.
Pengobatan chinese medicine atau biasa disebut ilmu pengobatan tradisional Tiongkok. Mungkin begitu mendengar kalimat ini, banyak di antara teman-teman yang langsung tergambar seperti dalam film-film drama China seorang tabib dari jaman dahulu, berjenggot putih panjang yang sedang meraba nadi atau menusuk jarum.
Jadi memang ilmu chinese medicine merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari Tiongkok yang sudah berusia ribuan tahun, bahkan salah satu kitab tertua ilmu pengobatan ini yaitu kitab Huangdi Neijing atau kitab Kaisar Kuning, diperkirakan terbit sekitar 5000 tahun yang lalu. Kitab ini lah yang menjadi cikal bakal ilmu pengobatan tcm di masa sekarang.
Berbicara tentang ilmu chinese medicine, memang tidak lepas dari namanya herbal dan akupuntur. Karena memang dua metode inilah yang paling umum digunakan dalam terapi, walau sesungguhnya masih banyak metode terapi lainnya seperti pijat atau tuina, kop atau bekam, dan taiji, qigong, kerokan atau guasha, dan masih banyak lagi.
Herbal memang menjadi salah satu keunggulan dalam pengobatan chinese medicine, bahkan di masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, herbal menjadi salah satu metode pencegahan serta pengobatan dalam melawan virus ini.
Menariknya adalah walaupun yang dihadapi adalah virus Covid yang bisa dikatakan virus modern, namun ramuan herbal yang dipakai adalah ramuan herbal klasik yang sejak jaman dahulu sering dipakai untuk mengatasi gejala flu.
Jadi siapa bilang ilmu kuno tidak bisa digunakan untuk mengatasi penyakit modern? Bahkan tidak hanya urusan Covid, bahkan untuk penyakit-penyakit yang dikatakan tidak bisa atau sulit disembuhkan, pengobatan herbal kadang kala bisa menjadi salah satu alternatif yang cukup menjanjikan.
Namun salah satu yang menjadi kendala adalah karena banyak orang beranggapan bahwa pengobatan herbal ini dirasa lebih aman atau lebih murah, maka banyak yang akhirnya menyalahgunakan atau sesuka hati meminum obat herbal tanpa adanya pemeriksaan atau konsultasi dari sinshe/herbalisnya. Sehingga akibatnya tidak sedikit pula yang akhirnya bukannya penyakitnya sembuh malahan bertambah parah atau muncul komplikasi, dan ujung-ujungnya yang disalahkan adalah obat herbalnya.
Padahal mau itu herbal atau obat medis sekalipun, jika kita menderita penyakit sudah seharusnya kita berkonsultasi terlebih dahulu ke tenaga kesehatan, jangan melakukan diagnosa sendiri, apalagi berobat sendiri. Cukup sering saya menemukan orang-orang yang berobatnya ke dokter Google atau sinshe Facebook, atau sinshe Whatsapp, padahal satu resep untuk orang tertentu belum tentu cocok untuk orang yang lain walaupun penyakitnya sama, karena tiap orang memiliki karakter fisik dan penyebab penyakit yang berbeda-beda.
Sebagai contoh, orang sakit kepala, sakit kepala ini bisa bermacam-macam penyebabnya, bisa hanya karena kelelahan, masuk angin, kurang tidur, atau bisa juga karena adanya penyakit di dalam tubuhnya seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, liver, dan masih banyak lagi. Dari banyaknya kemungkinan penyebab sakit kepala tersebut tentu akan sangat berbahaya jika kita mendiagnosa sendiri apalgi terapi sendiri.
Di Tiongkok, untuk menjadi seorang sinshe/dokter chinese medicine diwajibkan untuk menempuh pendidikan sarjana minimal s1 selama 5 tahun, setelah itu baru bisa mendapat ijin praktek sebagai seorang dokter chinese medicine. Selain itu juga di Tiongkok juga sudah terdapat banyak klinik dan Rumah Sakit pengobatan chinese medicine.
Dan tak jarang pula Rumah Sakit tersebut berkolaborasi dengan pengobatan kedokteran Barat. Sehingga pasien dapat memilih pengobatan mana yang dirasa cocok untuk kondisi penyakitnya, dan dokter juga memiliki kebebasan dalam mereferensikan pasiennya untuk melakukan pengobatan secara chinese medicine maupun secara kedokteran Barat.
Sementara untuk di Indonesia sendiri, belum banyak kampus yang membuka program studi ilmu pengobatan chinese medicine, terutama yang level sarjana, sementara ini baru ada beberapa saja yang ada seperti program Diploma untuk akupuntur maupun Diploma herbal, dan dari sedikit perguruan tinggi yang membuka program studi pengobatan chinese medicine, peminatnya juga masih sangat kurang.
Hal ini mungkin juga disebabkan karena masih belum jelasnya status profesi setelah lulus, melihat masih sangat minimnya Rumah Sakit maupun puskesmas yang memakai ilmu pengobatan chinese medicine.
Ilmu pengobatan chinese medicine sesungguhnya memiliki peranan yang sangat penting dalam fungsi pencegahan penyakit maupun membantu pemulihan pasca sakit. Cuma sayangnya masih cukup banyak orang yang mengganggap pengobatan chinese medicine sebagai alternatif terakhir, ketika cara-cara pengobatan modern telah gagal mengatasi penyakitnya.
Hal ini bisa terjadi karena banyaknya pengobatan-pengobatan alternatif yang menawarkan penyembuhan ajaib atau instant terhadap penyakit-penyakit kelas berat, sehingga akhirnya banyak yang menganggap bahwa pengobatan chinese medicine seakan-akan seperti pengobatan gaib dan tidak ilmiah.
Padahal sesungguhnya pengobatan chinese medicine, merupakan suatu ilmu pengobatan yang sangat ilmiah dengan teori dan uji klinis ribuan tahun yang tidak lekang oleh jaman. Buktinya, herbal-herbal yang dipakai dan teori-teori pengobatan yang dipakai masih tetap sama dan teruji selama ribuan tahun, bahkan hingga saat ini ramuan-ramuan herbal klasik masih tetap ampuh dalam mengobati berbagai macam penyakit di masa sekarang ini.
Ilmu pengobatan chinese medicine, sama sekali bukan suatu ilmu tebak-tebakan atau terawang-menerawang, mungkin bagi sebagian orang merasa aneh bagaimana mungkin seorang sinshe/dokter chinese medicine hanya dengan meraba nadi atau melihat lidah dapat mengetahui kondisi organ dalam atau penyakitnya, bahkan kadang bisa mengetahui kondisi mental atau jiwa seseorang, apakah seorang sinshe melakukan penerawangan atau memiliki indera keenam?
Tentu saja tidak. Sebab semua teknik pemeriksaan tersebut, perabaan nadi maupun pemeriksaan lidah semua ada teorinya, ada pelajarannya, jadi bukan hanya menerawang lalu selesai, atau bertapa di gunung huangshan lalu dapet wangsit, tidak begitu.
Belajar ilmu chinese medicine, kita belajar banyak kitab-kitab klasik, belajar sejarah dan pengalaman para tabib/sinshe dahulu dalam mengobati pasien, kita belajar tekniknya, cara pemeriksaannya, cara analisa, dan cara terapinya, yang kemudian sekarang dibuat dalam banyak textbook.