Dunia Startup di Cina

Sejarah startup di Cina

    Konsep startup adalah salah satu yang telah berkembang dari waktu ke waktu, namun prinsip intinya tetap sama: menemukan peluang, mengambil risiko, dan menginvestasikan sumber daya untuk menciptakan sesuatu yang baru. Meskipun istilah startup sendiri tidak muncul dalam Bahasa Inggris hingga akhir tahun 1970-an. Bentuk paling awal dari sebuah startup adalah bisnis kecil dan lazim pada awal-awal masa di Amerika Serikat. Bisnis kecil sangat penting untuk pertumbuhan negara, karena menyediakan barang dan jasa yang tidak dapat dilakukan oleh perusahaan besar. Salah satu contoh awal startup adalah bisnis percetakan yang dimiliki oleh Benjamin Franklins. Ia seorang pengusaha dan melihat peluang menghasilkan uang dengan mencetak buku, pamphlet, dan surat kabar. Saat kini, startup lebih sering diasosiasikan dengan bisnis berbasis teknologi yang menawarkan produk dan layanan inovatif, dengan tetap dengan prinsip dasar yang berlaku (Faster Capital, 2022). Menurut Martin (2016) terdapat empat gelombang perkembangan startup di Cina:

    Gelombang Pertama

    Startup pertama di Cina diawali pada tahun 1980-an dengan pengusaha yang tidak berpindidikan (hanya memiliki sedikit pendidikan formal) yang memulai bisnis mereka sendiri. CEO Haier Group, Zhang Ruimin tidak berkuliah semenjak Revolusi Budaya yang menutup banyak institusi pendidikan. Menyadari bahwa kualitas barang yang buruk menghambat pertumbuhan perusahaan, dia menunjukkan komitmennya terhadap produk berkualitas tinggi melalui penghancuran 76 kulkas yang rusak pada tahun 1984. Melalui pembentukan Qingdao Haier Group pada tahun 1991 dan reorganisasi sumber daya manusia menjadi 2.000 tim, Haier kini memiliki pangsa terbesar untuk white goods (barang elektronik: kulkas, mesin cuci, dll) dengan pendapatan $32,8 miliar pada tahun 2004.

    Pendiri Ren Zhengfei pensiun dari tantara (People’s Liberation Army) sebelum mendirikan Huawei di Shenzen. Ren terus menanamkan vitalitas, membangun struktur yang baik dalam perusahaannya. Ia juga tidak mementingkan diri sendiri dan hanya memiliki 1,4% saham perusahaan. Dan saat ini Huawei adalah eksportir swasta terbesar Cina dengan dua pertiga dari pendapatannya sebesar $39 miliar dari luar negeri. 

    Gelombang Kedua

    Gelombang kedua dimulai dari tahun 1990-an dipicu oleh “Southern Tour” Perdana Menteri Cina Deng Xiaoping. Prinsip ekonomi terbuka dan liberal dengan memupuk semangat kewirausahaan yang kuat. Pada masa ini, pengusaha terkemuka memegang posisi pemerintah. Pendiri Vantone Holdings, Feng Lung bekerja untuk badan negara, pendiri Taikang Life Insurance (asuransi terbesar ke-4 di Cina), Chen Dongsheng asisten peneliti di Kementerian Bisnis dan Kerjasama Internasional di Beijing. Pada masa ini pengusaha melakukan perjalanan ekstensif dan kesepakatan transfer teknologi dan memungkinkan perusahaan swasta tumbuh.

    Gelombang Ketiga

    Memanfaatkan pengusaha internet di Cina pada tahun 2000-an, bisnis-bisnis mulai memanfaatkan dukungan internet. Seperti perjalanan pendiri Alibaba Group, Jack Ma yang didokumentasikan secara ekstensif dalam film dokumenter mantan VP Alibaba Porte Irishman “Crorodile in the Yangtze”. Pengusaha-pengusaha Cina yakin untuk meningkatkan modal keuangan di luar negeri, berprinsip pada kepercayaan diri dan rasa hormat terhadap kepemimpinan pemerintah. Pada gelombang ini Tencent berhasil menjual game virtual senilai $4 miliar dengan modal iklan senilai $1 miliar. Selain itu, Ma Huateng (Tencent) mengembangkan perusahaan dari sebuah studio game kecil dengan meluncurkan QQ dan WeChat pada tahun 2011 dan memperoleh 600 juta pengguna aktif.

