Bagaimana Kalau Cina menjadi Negara Mayoritas Muslim?

Tulisan ini merupakan script yang saya gunakan untuk mengisi konten di segmen Cha Guan, AsumsiCo https://www.youtube.com/@Asumsiasumsi/playlists, selamat menikmati.

Boleh-boleh aja dong kita berasumsi. Lha, wong ini channel nya Asumsi co. Hahaha.

Di video kemarin, masih dalam rangka menambah rasa lapar, mengisi momen-momen ngabuburit, serta membuat solat teraweh klean klean ga khusyuk, kali ini gue akan coba bahas seperti layaknya misalnya marvel punya What If.

Di cerita-cerita What If kan amsyong banget ya, hal-hal yang ga kepikiran atau plot twist yang menyederhanakan alur cerita sequel Marvel Avengers yang utama.

Anggap lah yang akan gue coba bahas kali ini memang kejadian di parallel universe entah di galaksi mana gitu ya ada kehidupan yang sama seperti di bumi kita ini, cuma beda plot dan jalan cerita nya aja.

Kalo soal itu gue jadi inget series The Fringe ya. Pada sempet nonton ga? Udah cukup lama itu seriesnya.

Biar tambah pusing lagi, karena gue udah muter ke marvel segala, topik kali ini yang pengen gue bahas adalah bagaimana kalau Cina menjadi negara mayoritas muslim?

Lah? Hah? Heh? Hoh?

Gue ga saranin temen-temen yang baru buka puasa lagi makan berat nonton ini. Dijamin selera makan bisa jadi berkurang.

Kenapa bahasan ini bisa kepikiran untuk diobrolin di Cha Guan dan sangat berpotensi untuk menimbulkan kekisruhan di kolom komentar. Karena, gue melihat bahwa agama itu bukan lah domain nya manusia. Agama itu kan domainnya tuhan ya, domainnya yang di atas. Sehingga kita tidak bisa juga mengklaim bahwa agama tertentu, tidak hanya Islam, hanya cocok untuk dianut oleh suku atau bangsa tertentu saja. Terutama untuk agama-agama Samawi, yang notabene nya kalau kita lihat sejarahnya juga kan menarik ya. Dari segi kemunculannya, penyebarannya, konflik-konflik yang menyertainya. Perang-perang yang mengatasnamakan agama, padahal agama itu posisinya tinggi dan tidak perlu dibela. Lha wong agama punya nya tuhan, bukan manusia.

Kalo ngomong begitu gue udah rasa jadi kayak Presiden Republik Jancukers versi lite belum ya?

Apalagi kalo mau bahas soal hidayah. Hidayah itu kan bukan karena effort manusia ya. Yang membolak balikkan hati ya bukan kita manusia. Coba deh mumpung lagi banyak kajian pas puasa begini disimak lagi materi-materi soal hidayah ya.

Paling tidak ada beberapa hal yang mendasari bahwa kenapa topik ini patut diangkat di Cha Guan. Yang nantinya akan berpotensi menjadi potongan-potongan klip yang bakal diedit misalnya gue, misalnyaaaa lagi mau ke politik praktis, untuk dijadikan black campaign. Hahaha. Emang siapa gue udah bisa ngeliat masa depan.

Hal-hal yang mendasari adalah bahwasanya Cina itu sebagai negara biar gimanapun adalah negara yang kuat. Sehingga, kalau saja, dan mungkin saja sedang dan tengah terjadi di dunia paralel sana, Cina menjadi sebuah kekhalifahan yang luar biasa.

Karena, banyak kan yang merindukan Islam itu berjaya atas dunia, dengan catatan-catatan kenostaligaan soal kekhalifahan. Kerinduan akan pemimpin seperti dalam film-film sirah nabi. Cuma maksudnya, kalau sekarang melihat faktualnya, kan kemaren ane udah bilang, emang negara-negara Arab sekarang masih punya nilai ukhuwah?

Apakabar normalisasi hubungan dengan zionis Israel yang dilakukan sama negara-negara Arab itu? Pemimpin-pemimpin Arab yang notabenenya vokal terhadap zionis Israel, lebih dulu dibabat habis. Saddam Hussein, Muammar Ghadaffi, sampai sekarang.

Op, sampek situ aja gue bahas ini. Hahaha.

Cuma maksudnya, coba bayangin, bayangin aja dulu. Cina dengan postur negara yang kuat seperti itu, kalau menjadi negara yang mayoritas muslim, kira-kira gimana ya?

