Presentasi Kelola Transportasi Tiongkok

Berikut merupakan slide presentasi dari kami perwakilan PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) Tiongkok yang pada tahun 2014 sempat menghadiri Simposium PPI Dunia yang pada waktu itu bahasan tema spesifik mengenai transportasi umum. Alhamdulillah presentasi kami memenangkan sayembara presentasi terbaik di ajang Simposium tersebut.

Fakta-fakta Mudik di Tiongkok (2014)

Dengan kesamaan karakteristik dari segi kemasyarakatan antara Indonesia dan Tiongkok, merupakan hal yang menarik untuk diketahui bagaimana negara sebesar Tiongkok dengan populasi yang luar biasa tetap dapat mengelola transportasi untuk kelancaran peristiwa tahunan di Tiongkok, yaitu mudik.

Pada umumnya di Tiongkok sendiri juga hampir sama seperti yang terjadi di Indonesia. Banyak kota-kota besar yang menikmati limpahan pembangunan tetapi kurang merata ke seluruh wilayah Tiongkok. Hal ini dapat bisa dipahami karena luasnya wilayah Tiongkok (silahkan cek Wikipedia), yang hampir sama dengan Indonesia dengan hambatan geografis yang menjadi tantangan untuk pengelolaan transportasi. Bila di Indonesia besar dengan kepulauannya, Tiongkok juga memiliki wilayah yang didominasi oleh dataran yang tidak kalah menantang.

Kesamaan karakteristik urbanisasi antara Tiongkok dengan Indonesia juga masih berpusat pada kota-kota yang termasuk ke Tier 1 dan 2. Artinya kota-kota tersebut memang kota-kota yang terlebih dahulu menikmati cepatnya pembangunan yang berimbas pada urbanisasi dari kota-kota lain yang ada di Tiongkok.

Adapun hal-hal yang berkenaan dengan pelaksanaan mudik Imlek di Tiongkok dan hubungannya dengan transportasi dapat diperhatikan sebagai berikut:

 

  1. Jumlah pemudik mencapai rekor dunia http://www.shijiejilu.org.cn/_d270039836.htm
  2.  3 juta orang mudik (hampir setara dengan jumlah penduduk Indonesia)
  3.  “Spring Festival travel in China is phenomenal. Nowhere else in the world do so many people move at one time,” said John Scales, the World Bank’s transport expert in Beijing.
  4.  Tingkat kematian menurun 38.5%, jumlah kecelakaan menurun 31.6% pada thn 2014. Tidak ada kecelakaan yg sekaligus merenggut >10 nyawa. 60% kecelakaan adalah kecelakaan mobil pribadi.http://www.scio.gov.cn/ztk/xwfb/2014/gxbjh2014ncyxshgzapdqkfb/30181/Document/1359835/1359835.htmhttp://hebei.news.163.com/14/0226/08/9M0FLBQC02790885.html

     

  5. Mulai Desember 2009, pembelian tiket kereta harus menunjukkan kartu identitas, ini merupakan bentuk aksi untuk mengurangi jumlah calo tiket.

 

Pembelian tiket bisa melalui 5 cara;

1.memesan online (bisa lewat website maupun apps smartphone),

2.pesan lewat telepon (maksudnya nelpon,打电话预订 ),

3.membeli di loket yang tersebar di penjuru kota dan

4.membeli langsung di loket di stasiun.

5.membeli langsung di mesin otomatis di stasiun

 

Memesan online dan lewat telepon merupakan cara yg paling banyak dipilih pemudik.