    Gelombang Keempat

    Pengusaha-pengusaha Cina “milenial” pada tahun 2010-an menggabungkan oportunisme dengan pragmatisme. Mereka biasanya berasal dan memiliki pengalaman pendidikan dari luar negeri dan menempatkan fokus yang kuat pada keterampilan manajemen bisnis yang sistematis. Kelly Zong, mewarisi perusahaan minuman terbesar di Cina mengubah revolusi gaya kepemimpinan perusahaan. Wang Xing, pengusaha serial asal Cina pertama kali memulai platform bisnis darng Xiaonei dan dijual ke Facebook pada tahun 2005. Usaha terbaru Meituan, melakukan merger senilai $15 miliar dengan Dianping pada tahun 2005. Lei Jun memimpin Xiaomi untuk menjadi perusahaan multi-faceted yang banyak disamakan dengan Apple. Saat ini, Xiaomi memiliki nilai lebih dari $40 miliar di bawah kepemimpinannya

    Sejarah singkat Alibaba Group

    Alibaba Group dikenal sebagai perusahaan e-commerce raksasa yang berasal dari Cina, didirikan oleh Jack Ma. Jack Ma berasal dari keluarga tidak mampu, tidak punya koneksi, bahwa gagap teknologi. Ia hidup dengan moto “Jika kamu tidak menyerah, kamu masih punya kesempatan. Menyerah adalah kegagalan besar” (Galuh, 2021). Sebelum namanya terkenal pada saat ini, perjalanan panjang dilalui salah satuya tak disambut oleh investor. Nama Alibaba sendiri merupakan sebuah nama yang berbau Timur Tengah. Nama tersebut dipilih sendiri oleh pendirinya yaitu Jack Ma. Awal mula pemilihan nama Alibaba tersebut saat Jack Ma mengunjungi sebuauh kafe di San Fransisco, Amerika Serikat. Jack Ma terinspirasi nama Alibaba yang diambil dari tokoh Ali Baba di cerita legenda 1001 Malam, sebuah cerita yang popular. Jack Ma bertanya kepada semua orang yang ditemuinya di Amerika Serikat dan mereka tahu akan cerita Ali Baba. Cerita legenda 1001 Malam, mengisahkan bahwa Ali Baba adalah orang yang dermawan, hidup dalam kemiskinan namun berbagi dengan sesamanya yang membutuhkan. Filosofi tersebut yang dibawa oleh Jack Ma dalam menggagas sebuah toko online bagi bisnis skala kecil dan menengah.

    Tahun 1999, Jack Ma dan 17 kawannya meluncurkan situs Alibaba.com. Awal mula peluncuran perusahaan raksasa itu di apartemen Jack Ma di Lakeside Gardens di Hangzhou, Cina. Jack Ma mengibaratkan nama Alibaba adalah seorang yang pintar dan membantu orang-orang di desa yang memiliki bisnis kecil dan menengah. Ia berharap agar kehadiran Alibaba dapat menjadi sebuah pintu bagi mereka untuk dapat mendapatkan pembeli dari luar negeri. Jack Ma kemudian melakukan pitching untuk menawarkan ide e-commerce Alibaba ke investor yang berada di Silicon Valley, Amerika Serikat. Namun, ide yang disampaikan tersebut sempat dikritik dan ditolak oleh para investor karena dinilai tidak stabil dan tidak mendatangkan keuntungan. Tidak pantang menyerah, Jack Ma akhirnya membawa Alibaba berhasil mendapatkan pendanaan awal dari Goldman Sach sebesar 5 juta USD dan 20 juta USD dari SoftBank. 

    Alibaba.com diharapkan dapat meningkatkan pasar e-commerce domestic dan menjadi retail daring yang tepat bagi para UMKM di Cina untuk menembus pasar global. Setelah dirilis tiga tahun, tepatnya pada tahun 2002 Alibaba mulai mendapatkan keuntungan. Namun, Jack Ma tidak cukup puas dengan pencapaian tersebut. Jack Ma berambisis melebarkan sayap Alibaba ke luar negeri Cina. Tahun 2003 Jack Ma meluncurkan marketplace Taobao yang kini sudah berganti nama menjadi Tmall. Ia juga meluncurkan platform pembayaran daring bernama Alipay, Alimama.com dan Lynx.

    Pertumbuhan Alibaba semakin pesat dan banyak menarik minat investor lain. Tahun 2005, Yahoo menyuntikkan dana ke Alibaba melaui struktur variable Interest Entitiy (VIE) dengan membeli saham Alibaba sebesar 40 persen dengan harga 1 miliar USD pada saat itu. Tahun 2010, Alibaba meluncurkan layanan komputasi awan (cloud) dengan nama Alibaba Cloud. Di tahun yang sama juga menggelar acara 11.11 Global Shopping Festival atau yang dikenal sebagai Single’s Day untuk pertama kalinya. Ide tersebut kini sudah banyak diadopsi oleh berbagai macam e-commerce yang ada di Indonesia dengan nama Harbolnas (Hari Belanja Nasional) yang berlangsung setiap tanggal 12 Desember (12.12). Tahun 2011, Alibaba Group mendirikan Alibaba Foundation yang bertujuan untuk membantu dan mengatasi masalah sosial, sesuai dengan tujuan awal perusahaan. Tahun 2014, Alibaba Group mendapatkan hari bersejarahnya yaitu pada bulan September 2014 Alibaba Group melantai di bursa saham (IPO) New York Stock Exchange dengan kode (BABA). Saham Alibaba pada saat itu dibuka dengan harga 92,70 USD per lembar. Selain itu, Alibaba membuat sejarah baru dan terbesar dalam IPO dengan mengumpulkan 25 miliar USD lewat IPO di Amerika Serikat.

