Black Myth Wu Kong

Di tulisan ini gue akan bahas soal BMW, tapi bukan merek mobil yaa. Black Myth: Wu Kong, merupakan sebuah fenomena yang menggebrak dunia gim dengan penjualan yang sudah mencapai 850 juta USD dari penjualannya di platform Steam. Kira-kira BWM yang ini, sudah terjual sebanyak 17,8 juta, dengan average playtime nya 27 jam! Luar biasa!

Gim ini dikabarkan juga laris manis sampai-sampai penjualannya mencapai 10 juta pembeli hanya dalam kurun waktu 3 hari! Ga ngotak bener ya!

Gim Sun Go Kong ini gue rasa sih adalah tren yang bagus untuk menyebarkan pengaruh Cina di dunia internasional, khususnya bisa masuk ke kalangan Gen Z tanpa perlu embel-embel politis dan lain sebagainya. Mindset nya sih memang harus berbeda ya, kalau ke Gen Z ya jangan terlalu serius soal diplomasi-diplomasi atau apalah, yang penting asyik dan bisa mengambil hati para pemain, cukup.

Yaa gue sampai saat ini juga belum main itu BMW, nanti deh ya, tunggu Steam Autumn Sale atau apa, ha ha ha. Harga nya masih lumayan meeen, RD2D aja udah diobral, ini BWM masih tinggi. Ya maklum lah baru rilis.

Dalam sebuah acara sarasehan kecil di Kedutaan Besar Cina beberapa waktu yang lalu, gue sempat bilang ke kolega yang kerja di sana, dan kebetulan ketika acara sarasehan kemarin itu, game BMW ini lagi dipasang sebagai penarik atensi kegiatan. Yang gue coba sampaikan, udah, bikin aja turnamen gim Wu Kong ini, atau ya kalau ga bisa dibuat turnamen, ya semacam main gim gratis begitu.

Betapa engga, gim yang sudah cukup lama sekitar 4 tahun ditunggu-tunggu untuk rilis, akhirnya bisa keluar juga, dan banyak review bagus terhadap game ini, merupakan kesempatan emas bagi corong-corong Pemerintah Cina seperti kedutaan mereka di berbagai macam negara, untuk mendorong diplomasi lunak tanpa “effort” yang terlalu sulit.

Di episode yang membahas soal gim lalu, gue juga sudah sempat singgung ya, kenapa di Cina industri gim nya sangat maju, dan betapa memprihatinkannya industri gim di Indonesia. Bisa dibilang 90% gim yang beredar di Indonesia adalah merupakan produk pengembangan luar, bukan aseli dalam negeri.

Sehingga, dengan memainkan gim Wu Kong ini saja, khalayak dunia juga bisa sekaligus lebih teryakini dengan produk-produk pengembangan gim dari Cina. Ya walaupun gim kayak PUBG, Genshin Impact, dan lain-lain yang dibuat sama Tencent, sudah menunjukkan kualitas yang jauh dari ekspektasi masyarakat global.

Cuma, memang, yang menarik nya adalah bahwa perusahaan Game Science selaku developer dan distributor gim ini merupakan perusahaan yang tidak sebesar Tencent, apalagi Alibaba Group, atau Net Ease, Baidu, atau  yang lainnya. Game Science kalau kita lihat di banyak sumber, dia baru berdiri pada tahun 2014, dan bisa dibilang baru punya 3 produk gim termasuk Wu Kong ini. Bisa dibilang, developer Game Science ini juga merupakan underdog dalam bidang produk IT dan pengembangan gim. Ini merupakan secercah harapan juga bagi pengembang gim dalam negeri untuk tidak berkecil hati serius menekuni industri gim.

Kalau sekarang, mungkin Co Founders Game Science lagi pada party ga berhenti-berhenti, sama seperti istilahnya, nyayur nya Founder Zoom waktu Covid kemarin, bukan?

Kembali ke laptop.