 

Pemesanan tiket dapat dilakukan 30-20 hari sebelum tanggal keberangkatan

http://media.people.com.cn/GB/40628/11194719.html

 

 

  • Moda Transportasi Mudik di Tiongkok; data tahun 2014 sebagai berikut:

258 juta kali; Kereta

80 juta kali; Mobil pribadi/bus

43 juta kali; Kapal

42 juta kali; Pesawat

http://www.scio.gov.cn/ztk/xwfb/2014/gxbjh2014ncyxshgzapdqkfb/30181/Document/1359835/1359835.htm

 

  • Kendala yang dihadapi oleh pemerintah Tiongkok:

1.) Cuaca buruk musim dingin selama musim mudik

2.) Penumpang yang membludak, terutama saat malam sebelum Imlek di Tiongkok

3.)Penumpang yang semakin tahun semakin banyak, ini karena pembangunan tidak merata di dataran Tiongkok.

 

 

 

Inspirasi Kelola Transportasi dari Tiongkok “Transportasi Umum Perkotaan”

disusun dalam rangka memenuhi keikutsertaan PPI Tiongkok dalam Simposium Perhimpunan Pelajar Indonesia Dunia pada tanggal 20-23 September 2014 di Tokyo, Jepang

disusun oleh:

Fathan Sembiring (University of International Business and Economics, Beijing; 2013-2015)

Jane Yang (Renmin University of China, Beijing)

Danny Wahyudi (Xi’an Jiaotong Liverpool University, Suzhou; sudah lulus)

BAB I   ABSTRAKSI

 

Sejak peristiwa Revolusi Kebudayaan Besar di Tiongkok pada tahun 1966, Mao Zedong dan pemerintah pusat Republik Rakyat Tiongkok pada saat itu mencangangkan perubahan besar-besaran di segala sisi. Salah satu perubahan besar yang terjadi adalah akselerasi pembangunan infrastruktur di seluruh penjuru negeri Tiongkok. Pada saat revolusi itu terjadi, populasi Tiongkok masih berkisar di angka 694 juta jiwa[1], namun jumlah tersebut merupakan populasi terbesar di dunia pada masa itu.

 

Jumlah populasi yang besar menuntut kerja keras para pemimpin RRT yang kala itu memulai pemerintahan yang masih carut-marut akibat konflik yang tidak berkesudahan. Salah satu upaya keras yang dilakukan adalah untuk memperbaiki transportasi, baik sarana maupun prasarana nya. Transportasi merupakan hal yang mutlak untuk percepatan perekonomian rakyat Tiongkok dan kemudahan mobilisasi individu, termasuk para pejabat pemerintahan untuk menjalankan tugas-tugas mereka dengan baik.

 

Masyarakat Tiongkok pada umumnya merupakan masyarakat yang sensitif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan dalam keseharian mereka. Perihal melakukan upaya untuk berpindah dari suatu lokasi ke lokasi lainnya, masyarakat yang tidak memiliki pendapatan terlalu tinggi akan menggunakan alat transportasi dengan biaya termurah, bahkan berjalan kaki bila perlu. Oleh karena itu pemerintah Tiongkok senantiasa perduli dan mempertimbangkan baik-baik aspek sensitivitas terhadap harga di kalangan rakyatnya. Pemerintah Tiongkok juga melakukan distribusi terhadap transportasi dan fasilitas umum, sehingga warga dari berbagai level pendapatan dapat mengaksesnya.

 

Berbicara mengedepankan transportasi umum, ada baiknya untuk membicarakan prioritas. Prioritas yang dilakukan senantiasa untuk mendapatkan hasil optimum dari suatu perencanaan. Prioritas yang baik dalam pemberesan transportasi adalah transportasi urban. Interkoneksi dan antarkoneksi moda transportasi sangat di perhatikan di kota-kota di Tiongkok. Wilayah perkotaan yang memiliki sarana yang baik dalam transportasi akan membawa dampak signifikan bagi kelancaran aktivitas perekonomian yang notabenenya banyak terjadi di kawasan urban.