    Tahun 2019 pendiri Alibaba Jack Ma resmi mengundurkan diri dari jabatan chairman. Pengunduran dirinya tersebut bertepatan dengan ulang tahun yang ke-55. Ia ingin focus sebagai filantropis di dunia pendidikan (Kompas.com, 2019). Pengunduran dirinya tersebut tidak sepenuhnya melepas Alibaba, melainkan bergabung menjadi jajaran direksi Alibaba Group untuk menjadi mentor. Kemudian jabatan chairman diisi oleh Daniel Zhang yang sebelumnya menjabat sebagai CEO. Namun saat ini Alibaba Group dan Jack Ma sedang mendapat sorotan dari pemerintah Cina yang disebabkan kritikan keras Jack Ma terhadap pemerintah Cina yang menutut reformasi regulasi finansial dan perbankan yang menurutnya menghambat sebuah inovasi. Mendengar kritikan Jack Ma tersebut, pemerintah Cina geram dan meradang lalu mengumumkan akan melakukan investigasi Alibaba Group dan perusahaan teknologi raksasa lain yang ada di Cina. Investagi tersebut dilakukan dengan alasan dugaan kasus monopoli dan sebuah strategi pemerintah Cina untuk menasionalisasi Alibaba Group dan perusahaan Jack Ma lainnya yaitu Ant Group. Namun demikian, Alibaba Group kini tetap menjadi salah satu perusahaan raksasa global dan Jack Ma menjadi salah satu orang terkaya di dunia (Wahyunanda, 2021).

    Booming terkait startup digital di Cina

    Startup di Cina mengalami perkemembangan pesat pada tahun 2014, hal tersebut diukur dengan jumlah pendanaan yang dikumpulkan, diinvestasikan dan dikeluarkan. Pada tahun 2017, lebih dari 100 perusahaan di Cina terdaftar di pasar saham seluruh dunia, dan Cina menambahkan 34 perusahaan baru ke dalam daftar unicorn (perusahaan yang berusia kurang dari 10 tahun dan bernilai USD 1 miliar atau lebih). Ledakan atau booming yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor konvergen, yaitu: 1) kebijakan pemerintah yang mendukung, 2) pematangan ekosistem inovasi, 3) kelas konsumen yang semakin berkembang, 4) serta teknologi dan model bisnis baru dengan potensi transformatif.

    Baik domestik maupun asing, perusahaan ingin terlibat dengan startup di Cina karena berbagai alasan, yaitu: 1) mendapatkan akses ke teknologi dan inovasi, 2) mengembangkan ekosistem baru, 3) mempercepat pertumbuhan melalui kapasitas dan pengetahuan eksternal, 4) menciptakan spin-off startup, 5) memperkuat investasi dengan mengakses sumber daya eksternal, 5) menetapkan standar di area baru, dan 6) menjadi pemasok pilihan raksasa baru.

    Menurut Tomas (2019), berikut adalah sembilan hal yang harus diketahui dari ledakan (booming) startup di Cina:

    Beberapa pendorong di balik ledakan startup Cina

    Setelah tiga dekade menjadi dewasa, ekosistem startup dan inovasi Cina memperoleh banyak pengetahuan dan sumber daya. Pemerintah Cina memandang “kewirausahaan massal” sebagai tahap dari reformasi dan keterbukaan negara. Pengusaha menjadi pahlawan baru masyarakat yang sukses dan patut dicita-citakan, seperti Jack Ma (Alibaba Group). Kelas konsumen yang terus berkembang (variatif) menuntut, dan bersedia membayar untuk memenuhi kebutuhan mereka. Teknologi dan model bisnis baru potensi transformatif meningkat secara global. Pada tingkat makro, pertumbuhan ekonomi semakin didorong oleh jasa dan konsumsi, bukan manufaktur dan konstruksi.

    Salah satu kekuatan terbesar laskap startup Cina juga merupakan salah satu kelemahan terbesarnya

    Sementara ekosistem Cina “Galapagos Style” membantu perusahan Cina untuk mengalahkan pesaing asing mereka di pasar mereka sendiri, tetapi hal tersebut mempersulit juga untuk berhasil di luar negeri dan menarik talenta global yang dibutuhkan untuk mendorong inovasi kelas dunia. Dalam perbandingan global, startup Cina mendapatkan skor rendah dalam jaringan wirausaha global serta pangsa pengguna di luar pasar domestik.