Banyak dari istilah-istilah yang dipakai memang masih menggunakan terminologi aran-ajaran Buddha, kendati bahwa gim ini tidak dibuat untuk dalam rangka men-syiar kan agama Buddha, namun hal itu sangat baik dilakukan agar khalayak dunia juga ingat kembali bahwa sedikit banyak peradaban Cina dibentuk oleh adanya pertautan, penyebaran, dan interaksi yang berhubungan dengan Dharma.

Walaupun, tentu, dramatisasi dan kisah-kisah fiksi yang masuk ke dalam legenda Journey to The West, itu merupakan bumbu entertainment.

Cuma, ya lumayan lah ya buat yang dulu sering nonton Kera Sakti yang sempat ditayangkan awalnya oleh Indosiar, kemudian MNC TV, lalu RTV, kemudian terakhir Trans TV. Tentu dramatisasi yang disuguhkan sudah berbau industri entertaiment yang bertujuan cuan. Dari pihak TVB Jade (Hongkong), ya tentu mereka membuat 30 episode Kera Sakti supaya bagaimana bisa menghibur pemirsa di berbagai macam belahan dunia.

Gim Wu Kong yang sudah menggunakan Unreal Engine 5, ini juga membuat banyak pihak takjub. Keberanian dan konsistensi dari Game Science yang tidak melakukan downgrade antara teaser dengan real gameplay, merupakan sesuatu yang bisa diacungi 2 atau malah 4 jempol sama jempol kaki juga sekalian. Karena kalau kita lihat beberapa ulasan di YouTube soal gim ini, banyak pengembang itu biasanya engga commit terhadap apa yang mereka rilis di teaser, lalu kemudian downgrade ketika rilis. Atau misalnya ada perbedaan gameplay dari yang dipromosikan dengan yang riil nya.

Gim Wu Kong ini secara visual mengangkat banyak lokasi khusus nya yang ada kaitannya dengan peninggalan sejarah Cina. Misalnya saja beberapa lokasi ada Temple of the Jade Emperor, Painting of Scene of Hell, Hanging Temple (yang ketiganya) terletak di Kota Shanxi; Baodingshan di Kota Chongqing; Kompleks Kelenteng Kaiyuan di Kota Quanzhou, dan lain sebagainya.

Indonesia bukannya ga bisa memperkenalkan lokasi-lokasi historis dengan gim. Cuma memang ya bisa dibilang, kalau seputar gim ini adalah industri spesifik, dari pihak pemerintah apakah sudah punya arahan yang jelas agar industri ini betul-betul berkembang.

Ditambah lagi, sudah sejak tahun 2010 an kalau ga salah, Cina itu sudah mulai juga melakukan digitalisasi objek-objek historis yang dimiliki, sehingga mungkin dalam hal ini Game Science selaku pengembang, dia ga perlu bikin data RAW lagi untuk jadi asset di gim nya. Digitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah Cina untuk banyak objek dan lokasi historis kebanyakan memang untuk kepentingan arsip dan misalnya untuk melakukan proyeksi atau simulasi kira-kira bagaimana pada mulanya objek atau lokasi historis tersebut berwujud.

Seperti beberapa simulasi yang pernah dilakukan dan udah banyak tersebar sumbernya, yaitu terkait dengan warna pakaian dalam patung Teracotta yang berjumlah ribuan. Ya kita semua juga kendala nya adalah melihat apa yang sekarang ada, tapi bagaimana warna dan bentuk asli dari sebuah peninggalan sejarah yang sudah ratusan bahkan ribuan tahun, kita hanya bisa mengira-ngira. Dalam simulasi yang dilakukan terhadap objek patung Teracotta tersebut, para ahli menyiratkan bahwa patung-patung itu tadinya memiliki corak warna yang ramai seperti merah marun, oranye, hijau, kuning keemasan, dan lain sebagainya; dan tidak hanya seperti warna tanah seperti yang bisa dilihat saat ini semata.