 

Indonesia sebagai negara berkembang patut meniru langkah pemerintah Tiongkok dalam mengedepankan penyediaan transportasi sebagai langkah agar rakyat merasa bahwa pemerintah benar-benar melayani seluruh rakyatnya, seperti apa yang diamanatkan dalam konstitusi. Inspirasi-inspirasi mengenai transportasi urban dapat melihat negara yang terletak tidak jauh dari Indonesia: Tiongkok.

 

BAB II  PENDAHULUAN

 

Dengan jumlah penduduk lebih dari 1,3 milyar jiwa, Tiongkok tidak salah kalau disebut sebagai ahlinya untuk mengelola urusan-urusan kolosal. Tidak ada negara lain yang mampu menandingi Tiongkok dalam hal menjaga kondusifitas dalam negeri seraya mengedepankan pelaksanaan pelayanan-pelayanan umum yang bertujuan menyejahterakan rakyat luas. Salah satu aspek dari pelayanan umum yang mencolok ketika mencari inspirasi kebaikan dari Tiongkok adalah kemahiran mengelola transportasi.Transportasi merupakan nadi utama dari perekonomian suatu negara. Transportasi akan menjadi penentu bagi kelancaran mobilisasi fisik baik itu orang maupun barang.

 

Manajemen transportasi mencakup aspek yang cukup luas. Dimana infrastruktur, keamanan, interkoneksi, serta prasarana-prasarana pendukung lainnya turut memiliki andil dalam terciptanya manajemen transportasi yang baik.Manajemen transportasi termasuk dalam salah satu elemen dari Kebijakan Publik. Pencapaian dalam pengelolaan transportasi yang efektif dan efisien juga menunjukkan kualitas kepemimpinan dari pemerintah suatu negara. Transportasi publik merupakan kemewahan mendasar yang harus bisa diakses oleh semua lapisan masyarakat. Pemerintah Tiongkok mengerti betul bahwa untuk menjaga stabilitas internal negara harus berorientasi pada perbaikan-perbaikan untuk kelancaran perekonomian.

 

Selain daripada aspek transportasi yang dibangun dengan baik akan mencegah kericuhan dan kekisruhan dalam negeri akibat kelalaian-kelalaian manajemen transportasi. Ketika sarana-sarana transportasi tersedia dengan baik, warga yang memiliki pekerjaan atau keseharian beraktivitas tidak lagi perlu memikirkan hal-hal lainnya.Kenyataan bahwa manajemen transportasi yang kurang baik agaknya sangat terasa di Indonesia. Dengan kondisi luas jalan yang tidak sebanding dengan jumlah kendaraan menimbulkan kemacetan dimana-mana.

 

Misalnya, ketika macet seseorang akan merasa bahwa ia telah menyia-nyiakan waktunya hanya untuk berhenti di pertengahan jalan menuju tempat ia bekerja. Ketika sampai di tempat kerja, suasana suntuk dan psikologis yang tidak kondusif akan terbawa sampai nanti pulang dari lokasi kerja. Bayangkan bahwa individu pekerja yang mengalami rasa suntuk dan emosional ketika bekerja akan membawa pada produktivitas yang menurun. Perumpaan tersebut bisa dikalikan dengan berapa jumlah para commuter di kota-kota besar di Indonesia, sudah berapa banyak “ongkos” produktivitas yang hilang; dimana hal tersebut akan memengaruhi secara akumulatif pada penurunan kinerja perekonomian Indonesia.

 

Aspek transportasi yang dicoba untuk diangkat di sini adalah transportasi urban. Transportasi yang mengedepankan pelayanan untuk kaum urban bukanlah sesuatu yang buruk. Justru disitulah dapat dilihat bagaimana peletakan prioritas kebijakan publik suatu negara.