    Beberapa perusahaan teknologi utama Cina di balik sebagian besar investasi awal

    Beragam ekosistem telah terkonsolidasi di sekitar beberapa perusahaan utama. Mayoritas unicorn Cina didukung oleh Tencent, Alibaba, Lenovo, Fosun, Baidu, JD, Xiaomi, Qihoo 360, dan TCL. Visi, infrastruktur dan sumber keuangan yang melimpah adalah kekuatan penting yang membentuk evolusi lanskap startup Cina. Terdapat dua tren pola ekosistem inovasi Cina. Pertama, ekspansi luar negeri. Dengan investasi di perusahaan asing dengan membeli market share seperti di Tesla, Snap, Spotify, dll.  Kedua, ambisi untuk memanfaatkan kemampuan online dalam industri tradisional. Seperti pada logistik, ritel, dan perawatan kesehatan. Startup yang sukses menggabungkan digital dan offline rantai nilai adalah sebuah target investasi yang baik.

    Pemerintah merupakan kekuatan utama dalam pendanaan VC Cina

    Saat ini 358 dana pembinaan pemerintah difokuskan pada pendanaan ventura, dengan target peningkatan modal sebesar 665 miliar USD. Sebagian besar dana tersebut dialokasikan untuk rencana kebijakan khusus lanjut seperti “Made in China 2025”, memajukan bidang AI dan robotika. Kebijakan pemerintah tersebut secara tidak langsung  berdampak pada kewirausahaan Cina yang dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu: 1) mempercepat laju pencapaian ilmu pengetahuan dan teknologi, 2) mendorong transformasi dan peningkatan industri, 3) menjembatani penelitian akademik dan aplikasi dunia nyata. Kebijakan yang berdampak langsung pada kewirausahaan dikategorikan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuannya, yaitu: 1) meningkatkan mekanisme kelembagaan untuk memfasilitasi kewirausahaan, 2) meningkatkan insentif dan pembiayaan bagi pengusaha, 3) menumbuhkan bakat dan menginspirasi kewirausahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah Cina menggunakan tujuh metode, yaitu: 1) pendanaan dan investasi langsung, 2) insentif pajak, 3) kebijakan keuangan, 4) pedoman pendidikan, 5) pengembangan infrastruktur kewirausahaan, 6) pembuatan hukum, 7) kewenangan dan kekuasaan atas pengangkatan personel.

    Kehadiran investor asing semakin meningkat di kancah VC Cina

    Tahun 2018 menjadi rekor investasi asing di Cina, pada Q2 pertama kali dalam sejarah perusahaan berbasis di Cina mendapatkan lebih banyak pendanaan VC daripada startup di Amerika Utara dengan nilai 30,9 miliar USD. Alasan mengapa Cina kuat adalah dipandang sebagai peluang investasi jelas bagi investor dalam segi potensi skala dan pertumbuhan. Dengan populasi lebih dari 1,38 miliar orang, Cina memiliki keunggulan seperti banyaknya pengguna seluler (lebih dari 800 juta) dan memberikan dampak baik bagi bidang transportasi atau logistik, fintech atau biotek.

    Usaha modal musim dingin bagus untuk inovasi

    Selama booming kumpulan modal tidak ada habisnya, para pendiri lebih cenderung berfokus pada uang daripada “nilai tambah” yang ditawarkan oleh startup mereka. Sebaliknya, dampak dari hal tersebut pendiri startup fokus pada nilai intrinsik yang diciptakan untuk bisnis mereka. Dari sikus atau fenomena boom dan bust menyebabkan banyak model bisnis yang berkembang dan berkelanjutan. Dan hal tersebut merupakan pertanda baik bagi masa depan inovasi jangka panjang di Cina (sustainability).

    Jumlah ruang kewirausahaan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir

    Ruang kewirausahaan menjadi faktor penting dalam lanskap startup Cina. Terdapat sekitar 4.300 ruang kreatif di Cina, 3.300 inkubator dan 400 akselerator. Beberapa menyediakan sumber daya dan layanan untuk startup, sisanya hanya menawarkan ruang kantor.

    Beijing, Shanghai dan Shenzen adalah satu-satunya ekosistem startup global di Cina

    Ketiga lokasi tersebut merupakan satu-satunya ekosistem startup global di Cina. Masing-masing tempat memiliki profil yang berbeda. Beijing telah berkembang menjadi pusat teknologi informasi, mengembangkan sebagian besar startup unicorn Cina. Shanghai, dengan Delta Sungai Yangtze, menjadi pusat perkembangan perdagangan elektronik dan inovasi yang digerakkan oleh konsumen. Shenzen, telah menjadi titik fokus pematangan sektor manufaktur Cina. Kekutan masing-masing Kawasan tercemin dengan jelas dalam jenis perusahaan yang berada di lokasi tersebut. Perusahaan internet berada di Beijing, e-commerce dan fintech di Shanghai, dan perangkat keras cerdas di Shenzhen.