Wong kalo ada apa-apa para pemimpin Cina itu dia berani kok ngirim utusan ke Washington DC untuk protes, untuk diskusi tingkat tinggi. Bahkan yang kemarin soal konflik Rusia – Ukraina, Xi Jinping telepon Biden kok untuk mempertegas posisi Cina soal konflik itu seperti apa.

Karena ya notabenenya udah jarang pemimpin negara non Blok Barat yang memang berani gitu ya. Tapi bukan asal berani, tapi negara nya sendiri juga stabil, banyak kemajuan-kemajuan yang menyokong.

Kedua, dasar argumentasi gue soal ini adalah, Islam itu bukan barang baru di Cina. Paling tidak Islam itu masuk ke Cina ketika zamannya Dinasti Tang. Sekitar tahun 616 – 618 Masehi. Gue sendiri pernah ke masjid raya nya Xi’an, atau namanya Xi’an Great Mosque, bisa di-Googling. Di sana kalau mendengarkan cerita ustadz atau marbot nya memang masjid itu adalah masjid yang pertama kali eksis di Cina. Karena Xi’an dulu itu memang adalah ibu kota beberapa dinasti, yang juga hub utama perdagangan Jalur Sutera.

Ya mirip-mirip lah sama Kattegat kalau di series The Viking ya.

Dengan Islam pada masa itu juga para utusan Nabi Muhammad SAW yang berdakwah sembari disuruh berdagang ke Cina, sehingga entry point nya kalo kata anak jaksel, cukup tidak membuat kaisar Dinasti Tang pada masa itu gelisah. Dia mungkin cuma melihatnya oh ini ada rombongan dagang yang muka-mukanya Arab, dari baju, logistik, sampe kepercayaan yang dianutnya beda.

Eh, gini deh sebentar. Bahasan ini akan sangat nyambung kalo temen-temen udah nonton film-film series yang ada kaitan sejarahnya seperti di Netflix kan banyak tuh. Atau dokumenter-dokumenter di Discovery Channel atau Natgeo. Biar nyambung gitu ya kita imajinasinya. Marco Polo, Ertugul, the Viking, apalagi sok sebutin.

Jaman dulu kan memang Jalur Sutera bisa dibilang adalah nadi kehidupan dunia. Jauh sebelum ditemukannya Benua Amerika, dan sebelum pelayaran laut memiliki teknologi yang lebih canggih, praktis Cina yang waktu itu masih berupa dinasti-dinasti sangat mengkapitalisasi Jalur Sutera. Mereka punya kepentingan di situ. Punya kuasa juga, sehingga emang ratusan kalau tidak ribuan jenis suku bangsa dengan segala kepercayaan nya ya diterima di Jalur Sutera, yang kebetulan pada waktu itu kota Xi’an adalah hub utama nya.

Sampe sekarang masih ada menara jam dan tembok kota Xi’an yang emang dulunya beneran begitu, kayak di film-film lah.

Yang mau gue jelasin di sini adalah bahwa Islam pun masuk ke Cina juga secara halus, bukan penaklukan. Sehingga akulturasi juga terjadi. Dan kebetulan memang suku yang dominan pada waktu itu menganut Islam sebagai agama resmi mereka adalah suku Hui. Kalo suku Uighur dulu justru banyak merupakan penganut ajaran buddha lho.

Ya kan, pada bingung kan? Ga usah bingung. Udah, beli aja bukunya basuki judulnya ‘Islam di Cina, dulu dan kini’, terbitan september tahun lalu. Kasian, ga banyak yang beli, karena pada ga percaya soal begituan dan males baca. Hahaha.

Di buku itu akhina Basuki udah lebih mendetail menjelaskan secarah masuknya Islam di Cina, sampai kepada perkembangannya saat ini.

Soal pepatah Arab, dan gue sepakat kalo ini adalah hadits dhoif, yang menuntut ilmu sampai negeri Cina. Kendati demikian, itu orang Cina sendiri juga bangga lho disebut-sebut begitu. Bahkan pepatah itu ada kok di buku pelajaran sejarah nya mereka. Ya walaupun itu cuma sekilas disebutin itu aja, yang jelas itu menunjukkan kebanggan Cina sebagai peradaban yang bahkan orang-orang di Arab yang kalok jaman dulu entah berapa purnama baru bisa sampe, atau berapa kali itu kuda sama onta turun mesin, orang-orang Cina bangga akan adanya rekognisi itu. Dan mereka semua tau akan pepatah itu.