 

Perbaikan dan peningkatan sarana-sarana yang berkenaan dengan transportasi di perkotaan akan menjaga kelancaran denyut nadi perekonomian dan aktivitas-aktivitas prioritas lain seperti pemerintahan, dan pendidikan. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bertujuan meningkatkan pelayanan transportasi umum di wilayah perkotaan juga menjadikan transportasi sebagai parameter utama dari kesan positif yang dapat dirasakan oleh orang asing. Bukan perihal senangnya warga asing untuk beraktivitas, namun aspek-aspek kenyamanan dan keamanan juga harus senantiasa menjadi faktor pemikiran landasan kebijakan publik. Dengan begitu warga asing akan merasa puas dengan apa yang terjadi di Tiongkok dan menyebarkan kabar positif ini kepada khalayak global bahwa Tiongkok merupakan lokasi yang kondusif untuk melakukan kegiatan-kegiatan susulan seperti investasi, pendidikan, tinggal, dan pariwisata.

 

Ketika menyadari akan pentingnya transportasi bagi suatu negara, maka pertanyaan yang perlu dijawab pertama kali adalah: apakah kebijakan-kebijakan publik yang diterapkan di Indonesia selama ini bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum? Mari bersama membangun bangsa, dengan terlebih dahulu menyadari pentingnya pengelolaan transportasi yang baik. Manajemen transportasi yang lebih baik, kondisi negara lebih baik.

 

BAB III              ISI

 

Moda Transportasi Keseharian

 

Fakta-fakta umum yang bisa dijadikan refleksi dan insipirasi kelola transportasi dari Tiongkok adalah sebagai berikut[2]:

  • Indeks kepadatan kendaraan di Tiongkok hanya mencapai 1,77 per km2; 84% lebih lapang dari indeks kepadatan di Indonesia.
  • Jumlah total jaringan jalan raya di Tiongkok adalah sepanjang 3,58 milyar kilometer. Angka ini 9 kali jauh lebih besar dari total jaringan jalan raya yang ada di Indonesia secara keseluruhan.
  • Dengan total 86.000 kilometer panjang rel kereta di Tiongkok menunjukkan bahwa kereta baik itu kereta api, MRT, maupun Gaotie adalah sarana transportasi yang diperhatikan oleh pemerintah guna pelayanan umum
  • Investasi di bidang transportasi dengan partisipasi swasta di Tiongkok memiliki figur setara degan $1,32 per $1.000 total GDP Tiongkok.
  • Pemerintah DKI Jakarta sedang bekerja sama dengan pemerintah Kota Chongqing di Tiongkok dalam rangka transfer skema transportasi yang baik. Namun nampaknya sampai hari ini belum terlihat betul hasil dari kerja sama tersebut.
  • Tiongkok sudah sejak lama menggunakan kartu transportasi elektronik yang tergolong tidak rumit untuk membelinya. Tidak seperti di Indonesia yang terlalu banyak merchant untuk kartu transportasi elektronik yang akan membingungkan para pengguna jasa transportasi umum. Satu kartu transportasi dapat digunakan untuk penggunaan baik bus umum maupun MRT/subway.
  • Dalam era informasi digital saat ini, tak pelak penggunaan sarana komunikasi seluler pintar juga menjadi primadona dalam kemudahan bertransportasi/berkendara. Cukup dengan membuka aplikasi tertentu, seseorang yang ingin menuju satu lokasi dapat terinformasi dengan jalur mana yang baik untuk digunakan, nomor bus yang cepat untuk mencapai tujuan, atau line subway berapa yang harus diambil. Bahkan saat ini di kota-kota besar di Tiongkok sudah memungkinkan untuk memanggil taksi via aplikasi di telepon genggam pintar.

 

Ada enam moda transportasi utama yang digunakan oleh penduduk perkotaan di Tiongkok yang digunakan dalam keseharian aktivitas mereka, yaitu:

 

  1. Berjalan kaki

 

Berjalan kaki merupakan moda transportasi yang paling sering dijumpai di Tiongkok. Masyarakat Tiongkok sangat peduli akan kesehatan fisik mereka. Jadi, apabila jarak yang dituju kurang dari satu kilometer, mereka akan dengan senang hati untuk berjalan kaki. Data yang berhasil dihimpun menunjukkan bahwa jarak rata-rata commuting masyarakat urban di Tiongkok adalah sekitar 700 meter. Selain karena kesehatan, jalan kaki tidak mengeluarkan biaya apapun.