    Startup Cina memanfaatkan ekologi model bisnis yang berkembang

    Elemen model bisnis popular yang diadopsi oleh startup Cina termasuk inovasi biaya, kecepatan dalam eksekusi, peningkatan dan cloning, fasilitasi kesempatan, inovasi berbasi ekosistem, customer-centricity, mekanisme untuk meminimalkan kebutuhan akan kepercayaan, model bisnis analitik, eksploitasi kapasitas eksternal dan spesialisasi ceruk besar. Contoh Xiaomi, merek elektronik konsumen yang terkenal dengan rangkaian produknya yang pinar dengan harga yang terjangkau. Perusahaan hamper tidak membebankan margin pada produknya, kualitas bahan sama atau lebih unggul diatas kompetitor namun dengan harga jual yang lebih rendah, dan konektivitas dengan ekosistem (penyedot debu robot dan humidifier yang dapat dipantau dan diatur menggunakan ponsel).

    Fenomena WeChat sebagai “Super App”

    Super App adalah sebuah istilah atau sebutan bagi aplikasi yang  menyediakan semua layanan dalam satu platfor. Pengguna tidak perlu berpindah platform untuk melakukan transaksi. Semua transaksi dapat dilakukan dalam satu aplikasi (Roy, 2019). Sedangkan menurut Mike Laraidis (2010) dalam The Paypers (2022), Super App atau aplikasi super adalah ekosistem aplikasi yang dapat digunakan pelanggan sebagai bagian dari hidup berkat pengalaman yang mulus, terintregasi, dan efisien. Di Asia Tenggara, dua raksasa ride hailing (Grab Holdings dan Gojek) mengklaim dirinya sebagai super app. Namun, super app pertama di dunia adalah WeChat.

    WeChat merupakan apikasi perpesanan milik Tencent Holdings. Dan kini sudah melampau fungsi awalnya dan menyediakan berbagai macam jenis layanan bagi penggunanya. WeChat memiliki fungsi utama untuk bertukar pesan dengan teman, keluarga, rekanan kerja dengan berbagai cara dengan cara bertukar kontak. Setiap pengguna memiliki QR atau barcode unik dan dapat digunakan untuk menambah teman atau kegiatan lainnya. Selain itu WeChat dapat digunakan sebagai pembayaran (payment). Cina sudah berpindah dari transaksi konvensional ke transaksi cashless. Selama memiliki rekening bank Cina, maka pengguna WeChat dapat membayar melalui aplikasi baik memindai barcode QR WeChat. Keamanan pun tak kalah penting, pengguna harus memasukan kode sandi atau alat otentikasi biomerik untuk mengesahkan transaksi. Selain itu transfer uang dapat digunakan dengan cepat, mudah dan praktis. Terdapat pesaing yaitu Alipay, sebuah perusahaan yang dimiliki oleh Alibaba Ant Financial.

    Keunggulan lain yang dimiliki WeChat sebagai super app adalah adanya mini-programs yang memungkinkan perusahaan untuk mengirim pesan promosi langsung ke pengguna melalui WeChat. Gaming dan Top-up dapat dilakukan juga di WeChat. Dengan berinvestasi, pengisian pulsa, memainkan gim semua dapat dilakukan. Gaming sangat penting bagi Tencent karena menyumbang sekitar 32 persen dari total pendapatan Q3 2018 (Roy, 2019., dan KMS Solutions, 2022).

    Jumlah mobile app yang diproduksi oleh para pengembang asal Cina

    Menurut 42matters (2023), aplikasi seluler yang diproduksi oleh para pengembang asal Cina mencapai 10.837 aplikasi di Google Play, dengan nilai rata-rata 3.56 dari 5.00 bintang. Jumlah aplikasi seluler yang tersedia untuk diunduh oleh pengguna baik di App Store dan Google Play Store sebanyak 2,3 juta (Lai, 2022). Cina juga menjadi negara pertama negara dengan jumlah unduhan terbanyak dengan 111,11 miliar unduhan pada tahun 2022 (DataIndonesia.id, 2023).

