Bikin Blog, Channel YouTube, atau Podcast?

Dari tiga pilihan itu, masing-masing punya kelebihan atau kekurangan masing-masing. Juga punya detil teknis masing-masing.

Ini pendapat saya soal apakah bikin blog, YouTube, atau podcast?

Tapi yang jelas, bottom-line (pada prinsipnya) 3 saluran tersebut sama, yaitu menggunakan medium online. Sehingga, kita juga harus tahu, tujuan kita untuk menulis blog, memiliki channel YouTube, atau channel podcast itu semata-mata untuk menjangkau kalangan audiens yang memang sudah sangat akrab dengan medium online. Oleh karena itu saya membagi analisis 3 saluran tersebut ke dalam bentuk tabel.

Saluran Kelebihan Kekurangan Karakteristik Audiens Kebutuhan Teknis
Blog Kebutuhan teknis yang tidak banyak

Bisa dikerjakan di mana saja, dari mana saja

Tidak membutuhkan proses pra-publish yang rumit seperti video maupun podcast

Merupakan produk gaya lama yang mungkin segmentasi kalangan muda (Generasi Z) sudah sama sekali tidak memakai, karena malas membaca?

Tidak memiliki kemenarikan visual

Para pembaca harus merupakan orang yang gemar membaca

Orang-orang yang membutuhkan ulasan panjang dan tertulis

Orang-orang yang memiliki waktu luang untuk membaca

Orang-orang yang memiliki mood untuk membaca

Kebutuhan teknis tidak banyak. Cukup ada ide/pemikiran, alat mengetik, dan sambungan internet
YouTube Memiliki sajian visual yang menarik minat pengunjung channel

Bisa mendapatkan profit besar kalau viral

Merupakan produk yang mudah sekali untuk disebar luaskan

Harus dikerjakan dalam tim, karena kalau tidak, target penyelesaian mulai dari take, editing, pre-launching, sampai uploading akan tidak tepat waktu. Akan sangat melelahkan mengerjakan produk untuk YouTube bila dikerjakan sendiri

Tidak semua orang yang memiliki konten YouTube bagus, dapat diapresiasi pasar, apalagi langsung ingin nge-cuan (mendapatkan bayaran dari YouTube)

Kalangan muda maupun bagi yang malas membaca dan memiliki kemungkinan untuk share ke berbagai medium online lainnya Banyak sekali: 1) Tim vlogging, 2) Peralatan lampu, 3) Peralatan kamera yang mumpuni (mahal), 4) Green screen (untuk tapping serius), 5) Peralatan Mic, 6) Peralatan editing (PC/laptop yang kuat), dan perlengkapan teknis lainnya
Podcast Mulai menggeser kenyamanan para penikmat YouTube

Dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas

Tidak memerlukan proses editing yang rumit seperti video

Pendengar seperti mendengar kan radio, sehingga bisa sambil mengerjakan hal yang lainnya

Belum banyak orang yang menyukai produk podcast

Produk podcast akan menjadi kurang nilainya apabila narasumber atau pembicara kurang menguasai teknik berbicara yang baik

Tidak ada visualisasi yang mendukung

Mungkin suatu saat nanti saluran podcast akan bisa menyaingi saluran video. Hal ini semata karena rutinitas masyarakat yang semakin lama semakin sibuk, sehingga tidak punya terlalu banyak waktu untuk melihat video tanpa bisa mengerjakan hal yang lainnya. Selain itu podcast cocok untuk kalangan audiens yang memiliki gaya penghematan kuota internet Ruangan yang kedap suara untuk rekaman, peralatam rekaman, laptop/PC yang mumpuni untuk editing suara

Dari analisis sederhana di atas, kira-kira sudah ada gambaran mengenai saluran apa yang bisa kita mulai untuk geluti? Dari analisis sederhana tersebut, nampak kalau menulis blog merupakan saluran yang paling mudah dan sederhana untuk dikerjakan. Di saat dua saluran lainnya memiliki konsekuensi teknis yang jauh lebih rumit daripada menulis blog.

Memang, semua itu pada akhirnya akan kembali kepada tren. Kalau saat ini, tren media-media audiovisual memang sangat gencar. Namun, siapa tahu kalau beberapa waktu kedepan, audiovisual akan bergeser kepada tren lainnya, podcast misalnya.

Di saat menulis blog kita hanya memerlukan ruangan yang tenang dan laptop untuk menulis, membuat konten YouTube membutuhkan banyak perencanaan yang matang. Membuat konten YouTube yang kompetitif (yang pada akhirnya bisa dibuat viral, dan nanti bisa di-monetize, sehingga bisa dapat honor dari pihak YouTube) bukan perkara yang mudah. Sama saja seperti ketika kita memutuskan untuk membuat studio film indie, itu indie, tapi tetap film. Dalam artian pembuatan perencanaan plotting, visual style, teknik shooting, wardrobe, make-up, dan sebagainya harus banyak dipertimbangkan secara baik. Karena kalau tidak begitu, produk video kita baik itu nantinya akan dilempar ke YouTube atau media lainnya, bisa merangsek masuk ke dalam pasar persaingan yang sudah semakin saturated.

Begitu pun dengan podcast. Podcast merupakan saluran baru (yang sebenarnya tidak terlalu baru) di antara kalangan netizen di Indonesia. Hal ini selain karena platform yang digunakan seperti Spotify, Joox atau yang lainnya kurang melakukan marketing dan insentif untuk lebih banyak lagi orang yang membuat podcast, juga karena teknik berbicara di podcast sedikit banyak kurang diketahui oleh khalayak umum. Kenapa? Karena sedikit banyak teknik berbicara di podcast tidak ubah nya seperti siaran radio, bukan? Jadi sang “penyiar” harus bisa mengatur napas, mengatur tempo bicara, menyusun kata-kata agar tidak basi siarannya, dan sebagainya. Yang mana kalau untuk penyiar radio saja harus ikut semacam course atau pelatihan untuk menjadi seorang penyiar yang baik.

Namun, terlepas dari itu semua, saluran apapun yang kita pakai, asalkan memang digital, pada prinsipnya sama, untuk membuat orang lebih mudah mengakses informasi yang kita punya, dan lebih mudah untuk dibagikan (share) ke berbagai medium online lainnya.

So, the choice is yours.

😀

 

One thought on “Bikin Blog, Channel YouTube, atau Podcast?

  1. “Namun, terlepas dari itu semua, saluran apapun yang kita pakai, asalkan memang digital, pada prinsipnya sama, untuk membuat orang lebih mudah mengakses informasi yang kita punya, dan lebih mudah untuk dibagikan (share) ke berbagai medium online lainnya.”

    Setuju

    Like

Leave a reply to Milisinian Cancel reply