 

Trotoar yang dibangun untuk pejalan kaki juga dapat digunakan oleh para penyandang tuna netra.

 

  1. Bersepeda

 

Bersepeda juga merupakan salah satu alternatif transportasi yang kerap kali menjadi andalan publik Tiongkok. Data menunjukkan bahwa sepertiga penduduk Tiongkok bersepeda dalam keseharaiannya.Sehat, tentu saja; harga sepeda di Tiongkok untuk keperluan sehari-hari juga tidak mahal, sehingga sepeda menjadi favorit alternatif transportasi warga di Tiongkok.Di kota-kota besar Tiongkok seperti Beijing, Shanghai, dan Guangzhou terdapat sepeda-sepeda yang bisa  dipakai oleh khalayak dengan hargamurah. Sepeda-sepeda tersebut  biasanya diparkir di dekat stasiun subway atau dekat dengan permukiman warga.Selain sepeda biasa, masyarakat Tiongkok kerap menggunakan sepeda listrik untuk bepergian. Kecepatan laju sepeda listrik tidak secepat sepeda motor, oleh karena itu aman untuk dikendarai. Kecepatan sepeda listrik yang diperbolehkan untuk melaju maskimal mencapai 15 km/jam.

 

  1. Motor/motor listrik

 

Sedikit sekali warga Tiongkok yang menggunakan motor seperti yang  biasa ditemukan di Indonesia. Alasan yang paling utama adalah masalah keamanan berkendara. Sepeda motor merupakan moda transportasi yang  paling berbahaya dibanding dengan moda transportasi lainnya. Ketika pengendara malas menggunakan helm pelindung dan asesoris keselamatan lain, maka kerawanan kecelakaan dalam berkendara motor sangatlah tinggi.Untuk segi kebijakan yang paling ekstrem, penggunaan motor bensin di Kota Guangzhou sama sekali dilarang. Di Beijing sendiri sangat sedikit ditemukan pengendara motor. Pemerintah Tiongkok melindungi segenap penduduknya dengan mengaplikasikan kebijakan keamanan dalam berkendara, salah satunya pengetatan penggunaan sepeda motor. Dengan demikian nyawa warga Tiongkok tidak sia-sia karena kecelakaan berkendara motor. Bahkan sepeda motor dilarang untuk digunakan di dalam lingkungan sekolah atau universitas demi menjamin keselamatan para pelajar.

 

  1. Bus umum

 

Keseharian warga biasa di Tiongkok pasti tidak lepas dari menggunakan bus umum. Sama seperti di Indonesia, bus umum juga menjadi alternatif transportasi publik yang murah.Segi positif dari sistem kelola transportasi massal di Tiongkok adalah dalam segi kepraktisan dan interkoneksinya. Bus-bus umum seluruhnya terhubung dengan  stasiun atau penghubung jenis moda transportasi lain.Kejelasan penulisan trayek tujuan bus umum di halte-halte bus umum membuat segalanya menjadi jelas. Apalagi untuk warga asing yang notabenenya tidak hapal trayek bus umum. Bus-bus untuk tujuan tertentu juga dapat diakses oleh para penyandang cacat dengan kursi roda. Bus-bus umum di Indonesia tidak menyediakan pengarahan yang jelas soal halte-halte tujuan, hal ini sangat menyulitkan penggunaan sarana transportasi umum. Bus umum yang memiliki kejelasan dan sistem interkoneksi yang baik masih terbatas Transjakarta di KotaJakarta.Aturan mengenai transportasi umum sangatlah ketat dan jelas. Bus-bus umum tidak diperkenankan untuk menaikkan/menurunkan penumpang kecuali di halte-halte yang sudah ditentukan sebelumnya. Sehingga keamanan berkendara dan keteraturan lalu-lintas sangatlah terasa.