    Sektor-sektor yang paling banyak terdapat digital app di Cina

    Cina memiliki banyak startup yang tersebar dalam berbagai macam sektor. Setiap startup meluncurkan sebuah aplikasi digital untuk mempermudah pengguna dalam menggunakan layanan. Namun sektor-sektor yang paling banyak terdapat aplikasi digital dan digunakan di Cina adalah sosial media, fintech, mobile e-commerce, video, shopping, blog, musik, utilitas, berita, manajemen aplikasi, map (Statista, 2022 dan AdChina.io, 2023). Sedangkan sumber lain menyebutkan seperti gambar di bawah ini:

    Pandemi dan startup digital di Cina

    Pandemi Covid-19 yang melanda dunia menghadirkan dampak signifikan terhadap perekonomian seluruh negara di dunia, termasuk Cina. Cina sendiri diduga menjadi pusat awal penyebaran Covid-19 di wilayah Wuhan sehingga pemerintah melakukan karantina ketat dan mengurangi mobilitas, aktivitas diruangan terbuka termasuk kominkasi secara tatap muka. Salah satu indikasi dari pandemi Covid-19 adalah semakin banyak pekerja yang beralih ke ranah digital. Namun selain memberikan kerugian, pandemi Covid-19 juga menjadi tombak perubahan kebiasaan masyarakat. Menurut Yuni (2020) dan Evelyn (2020), terjadi lonjakan yang signifikan di beberapa sektor dalam penggunaan startup digital untuk memenuhi kebutuhan saat masa pandemi, yaitu sebagai berikut:

    • Sektor pendidikan, anak-anak bahkan hingga mahasiswa melakukan pembelajaran secara daring di rumah. Pekerjaan yang mengharuskan rapat (meeting) dilakukan secara daring dengan menggunakan startup digital seperti Zoom, Webex, Skype dan aplikasi lain. Di Cina menggunakan Tencent Meeting, DingTalk, Lark, VooV, dan lainnya.
    • Sektor hiburan (musik dan video) streaming pun meningkat di Cina, seperti Kuaishou yang melaporkan pengguna harian streaming naik dari 70 juta di akhir tahun 2019 menjadi 170 pada 6 bulan pertama setelah awal pandemi Covid-19.
    • Sektor utilitas (rekrutmen pekerjaan) Qingtuanshe, mengatakan terjadi peningkatan lowongan pekerjaan yang dilakukan di rumah dan paruh waktu seperti pengeditan video pendek dan siaran langsung. Qingtuanshe mengatakan lebih dari 410.000 pedagang terdaftar dan memproses lebih dari 100 juta aplikasi dalam setengah tahun.
    • Sektor kesehatan, terjadi peningkatan layanan konsultasi kesehatan, pemesanan obat-obatan dan alat medis lain mencapai lebih dari 150.000 pasien per hari. Salah satu anak perusahaan JD.com (JD Health) menerima investasi lebih dari $830 juta USD dari Hillhouse Capital.
    • Sektor kesehatan, startup digital lain anak perusahaan Tencent yaitu WeDoctor menyatakan terjadi peningkatan untuk konsultasi secara daring sebesar 3.6 kali dari tahun lalu, melibatkan 50.000 dokter baru dengan total 250.000 dokter.
    • Sektor kesehatan Alibaba Health, melalui Alipay App menyatakan lebih dari 15.000 lembaga medis yang dikontrak termasuk rumah sakit kelas III di 17 provinsi yang terhubung dengan pembayaran asuransi kesehatan. Pada kuartal pertama di era pandemi Covid-19 total pengguna aktif melebihi 390 juta.

    Perluasan pasar global dari startup digital asal Cina

    Ekspansi pasar global Cina dari startup digital lebih cepat dari sebelumnya. Menurut Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Amerika dan Cina menyumbang lebih dari 40 persen dari total ekonomi digital global, e-commerce, pembayaran digital, dan pemain besar dalam investasi dalam teknologi digital. Volume penjualan e-commerce Cina lebih banyak jika digabungkan dengan negara Prancis, Jerman, Jepang dan Inggris (Hoque, 2021). Startup digital Cina angat agresif dalam mengejar pangsa pasar dan memiliki kemampuan iterasi produk yang cepat, dapat beroperasi dengan pola piker yang sangat efisien dan berorientasi pada hasil serta nyaman mengambil risiko karena dalam banyak hal mereka berasal dari pasar lokal yang paling kompetitif di dunia. Namun kendala yang harus dihadapi dalam pengembangan atau perluasan pasar global yaitu peran pemerintah Cina yang sangat keras seperti kepada Alibaba, Tencent, dan raksasa teknologi domestik lain tentang monopoli industri yang menyebabkan hilangnya kepercayaan pemodal atau investor ventura, kondisi rasis dari sebagian komunitas yang anti-Cina atau Asia (Liao, 2022). Cina dapat dikatakan sebagai negara peniru khususnya dalam bidang hal teknologi. Belajar dari pasar yang lebih maju dan dilokalkan sesuai dengan permintaan dosmetik. Namun dalam hal perluasan pasar global, Cina melakukan beberapa hal, yaitu:

    • Berinvenstasi di perusahaan internasional yang sudah mapan
    • Memperoleh dan mengintegrasikan merek global terkenal
    • Memperluas ke pasar negara berkembang
    • Tumbuh secara organik (lebih baik dari pesaing utama) dan menjadi global presence (Scoot, 2014).