Ketiga, ini kudu nun sewu dulu nih sama temen-temen yang non muslim. Ntar Cha Guan kena somasi lagi. Maap yak sebelumnya.

Basis argumentasi terkait kalo pemerintah Cina itu anti Islam, itu menurut gue tidak ya. Justru menurut gue pemerintah Cina, paling tidak para pemimpinnya itu paling sering photo op itu ya ketika kunjungan-kunjungan ke masjid, ketika lagi berbicara sama para Ahong. Ahong ya, itu artinya ustadz atau kyai lah. Ya walaupun terserah ente kasih judulnya apa, tapi coba perhatiin, justru lebih jarang misalnya presiden atau perdana menteri Cina foto dengan pemuka agama lain di Cina.

Ada kok foto-fotonya Xi Jinping masuk masjid. Lepas sepatu juga kok dia. Kalok ambil wudu dulu sebelum masuk sih ya engga lahhhh.

Bahkan di Cina sendiri masjid dan rumah-rumah ibadah agama lain disubsidi dan dibiayai oleh pemerintah. Coba misalnya tadi di atas yang gue sebut. Masjid raya kota Xi’an. Itu udah puluhan kali direnovasi. Dikira itu duit jamaah? Asal tau aja ya orang-orang Cina di sana itu pelit-pelit. Hahaha.

Ga kayak misalnya pak Jusuf Hamka atau Tionghoa muslim atau non muslim lain di Indonesia, dermawan-dermawan banget kalo soal perhatian ke rumah-rumah ibadah.

Di sana? Boro-boro.

Bisa deh temen-temen browsing. Di Cina itu paling engga ada total 20 ribu masjid di seantero negaranya. Ini kalau ada temen-temen bisa liat gampang, ga usah beli buku, di artikelnya China Highlights 23 Agustus tahun 2021 lalu. Di situ dia bahas 5 masjid top di Cina.

Ya cengli lah, kalo dia bahas 100 masjid di Cina aja, amsyong juga ga kelar-kelar itu artikel.

Di Beijing sendiri ada sekitar 40 an masjid. Kita cari makanan halal juga engga harus di tempat yang ngumpet-ngumpet. Ada yang lamien-lamien gitu atau mie tarik, ada ya emang kayak warung makan aja kecil-kecil. Atau kalo udah malem temen-temen Beijing dan kota-kota lain juga tau kok yang biasa dagang shaokao atau sate-sate tengah malem itu ya kebanyakan orang-orang muslim.

Apalagi macam Guangzhou yang notabenenya kota dagang. Temen-temen yang main impor pasti tau gimana mudahnya cari makanan halal di sana. Karena di kota itu juga banyak orang-orang dari Timur Tengah, dari Afrika Utara yang muslim, ambil barang-barang kulakan ya dari Guangzhou itu, atau dari Yiwu kan?

Keempat dan yang terakhir. Sekalian biar Dubes Cina yang baru puas ngedengernya, Cina itu menurut gue cocok untuk menjadi pemimpin dunia.

Kan kan kan, pasti gue bilang begitu pada mau nyela dulu deh. Ga denger sih tadi di awal gue bilang ini asumsi dan kita lagi ada di channel Asumsi, hahaha.

Kenapa bisa demikian? Selain beberapa poin soal nilai-nilai Islami yang udah gue sebutin kemarin, ya bisa dibilang masyarakat Cina itu menjalankan sami’na waa tho’na yang itu sulit kita temui di sini ya? Hahaha.

Artinya pemimpin-pemimpin mereka dihargai betul. Tapi di sisi lain ya good governance and clean government nya juga terus dijalankan.

Coba deh kita liat negara-negara Barat yang juga sebetulnya sudah kehilangan jati diri secara kultur. Yang ada kan pop aja ya. Budaya-budaya batih keluruhan sudah ga ada lagi di banyak negara-negara Barat. Semua nya pragmatisme sempit yang berujung pada tindakan-tindakan bully kepada negara-negara yang mereka pandang lebih lemah.

Karena kembali lagi, bagaimana pun Cina adalah bangsa yang sudah eksis sejak ribuan tahun yang lalu, dan mereka juga sudah punya formula-formula supaya nilai-nilai khas mereka tidak luntur atau usang karena modernisasi jaman.

Jadi, buat yang sering mikir apakah umat Islam di Indonesia ini akan dipergilirkan menjadi penguasa dunia, coba deh dipikir berkali-kali dulu ya.

Gimana? Udah mau close tab ini? Ya silahkan, karena udah kok gue segitu aja bikin panas nya. Hahaha.

Leave a comment