 

  1. Subway

 

Subway atau kereta bawah tanah/Mass Rapid Transit sudah dapat ditemukan di negara-negara maju. Moda transportasi ini wajib adanya apabila sistem kelola transportasi berniat untuk mengedepankan kepentingan umum dan masyarakat pada keseluruhannya. Kelebihan penggunaan kereta bawah tanah terletak pada ketepatan waktu yang menjadi andalan bagi para kaum urban dalam keseharian aktivitas mereka.

 

Inti dari kesuksesan pembangunan jaringan subway/metro di Tiongkok adalah kemudahan pembebasan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan infrastruktur. Di Kota Beijing sendiri setiap tahunnya rata-rata terdapat 2 ‘subway line’ baru  yang dibangun. Hal ini serta-merta bahwa pemerintah Tiongkok sadar  dan sangat peduli bahwa transportasi publik merupakan nadi perekonomian dan dibangun demi kemaslahatan publik.

 

Untuk masalah keamanan dan kenyamanan, kereta bawah tanah Tiongkok hampir mirip dengan keamanan yang diterapkan di bandar udara. Seperti penggunakan mesin pemindai x-ray di 99% dari total stasiun subway yang ada di Tiongkok, bahkan ketika kita membawa air putih ke dalam stasiun wajib untuk diminum satu teguk guna menunjukkan bahwa air yang dibawa benar merupakan air putih dan bukan bahan kimia berbahaya. Pada stasiun tertentu dapat diakses oleh penyandang cacat dengan kursi roda.

 

  1. Kereta peluru/Gaotie

 

Pesaing Shinkansen di Tiongkok bernama 高铁Gaotie. Gaotie sendiri  berarti “kereta tinggi”, yang bermakna  kereta yang berkecepatan tinggi. Gaotie efektif beroperasi pada tahun 2008. Di mana kecepatan standar maksimal adalah 300 km/jam, hal ini guna mengantisipasi kecelakaan yang pernah terjadi ketika masa uji coba Gaotie dengan kecepatan hampir 400 km/jam pada awal-awal masa operasinya. Masalah kecepatan dapat dibuktikan dengan contoh perjalanan dari kota Beijing menunju Guangzhou yang berjarak 2200 km dapat ditempuh dengan waktu 8 jam dengan beberapa kali pemberhentian. Pembangunan Gaotie serta merta merupakan modernisasi dari moda transportasi di Tiongkok. Dengan harga tiket yang bisa 3 kali lipat dari menggunakan kereta biasa, Gaotie mengutamakan ketepatan waktu, kecepatan, dan kenyamanan, yang  tidak ditemukan di kereta-kereta biasa. 90 persen kota-kota besar di Tiongkok sudah bisa dituju dengan kereta Gaotie ini. Gaotie juga merupakan alternatif  transportasi yang baik ketika cuaca buruk tidak memungkinkan pesawat untuk terbang, atau bagi mereka yang mabuk udara.

 

Satu hal yang patut menjadi inspirasi kelola transportasi Gaotie ini adalah pembelian tiket yang tidak bisa dilakukan dengan menggunakan calo tiket. Dalam pembelian tiket, para penumpang harus menggunakan kartu identitas yang dalam hal ini telah menggunakan e-KTP. Hal ini menjamin kesamaan harga dan kejelasan informasi jadwal kereta, nomor kursi, dan lokasi tujuan. Sehingga para penumpang yang menggunakan jasa Gaotie dapat merasa aman dan nyaman.

