Berdamai dengan Perkembangan Zaman

Kemarin saya sempat berdiskusi dengan kawan yang juga merupakan alumni PPI Dunia. Lalu, setelah saya tutup Whatsapp call-nya, saya jadi tersadar, sepertinya bagus kalau isi obrolan kami ditulis di blog.

Kawan saya itu lucu, tiba-tiba WA dengan ada tautan tangkapan layar, yang kira-kira isinya beliau diminta untuk memberikan materi di hadapan entah itu mahasiswa atau publik umum, tapi yang jelas arah pembahasannya lebih mengarah kepada bagaimana menghadapi kawan-kawan Gen Z yang pasif dan kurang aktif.

Awalnya saya nyinyir ke kawan saya itu, lah, itu kan Mas nya yang diminta isi materi. Ya kalau saya yang diminta isi materi, saya sudah coba browsing-browsing dan cari-cari materi, kan. Tapi, ya nampaknya kawan saya ini tidak punya banyak waktu untuk melakukan scrapping materi yang dibutuhkan, dan lebih memilih layaknya kuis ‘Who Wants to be a Millionaire’ dengan memilih opsi Call a Friend.

Sekonyong, pembahasan saya mengarah ke bagaimana ada 2 kondisi yang dihadapi, dan itu akan sangat bergantung pada cara mengintervensi nya nanti. Ketika kita sudah bisa mengidentifikasi atau mengkategorisasikan situasi, baru lah saya pikir kita bisa berpikir jernih apa yang harus kita lakukan—seperti pada umumnya menghadapi masalah-masalah lain, tidak hanya perkara Gen Z ini.

Kondisi pertama, tentu sesuai dengan request kawan saya itu. Bahwa bagaimana memberikan materi terhadap audiens Gen Z yang dianggap pasif, kurang bersemangat, tidak aktif dalam memberikan respon di berbagai macam setting. Apakah itu di kelas atau dalam konteks organisasi, mengerjakan tugas kelompok, dan lain sebagainya.

Saya kira tidak demikian, jawab saya.

Maksudnya?

Continue reading “Berdamai dengan Perkembangan Zaman”

Bagaimana Caranya Keluar dari Comfort Zone?

Ini sebetulnya yang agak rumit ya.

Bagaimana caranya kita tau bahwa kita sedang berada di comfort zone?

Maksudnya, at some point, kita sudah berusaha selama ini, ditambah pandemi pula, ye kan? Nah, kondisi saat ini yang kita nilai sebagai sesuatu yang baik-baik saja itu, apakah jangan-jangan juga telah membentuk zona nyaman baru? Continue reading “Bagaimana Caranya Keluar dari Comfort Zone?”

Menjadi Alumni Rumah Kepemimpinan, Gimana Rasanya?

Tidak, aku bukan alumni Rumah Kepemimpinan, aku adalah alumni PPSDMS (Program Pemberdayan SDM Strategis) yang diprakarsai oleh Yayasan Nurul Fikri sejak tahun 2002. Aku mungkin tidak akan banyak bercerita secara historis apa dan siapa PPSDMS yang kemudian berganti nama menjadi Rumah Kepemimpinan. Aku akan lebih banyak cerita mengenai bagaimana rasanya menjadi alumni dari sebuah program ‘penempaan super’ yang aku jalani dalam kurun waktu 2 tahun. Oh iya, aku alumni PPSDMS angkatan 4 Regional 2 Bandung. Continue reading “Menjadi Alumni Rumah Kepemimpinan, Gimana Rasanya?”

Bagaimana Memetakan Masa Depan?

Ayoo ngaku, sekarang, apakah kamu pernah berpikir untuk menjadi Menteri di kemudian hari? Atau menjadi Presiden? Well, ga ada yang salah dengan hal tersebut. Namun, kamu juga musti paham bahwa sebenarnya apa sih yang disebut Menteri itu? Siapa sih Presiden itu? Kenapa bahas hal ini? Karena, daripada kamu berpikiran terlalu jauh mengenai masa depan, dan itu pun engga kena, coba diurutkan dulu gimana memetakan masa depan yang baik. Continue reading “Bagaimana Memetakan Masa Depan?”