    Startup digital asal Cina yang telah meluaskan ke pasar global dan dikenal adalah Yipin Fresh, ByteDance, Zuoyebang, WeDoctor, WeRide, Pony.ai, Shannon AI, Geek+, JD Logistics, DJI, Xiaomi, Baidu, dan lainnya (Terryruth, 2022 dan Jain, 2022). Pesatnya ekspansi ke pasar global dari startup Cina didukung oleh pemerintah Cina dengan infrastruktur yang luas untuk mendukung distribusi informasi, produk dan layanan serta integrasi 5G, big data, IoT (Internet of Things) dan AI (Artificial Intelligence) dengan perangkat lunak dan platform digital menjadi faktor utama yang mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Cina (Hoque, 2021).

    Prospek startup digital di Cina pada masa depan

    Cina memiliki prospek startup digital yang sangat menjajikan di masa depan. Menurut CNN Indonesia (2019), sepanjang tahun 2018 Cina melahirkan 97 unicorn. Jika dirata-rata, satu unicorn lahir setiap 3,8 lahir di Cina dan angka tersebut terus meningkat pada tahun berikutnya. Menurut Statista (2022), Cina adalah negara dengan unicorn terbanyak ke-2 dengan 243 unicorn. Investasi yang dikeluarkan untuk 97 startup tersebut senilai 1,2 triliun yuan. Alipay sebagai layanan pembayaran Alibaba memimpin pasukan unicorn dengan nilai valuasi lebih dari 1 triliun yuan (Rp 2 kuadriuliun). Diposisi kedua yaitu Jinri Toutiao dengan nilai valuasi 500 miliar yuan (Rp1 kuadriliun). Jinri Toutiao adalah layanan aggregator berita milik ByteDance yang berbasis di Beijing. Sedangkan posisi ketiga ditempati oleh Didi Chuzing yang memberikan layanan ride-hailing (serupa dengan Grab dan Gojek) dengan nilai valuasi 300 miliar yuan (Rp626 triliun). Hingga saat ini (tahun 2019) total terdapat 186 unicorn yang ada di Cina dan jika ditotal bernilai 5 triliun yuan (Rp10 kuadriliun (Roy, 2019). Hal tersebut merupakan nilai yang sangat besar jika dibandingkan dengan total pendapatan Indonesia pada tahun 2018 yang hanya Rp1,8 kuadriliun.

    Kondisi perkembangan startup digital yang terus meningkat dan jumlah investasi yang masuk menjadikan startup digital Cina akan terus memiliki prospek yang baik. Namun, peningkatan pendanaan dan populernya Cina sebagai tujuan investasi sedikit mengalami kendala dari domestik Cina yaitu pemerintahnya memberlakukan lebih banyak lagi pembatasan pada beberapa perusahaan teknologi dan pemisah keuangan yang lebih luas antara Cina dan Amerika Serikat. Pemerintah Cina ingin mendapatkan lebih banyak kendali atas data perusahaan teknologi dan mengendalikan apa yang mereka anggap sebagai risiko yang berlebihan dan perilaku anti persaingan disektor tersebut. Kondisi tersebut menjadi sebuah kerugian karena dapat mengguncang investor dan menghancurkan miliar dollar nilai pasar dan sebuah dilema ditengah-tengah perkembangan dan kemajuan startup digital Cina (Lin et al, 2022). 

    REFERENSI

    42matters. 2023. China App Market Statistics in 2023 for Android. https://42matters.com/china-app-market-statistics#how-many-app-publishers-are-from-china. Diakses 24 Januari 2023.

    AdChina.io. 2023. 25 Most Popular Apps in China [Tencent Dominates]. https://www.adchina.io/top-apps-in-china-2019/. Diakses 24 Januari 2023.

    CNN Indonesia. 2019. China Lahirkan Startup Unicorn Tiap 3,4 Hari Sekali. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20190128211512-185-364569/china-lahirkan-startup-unicorn-tiap-34-hari-sekali. Diakses 23 Januari 2023.

    DataIndonesia.id. 2023. 8 Negara Dengan Unduhan Aplikasi Terbanyak 2022. https://dataindonesia.id/digital/detail/8-negara-dengan-unduhan-aplikasi-terbanyak-2022-ada-indonesia. Diakses 24 Januari 2023.

    Evelyn, C. 2020. China’s digital health care start-ups get a boost from the coronavirus, Beijing and investors. CNBC International. https://www.cnbc.com/2020/09/11/chinas-digital-health-care-start-ups-get-a-boost-from-the-coronavirus-beijing-and-investors.html. Diakses 27 Januari 2023.