 

 

Mudik di Tiongkok

 

Mudik merupakan salah satu kegiatan yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia melihat perjalanan mudik adalah suatu perjalanan spiritual, dimana segala daya dan upaya akan dikerahkan demi bisa pulang kampung ke daerah asal para pemudik. Ketika sampai di lokasi tujuan mudik dengan selamat, perasaan senang yang tak terhingga akan membuncah di batin segenap individu yang terlibat. Mudik pula merupakan satu contoh penting bagaimana tranportasi merupakan elemen penting dalam kehidupan setiap orang.

 

Di Tiongkok mudik pun juga terjadi setiap tahun baru kalender Tiongkok. Jatuh pada setiap bulan Februari, mudik di Tiongkok merupakan suatu peristiwa mobilisasi manusia yang terbesar se-dunia. Selain terbesar, mudik di Tiongkok juga terbilang sangat kondusif dan sangat terjamin keamanannya.

 

Agak miris dengan kenyataan bahwa lebih dari 80 persen pemudik di Indonesia menggunakan motor sebagai moda transportasi untuk menuju lokasi tujuan. Dengan menempuh jarak dan waktu yang tidak sedikit, para pemudik di Indonesia rela untuk mempertaruhkan keselamatan mereka dan orang-orang lain yang juga sesama pemudik. Terlebih lagi apabila mudik dengan menggunakan motor kerap kali berbahaya lantaran kelebihan muatan dan pengendara hanya satu orang, yaitu suami dari sebuah keluarga, sehingga tidak ada yang menggantikan posisi pengendara motor untuk tetap optimal berkendara.

 

Berbeda dengan di Tiongkok, masyarakat dihimbau keras untuk tidak melakukan mudik dengan menggunakan motor. Masyarakat yang kedapatan menggunakan motor akan diberhentikan oleh aparat yang berwenang dan mengalihkan perjalanan mereka dengan menggunakan bus yang sudah disediakan. Hal tersebut serta-merta karena pemerintah sebagai pelaksana kebijakan harus bertanggung jawab atas keselamatan warganya.

 

Fakta yang didapat dari sumber online mengenai mudik di Tiongkok pada tahun 2014 adalah sebagai berikut[3]:

  1. Terdapat sekitar 230 juta orang total pemudik yang terdata oleh pihak berwenang
  2. Persentase moda transportasi yang digunakan: 60 persen menggunakan kereta antarprovinsi atau Gaotie, 19 persen menggunakan bus atau mobil pribadi, 11 persen menggunakan kapal laut, dan 10 persen lainnya menggunakan pesawat udara sebagai moda transprotasi ketika mudik
  3. Dari sekian banyak jumlah pemudik yang berhasil terdata, terdapat hanya 10 orang tewas akibat kecelakaan lalu lintas untuk tujuan bermudik. Jumlah 10 orang itu merupakan hasil dari upaya penurunan jumlah tingkat kecelakaan dalam berkendara yang berhasil ditekan 38,5% dalam jumlah korban, dan 31,6% dalam jumlah kecelakaan
  4. Pada tahun 2014 ini terjadi sekitar 3,6 milyar perjalanan yang terhitung dari banyaknya koneksi moda transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi mudik. Hal ini menunjukkan peningkatan 3 kali lipat dari tahun 1994 yang hanya mencapai 1,2 milyar. Dengan begitu, menunjukkan bahwa ketersediaan alternatif yang aman dalam hal sarana transportasi mudik juga disiapkan oleh pemerintah sebagai perumus dan pelaksana kebijakan bagi rakyatnya.

 

 

BAB IV              KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

 

Indonesia bukanlah Tiongkok; Indonesia bukanlah Jepang; Indonesia tentu pula bukan Amerika Serikat ataupun Inggris. Namun, begitu banyak hal yang dapat dipelajari dari negara-negara yang bisa dikatakan merupakan kumpulan dari individu yang telah melewati proses yang sama dengan Indonesia: jatuh-bangun suatu entitas bersama yang disebut negara. Bila kita terus menutup mata untuk belajar dari pihak lain yang nyatanya memiliki pengalaman yang lebih baik dalam suatu hal, alangkah tidak bijaksana bila sikap seperti itu tetap diterapkan.