Atau misalnya ada yang namanya Gua Mogao yang terletak di Dunhuang, Provinsi Gansu. Yang sudah 5 tahunan ini pemerintah Cina sangat serius melakukan digitalisasi. Karena hanya dengan digitalisasi ini juga lah, para ahli sejarah dapat melakukan proyeksi dan simulasi keutuhan objek baik itu patung, lukisan, ornamen, atau artefak lain, tanpa perlu terlalu banyak menyentuh secara fisik. Karena kalau disentuh terus secara fisik misalnya untuk dicari material yang digunakan, bahan dasar pigmen yang memberikan warna, dan lain sebagainya, bisa dibilang itu juga membahayakan objek yang sedang diteliti. Kembali lagi seperti pasukan Teracotta itu tadi, Pemerintah Cina bisa mendapatkan gambaran yang lebih ciamik dengan metode digitalisasi terkait dengan bentuk utuh lukisan-lukisan, atau penggunaan warna pada lukisan di dinding Gua Mogao yang bisa dimodifikasi dan sesuaikan.

Jadi, ya kalo tebak-tebakan gue bisa jadi dari Kemendikbud nya Cina yang punya arsip digital banyak objek dan lokasi wisata historis, kerja sama dengan pihak pengembang gim supaya meningkatkan awareness soal signifikannya objek dan lokasi tersebut.

Juga, yang sedang dilakukan oleh Cina di dalam gim itu adalah ingin merubah sebutan naga. Nah loh, apaan sih?

Iya, jadi naga yang kita kenal itu sebetulnya kan yang bentuknya ular, dan ada 4 kaki nya. Kalau di film-film Barat, sebetulnya soal ini juga menarik, karena ada makhluk yang disebut dengan dragon, wyvern, wyrm, drake, lindworm, dan amphithere; yang kalau menurut kita, ya itu semuanya ‘naga’. Cuma, Cina dalam hal ini pemerintahnya, dengan spesifik ingin mempopulerkan istilah ‘LOONG’ untuk makhluk mitologi yang berbentuk ular, berkepala naga, dan tidak bersayap. Jadi mereka di gim Wu Kong pun juga pakainya bukan ‘dragon’ kan.

Nah, hal-hal begini mungkin kita anggap ga penting, tapi, biasanya kalau yang suka ngurusin hal yang ga penting begitu, itu tanda negara sudah maju. Kalau kita yah, masih soal hal-hal pokok dulu ga sih yang dikerjain.

Tapi ya, gue rasa sih siapapun yang biasa main gim kayak Assassin’s Creed, Final Fantasy, Zelda, atau game action RPG lainnya, sudah barang tentu akan sangat terbiasa dengan gim Wu Kong. Istilahnya, dari pengembang gim ini, mereka merasa ga perlu untuk cari bentuk lain dari genre atau subgenre, tinggal fokus aja ke gameplay dan grafis nya, maka pemain juga sudah bisa tau sendiri kok gim ini kayak apa.

Sebetulnya gue juga ga terlalu hapal ya siapa adalah siapa, siapa kenapa dan bagaimana di dalam cerita Kera Sakti. Cuma, kalo gue ngikutin misalnya channel Rad Brad favorit gue untuk gaming di YouTube, ya memang kurang lebih memang begitu ya ceritanya, engga terlalu jauh dari Wu Kong yang orisinil.

Apalagi dengan banyaknya cut-scene yang dipake untuk menjelaskan kepada pemain yang sekiranya bukan merupakan angkatan Kera Sakti. Ada yang bikin terenyuh juga, takjub, cut-scene yang ditampilkan juga pake berbagai macam tipe artwork ya. Itu sih sangat luar biasa.

Dan gue rasa, kalau gue lihat, masih make sense ya game logic nya, dalam arti gimana logika fisika yang dipake ketika ada jurus atau ada pukulan, putaran, tongkat Wu Kong yang bisa dipanjangin, dan lain sebagainya. Dan lagi, musuh-musuh atau Yaoguai nya juga masih make sense lah trik-trik ngalahinnya, ga bisa dibilang gampang banget, dan ga bisa dibilang susah banget. Semuanya kan kembali ke tergantung kita upgrade skill apa, ya ga sih?

So, what do you think about BMW game?

Leave a comment