    FasterCapital. 2022. The History of Startups From Early Days. https://fastercapital.com/content/The-history-of-startups–From-early-days-to-today.html. Diakses 23 Januari 2023.

    Galuh, P. R. 2021. Profil Jack Ma Pendiri Marketplace Alibaba yang Ternyata Gaptek. Kompas.com. https://tekno.kompas.com/read/2021/04/19/20070047/profil-jack-ma-pendiri-marketplace-alibaba-yang-ternyata-gaptek. Diakses 23 Januari 2023.

    Hoque, Rakibul. 2021. China’s digital economy witnesses three-fold expansion. Shine. https://www.shine.cn/opinion/2109285737/. Diakses 27 Januari 2023.

    Jain, Samiksha. 2022. Most Prominent Tech Startups in China. Jumpstart. https://www.jumpstartmag.com/most-prominent-tech-startups-in-china/. Diakses 27 Januari 2023.

    KMS Solutions. 2022. What is Super App and Why It Is Taking Over Asia. https://blog.kms-solutions.asia/what-is-super-app-and-why-it-is-taking-over. Diakses 24 Januari 2023. 

    Kompas.com. 2019. Jack Ma Resmi Pensiun Dari Alibaba Group. https://tekno.kompas.com/read/2019/09/10/16212177/jack-ma-resmi-pensiun-dari-alibaba-group. Diakses 23 Januari 2023.

    Lai, Lin Thomala. 2022. Mobile Apps in China – Statistics and Facts. Statista.com. https://www.statista.com/topics/5577/mobile-apps-in-china/#topicOverview. Diakses 24 Januari 2023.

    Liao, Rita. 2022. The dilemma of Chinese startups going global. TechCrunch. https://techcrunch.com/2022/11/13/dilemma-chinese-startups-going-global/. Diakses 27 Januari 2023.

    Lin, Liza., Jin Yang., and Keith Zhai. 2022. China’s startups are awash with money as Beijing shifts focus to hard tech. WSJ. https://www.wsj.com/articles/chinas-startups-attract-record-funding-despite-tech-clampdown-11642000017. Diakses 27 Januari 2023.

    Martin, Pasquier. 2016. A History of Innovation in China: Four Ages of Chinese Entrepreneurs. https://innovationiseverywhere.com/chinese-entrepreneurs/. Diakses 24 Januari 2023.

    Roy, F. 2019. Tahun Lalu Setiap 4 Hari Lahir Startup Unicorn di China. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190129202316-37-52962/tahun-lalu-setiap-4-hari-lahir-startup-unicorn-di-china. Diakses 23 Januari 2023.

    Roy, F. 2019. Bukan Grab atau Gojek Ini Super App Pertama di Dunia. CNBC Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20190327185446-37-63295/bukan-grab-atau-go-jek-ini-super-app-pertama-di-dunia. Diakses 24 Januari 2023.

    Scoot, SI. 2014. How Chinese tech companies are going global. Tech in Asia. https://www.techinasia.com/chinese-tech-companies-global. Diakses 27 Januari 2023.

    Statista. 2022. Number of unicorns worldwide as of November 2022 by country. https://www.statista.com/statistics/1096928/number-of-global-unicorns-by-country/. Diakses 23 Januari 2023.

    Statista. 2022. Monthly active users of the leading apps in China in June 2022. https://www.statista.com/statistics/1032630/china-leading-apps-by-monthly-active-users/. Diakses 24 Januari 2023.

    The Paypers. 2022. Understanding Super Apps: What are they and why should you care? https://thepaypers.com/thought-leader-insights/understanding-super-apps-what-are-they-and-why-should-you-care–1258542. Diakses 24 Januari 2023.

    Tomas, Larsson. 2019. 9 Things to Know About China’s Stratup Boom. https://www.linkedin.com/pulse/9-things-know-chinas-startup-boom-tomas-larsson. Diakses 24 Januari 2023.

    Wahyunanda, K. P. 2021. Sejarah Alibaba E-Commerce Buatan Jack Ma yang Terinspirasi Cerita 1001 Malam. Kompas.com. https://tekno.kompas.com/read/2021/04/21/21320057/sejarah-alibaba-e-commerce-buatan-jack-ma-yang-terinspirasi-cerita-1001-malam?page=all#page2. Diakses 23 Januari 2023.

    Yuni, Astutik. 2020. Pandemi Covid-19 Bikin Ekonomi Digital China Makin Ngegas. https://www.cnbcindonesia.com/tech/20200817174958-37-180354/pandemi-covid-19-bikin-ekonomi-digital-china-makin-ngegas. Diakses 24 Januari 2023. 

    Leave a comment