 

Keberhasilan negara-negara maju dalam menampilkan performa terbaik untuk pelayanan publik adalah merupakan hasil dari kejelasan. Di Tiongkok sendiri diuntungkan dengan kondisi dimana tanah merupakan aset negara yang pengelolaannya tidak diberikan kepada pihak swasta, sehingga dengan harapan penyediaan fasilitas-fasilitas yang berkenaan dengan kepentingan umum dapat terwujud dengan cepat dan baik. Beda kondisi dengan Jepang, dimana tanah juga dikuasai oleh pihak swasta, namun aspek kejelasan dalam menjalankan fungsi dan peran antara birokrat dan pihak swasta menjadikan Jepang juga merupakan salah satu negara yang maju dalam tata kelola transportasinya. Begitu pun dengan Amerika maupun Inggris yang memiliki kejelasan peran antara sektor publik dan sektor swasta, sehingga semua bisa berjalan beriringan, terutama pembangunan transportasi sebagai kebutuhan utama rakyat banyak.

 

Berkaca dari penanganan transportasi di Indonesia yang seringkali terkendala dengan tumpang-tindih peran antara sektor publik dan swasta, maka dirasa perlu untuk menangani transportasi khususnya di perkotaan menjadi satu pintu. Menggunakan sistem satu pintu untuk keseluruhan mekanisme penerapan transportasi umum di perkotaan dari perencanaan hingga pembangunan sarana semata-mata agar ada kejelasan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas hal yang spesifik. Dengan begitu aspek penting dalam pelayanan terhadap rakyat ini akan terawasi dengan baik, masyarakat umum pun dapat mengawasinya melalui medium-medium yang telah tersedia.

 

Harapannya dengan pelaksanaan sistem satu pintu, kecarut-marutan manajemen pengelolaan transportasi perkotaan di Indonesia dapat teratasi. Proses dan waktu merupakan variabel lain yang harus diterima bersama, asalkan proses dan waktu tidak dikhianati oleh sesiapa yang berwenang dalam mengurus transportasi perkotaan di Indonesia.

 

BAB V         PENUTUP

 

想致富先修路Xiăng zhìfù, xiān xiū lù. Ungkapan dalam Bahasa Mandarin ini mengartikan jalan yang baik menjadi penentu lancarnya rezeki. Inilah yang menjadi cerminan dasar betapa pemerintah Tiongkok mengerti dan percaya betul bahwa transportasi memiliki peranan penting untuk kesejahteraan rakyat banyak.

 

Tiongkok memang bukan negara yang paling maju pada saat ini. Hanya saja perlu diingat bahwa pada masa lampau Tiongkok pernah mengalami masa-masa kejayaan dalam berbagai bidang. Dengan melihat dan mengetahui sejarah, Tiongkok akan kembali merebut hegemoni bangsa yang memiliki capaian-capaian dengan akselerasi luar biasa. Tentu saja hal-hal yang berkaitan dengan kemajuan-kemajuan tersebut bertujuan untuk memajukan kesejahteran rakyatnya.

 

Transportasi merupakan sesuatu yang akan niscaya tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, bahkan kehidupan mikroorganisme sekalipun. Untuk itulah pentingnya pengelolaan transportasi yang baik harus bisa diaplikasikan oleh pihak yang memiliki kewenangan, tidak perlu jauh-jauh, semua bisa dicontoh dari Tiongkok.

 

[1] http://en.wikipedia.org/wiki/Demographics_of_China

[2] http://www.nationmaster.com/country-info/compare/China/Indonesia/Transport

[3] http://www.scio.gov.cn/ztk/xwfb/2014/gxbjh2014ncyxshgzapdqkfb/30181/Document/1359835/1359835.htm